Makanan masuk ke dalam paru-paru merupakan masalah serius yang berisiko membahayakan kesehatan. Lantas, mengapa kondisi ini bisa terjadi? Simak berbagai alasan dan pengobatan yang tepat untuk mengatasinya dalam pembahasan di bawah ini.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Makanan masuk ke dalam paru-paru merupakan masalah serius yang berisiko membahayakan kesehatan. Lantas, mengapa kondisi ini bisa terjadi? Simak berbagai alasan dan pengobatan yang tepat untuk mengatasinya dalam pembahasan di bawah ini.
Dalam kondisi normal, makanan seharusnya tidak masuk ke dalam paru-paru. Pada faring alias tenggorokan Anda terdapat organ penting yang disebut epiglotis.
Epiglotis adalah tulang rawan kecil berbentuk katup yang berfungsi menutup saluran napas saat Anda menelan makanan. Alhasil, makanan yang ditelan tidak masuk ke paru-paru.
Namun, pada situasi tertentu, makanan dapat salah masuk ke dalam saluran napas dan terjebak di dalam paru-paru. Kondisi ini dalam dunia medis disebut aspirasi paru.
Aspirasi paru lebih rentan terjadi pada bayi, anak-anak, maupun orang dewasa yang mengalami kesulitan menelan atau mengendalikan lidah.
Beberapa masalah yang meningkatkan risiko makanan masuk ke paru-paru, meliputi:
Saat Anda mengalami aspirasi, udara tetap bisa keluar-masuk paru-paru meskipun terhambat.
Dilansir dari MedlinePlus, aspirasi dapat menyebabkan peradangan paru-paru terutama ketika makanan, minuman, dan air liur malah masuk ke dalam organ pernapasan ini.
Kemudian, bakteri yang terkandung di dalamnya dapat menyebabkan infeksi paru-paru akibat aspirasi yang disebut pneumonia aspirasi (aspiration pneumonia).
Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menimbulkan kerusakan jaringan paru-paru akibat infeksi dan abses paru atau terbentuknya nanah.
Masuknya makanan ke dalam paru-paru bisa menyebabkan Anda batuk terus-menerus.
Batuk terjadi karena paru-paru berusaha mengeluarkan makanan yang masuk ke saluran udara yang menghambat proses pernapasan.
Batuk bisa berlangsung kronis jika makanan tersebut tidak juga dikeluarkan dari paru-paru.
Selain batuk, orang yang mengalami aspirasi paru bisa mengalami gejala lain, meliputi:
Pertama-tama, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai gejala aspirasi serta mencari kemungkinan komplikasi, seperti pneumonia atau edema paru.
Jika Anda dicurigai mengalami aspirasi dan komplikasinya, dokter akan meminta Anda menjalani beberapa tes untuk mencari makanan yang masuk ke paru-paru.
Sejumlah tes yang umum dilakukan yakni rontgen toraks, kultur sputum (dahak), bronkoskopi, dan CT-scan dada.
Guna mendapat diagnosis yang akurat, dokter mungkin akan meminta Anda untuk melakukan pemeriksaan khusus, seperti barium esophagography.
Saat melakukan tes tersebut, dokter akan meminta Anda untuk meminum cairan barium yang berfungsi untuk memperjelas kondisi esofagus melalui rontgen atau sinar X.
Pengobatan aspirasi bertujuan untuk mengeluarkan makanan yang masuk ke dalam paru-paru.
Pada sebagian besar kasus, dokter akan mengeluarkan makanan dengan bronkoskopi, yakni prosedur memasukkan tabung fleksibel yang dilengkapi kamera ke saluran napas.
Jika aspirasi berkembang menjadi pneumonia atau infeksi bakteri pada paru-paru, dokter akan meminta Anda melakukan rawat inap di rumah sakit.
Dokter juga akan meresepkan obat-obatan, termasuk antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri dan antiinflamasi untuk meredakan peradangan pada saluran napas.
Anda dapat mencegah masuknya makanan ke saluran pernapasan dengan cara-cara seperti berikut ini.
Sementara pada bayi dan anak-anak, Anda bisa mengurangi risiko tersedak dengan cara-cara seperti berikut ini.
Pada kasus aspirasi parah, pasien mungkin memerlukan selang makanan (nasogastric tube).
Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala aspirasi paru, segera hubungi dokter untuk menanganinya dan mencegah komplikasi.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar