Dalam kasus lain, ukuran panggul ibu yang sempit juga akan menempatkan bayi pada posisi posterior. Kondisi ini dikenal dengan nama cephalopelvic disproportion.
Meski posisi ini umumnya menyebabkan masalah dalam persalinan, pada kebanyakan kasus, tidak diperlukan intervensi khusus selama proses melahirkan.
Dokter bisa membantu Anda bersalin dengan menggunakan alat forceps ataupun memutar posisi bayi secara manual bila persalinan mengalami hambatan.
Namun, bila hambatan tetap terjadi, operasi caesar tentunya diperlukan agar Anda dapat melahirkan bayi.
2. Posisi brow or face
Dalam posisi brow or face, bagian alis bayi menjadi bagian yang pertama kali memasuki jalan lahir dengan kepala serta leher yang mendongak.
Padahal, posisi kepala bayi dalam rahim semestinya berada di bawah dan bayi meringkuk dengan dagu menempel ke bagian dada.
Dibandingkan dengan posisi posterior, posisi brow or face pada janin cenderung lebih langka. Beberapa faktor yang meningkatkan risikonya yakni:
- ketuban pecah dini,
- ukuran kepala bayi yang besar, dan
- riwayat kondisi yang sama pada persalinan sebelumnya.
Sebagian besar janin yang mengalami posisi ini bisa berpindah ke posisi posterior sebelum ibu benar-benar melahirkan.
Ketika persalinan masih dapat berlanjut sampai ke tahap tersebut, dokter biasanya masih akan mengusahakan persalinan normal.
Sebaliknya, bila proses persalinan dirasa mengalami hambatan, mau tidak mau operasi caesar perlu dilakukan.
3. Posisi janin melintang (transverse)
Posisi melintang adalah horizontal alias tegak lurus dengan jalan lahir. Saat berada pada posisi ini, tentu janin tidak bisa keluar saat persalinan normal.
Bahkan bila tetap dipaksakan, melahirkan normal dengan posisi bayi melintang sangat berisiko menyebabkan jalan lahir robek dan bahkan prolaps tali pusat.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar