backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

12 Penyakit Paru-Paru yang Perlu Diwaspadai, Kenali Gejalanya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 4 minggu lalu

    12 Penyakit Paru-Paru yang Perlu Diwaspadai, Kenali Gejalanya

    Sesak napas, batuk, dan mengi merupakan gejala umum dari penyakit yang menyerang paru-paru. Meskipun gejalanya mirip, gangguan pada sistem pernapasan ini bisa disebabkan oleh berbagai hal.

    Bagian paru-paru yang diserang penyakit pun bisa berbeda. Agar Anda lebih waspada, inilah berbagai jenis penyakit umum pada paru-paru dan gejalanya yang bisa Anda kenali.

    Macam-macam penyakit yang menyerang paru-paru

    Fungsi paru-paru adalah mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam tubuh dari udara yang dihirup. Jika paru-paru bermasalah, proses pertukaran tersebut juga akan terhambat.

    Penyakit pada paru-paru sendiri bisa disebabkan oleh udara kotor yang terhirup, kebiasaan buruk, hingga faktor keturunan.

    Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit paru-paru, dari yang paling umum hingga yang mengakibatkan gejala serius. 

    1. Asma

    asma

    Asma merupakan gangguan pernapasan kronis yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas akibat adanya peradangan.

    Penyempitan saluran napas ini dapat memengaruhi kerja paru-paru, khususnya menghambat proses pertukaran udara.

    Penyempitan saluran napas inilah yang menyebabkan gejala khas dari asma, yakni mengi (napas berbunyi ngik-ngik). Gejala lainnya ialah sesak napas dan batuk. 

    Penyebab utama penyakit asma belum diketahui secara pasti. Asma juga tidak bisa sembuh total, tetapi bisa dikendalikan dengan pengobatan.

    2. Pneumonia 

    Paru-paru basah atau pneumonia adalah penyakit infeksi bakteri, virus, atau jamur yang menyerang kantong udara (alveolus) pada paru-paru. 

    Alveolus yang meradang bisa membuat paru-paru dipenuhi cairan atau lendir. Akibatnya, pasien pneumonia akan merasa sesak napas dan batuk.

    Karena penyebab pneumonia bisa berasal dari berbagai mikroorganisme, pengobatannya pada setiap orang bisa berbeda. Beberapa orang mungkin menerima antibiotik, sementara yang lain antivirus.

    3. Bronkitis

    Infeksi virus dan iritasi asap rokok merupakan penyebab utama dari radang bronkus atau bronkitis. Bronkus adalah percabangan saluran udara yang mengarah ke paru-paru. 

    Peradangan pada bronkus akan menghambat masuknya oksigen ke dalam paru-paru. Gejala utama kondisi ini adalah batuk berdahak. Dahak akibat bronkitis biasanya kental dan tidak berwarna.

    Bronkitis memang bisa sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, penyakit ini juga bisa berkembang menjadi penyakit paru-paru yang lebih kronis.

    4. PPOK

    Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit paru-paru yang berkembang dengan progresif. Gejalanya akan semakin memburuk seiring berjalannya waktu.

    American Lung Association menjelaskan bahwa penyakit ini meliputi dua kondisi, yakni bronkitis kronis dan emfisema.

    Bronkitis menyerang saluran percabangan paru, yaitu bronkus. Sementara itu, emfisema menyerang kantong udara di dalam paru-paru, alias alveolus.

    Kedua kondisi tersebut bisa menyumbat saluran udara menuju paru-paru sehingga pasien akan sangat kesulitan untuk bernapas. 

    Gejala penyakit ini akan berkembang secara bertahap, ditandai dengan batuk yang tak kunjung sembuh dan sesak napas yang sering muncul, terutama saat berkegiatan. 

    5. Tuberkulosis (TBC)

    Meski baru bisa ditularkan melalui kontak dekat dan interaksi rutin, TBC masih menjadi penyakit paru-paru yang banyak ditemukan. Batuk kronis merupakan gejala utamanya.

    Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri bisa menetap di dalam tubuh, tapi tidak aktif menginfeksi. Kondisi ini disebut TB laten.

    Meskipun awalnya hanya menginfeksi di paru-paru, bakteri tuberkulosis bisa menyebar ke berbagai organ tubuh, seperti kelenjar getah bening, tulang, dan menyebabkan komplikasi. 

    Tahukah Anda?

    Saat ini, Indonesia merupakan negara kedua dengan pasien TB tertinggi setelah India. Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa salah satu penyebab kondisi ini adalah lemahnya sistem deteksi dan pelaporan. Oleh karena itu, jangan takut untuk segera periksa ke dokter jika Anda merasakan gejala TB.

    6. Efusi pleura

    Pada ruang di antara paru-paru dan dinding dada, terdapat cairan pleura yang berfungsi mencegah gesekan pada paru-paru dan melembapkan pleura.

    Namun, jika jumlah cairan terlalu banyak, ini bisa menyebabkan efusi pleura. Kondisi ini ditandai dengan sesak napas, demam, batuk, dan kadar oksigen rendah dalam darah.

    Efusi pleura bisa terjadi akibat masalah kesehatan tertentu, seperti gagal jantung, infeksi paru-paru, kanker, atau pankreatitis.

    7. Pleuritis

    Peradangan pada pleura atau pleuritis disebabkan oleh infeksi bakteri. Pleura merupakan selaput yang memisahkan kedua sisi paru dengan dinding dada. 

    Infeksi tersebut bisa berasal dari bakteri yang sudah terlebih dahulu menyerang saluran napas, tumor, patah tulang rusuk, kanker paru, luka di dada, hingga lupus.

    Selain batuk dan demam, pleuritis biasanya juga disertai rasa sakit yang cukup tajam pada dada. Rasa sakit ini bisa menyebar hingga ke bahu dan punggung. 

    8. Emboli paru

    Arteri paru-paru yang tersumbat gumpalan darah bisa menyebabkan penyakit pernapasan yang disebut emboli paru.

    Gumpalan tersebut akan menghalangi aliran darah menuju paru-paru. Akibatnya, pasien mengalami nyeri dada, sesak napas, tekanan darah rendah, hingga batuk berdarah.

    Emboli paru lebih sering ditemukan pada lansia dan seseorang dengan obesitas. Penyakit ini perlu segera diatasi karena bisa mengancam nyawa.

    9. Pneumotoraks

    Pneumotoraks adalah kondisi ketika udara terkumpul di rongga pleura karena terjadi robekan pada paru-paru. Kondisi ini sering disebut paru-paru bocor.

    Udara yang bocor bisa memberi tekanan dan membuat paru-paru rusak. Pneumotoraks ditandai dengan nyeri dada, gagal napas, hingga gagal jantung.

    Gangguan kesehatan ini bisa terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya. Sejumlah penyakit lain, seperti kanker paru, PPOK, dan cedera dada juga bisa menyebabkan pneumotoraks.

    10. Hiperventilasi

    Pernahkah Anda tiba-tiba bernapas dengan cepat disertai nyeri dada? Dalam kondisi ini, Anda mungkin sedang mengalami hiperventilasi.

    Hiperventilasi adalah kondisi ketika tubuh mengeluarkan kadar karbon dioksida dengan cepat. Kondisi ini biasa terjadi saat seseorang mengalami serangan panik (panic attack). 

    Banyaknya karbon dioksida yang terbuang memicu penyempitan pembuluh ke otak. Akibatnya, Anda mungkin merasa pusing, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, kesemutan pada jari, hingga hilang kesadaran.

    11. Kanker paru

    pengobatan kanker paru

    Salah satu penyakit paru-paru yang berbahaya adalah kanker paru-paru. Gejalanya antara lain nyeri dada, batuk terus-menerus, mengi, batuk berdarah, hingga peradangan di paru-paru.

    Namun, tingkat keparahan gejala kanker paru-paru bisa berbeda, tergantung dari tahapan atau stadiumnya.

    Setiap orang berisiko mengalami kanker paru, tetapi perokok aktif dan pasif mempunyai risiko lebih tinggi. Selain itu, penyakit ini bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. 

    12. Kostokondritis

    Sakit paru-paru di sebelah kiri bisa menjadi pertanda kostokondritis. Ini adalah kondisi ketika tulang rawan pada tulang rusuk mengalami peradangan.

    Rasa nyeri yang ditimbulkan oleh peradangan bisa menyebar sampai ke belakang dada. Meski tidak mengancam nyawa, rasa sakit yang ditimbulkannya bisa sangat mengganggu.

    Mengingat berbagai penyakit paru-paru memiliki gejala serupa, Anda sebaiknya segera mengunjungi dokter jika merasakan gejalanya.

    Selain segera mengobati, penting juga untuk mengetahui cara menjaga kesehatan paru-paru. Dengan begitu, risiko Anda terkena berbagai penyakit bisa berkurang.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 4 minggu lalu

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan