backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Waspadai Risiko Obesitas pada Bayi yang Gemuk

Ditulis oleh dr. Stephanie Supriadi, Sp.A · Kesehatan anak · Mayapada Hospital Bandung


Tanggal diperbarui 04/04/2023

Waspadai Risiko Obesitas pada Bayi yang Gemuk

Stigma di Indonesia terkait berat badan bayi yang sehat masih sering dihubungkan dengan bayi yang gemuk. Padahal, bayi yang gemuk atau memiliki kelebihan berat badan lebih berisiko mengalami obesitas. Jangan sampai Anda terlambat mengenali kondisi ini pada bayi, berikut informasi lengkap seputar bayi obesitas.

Berapa acuan berat badan bayi dikatakan obesitas?

mencegah anak gemuk

Bayi bertubuh gemuk dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu berat badan berlebih (overweight) dan obesitasLalu, kapan bayi dikatakan obesitas?

Untuk menentukan apakah si Kecil memiliki berat badan berlebih (overweight) atau obesitas perlu disesuaikan dengan usia masing-masing bayi. 

Berat badan ideal pada anak akan ditentukan dengan pengukuran status gizi anak dalam satuan internasional, yaitu standar deviasi (SD).  

Berikut pengukuran status gizi anak berdasarkan usianya. 

1. Usia anak 0—5 tahun

Dokter spesialis anak umumnya merujuk pada grafik atau chart berat badan anak dari WHO. 

Berdasarkan grafik WHO, untuk anak di bawah usia 5 tahun, pengukuran dapat dilakukan dengan membandingkan berat badan terhadap tinggi atau panjang badan. 

Jika perbandingan berat badan terhadap tinggi badan anak sudah di atas +3 standar deviasi, anak sudah dapat disebut sebagai obesitas. 

2. Usia anak 5 tahun ke atas

Untuk anak usia di atas 5 tahun, pengukuran berat badan ideal dilakukan dengan menghitung BMI, sama seperti pada orang dewasa. 

Bila hasil pengukuran BMI berada di atas +2 standar deviasi, maka anak termasuk obesitas.

Seberapa umum obesitas pada bayi?

Menurut data-data dari Kemenkes RI, dikatakan bahwa 1 dari 5 anak yang berumur 5-12 tahun terdiagnosis mengalami obesitas. Berdasarkan penelitian, angka obesitas anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan diketahui lebih tinggi.
Sekitar 30% anak di perkotaan mengalami obesitas. Jadi, cukup tinggi data jumlah anak yang mengalami berat badan berlebih.

Apa penyebab obesitas pada bayi?

Secara keseluruhan, gaya hidup memengaruhi berat badan bayi. Gaya hidup tersebut meliputi berikut ini.

1. Pola makan kurang sehat

Penyebab utama obesitas pada anak adalah pola makan yang kurang sehat.

Pola makan sangat memengaruhi kenaikan berat badan anak, bahkan dimulai sedari pemberian MPASI.

Sebagai orangtua, Anda tentunya berharap makanan yang diberikan kepada anak adalah makanan yang berkualitas dan bergizi.

Namun sayangnya, masih banyak orangtua yang tidak mengetahui bahwa makanan yang diberikan kepada anak termasuk makanan yang tidak sehat dan bisa menyebabkan kegemukan atau bahkan obesitas.

Makanan yang kurang sehat untuk kesehatan tubuh yaitu makanan yang tergolong ke dalam yellow food atau red food.

Contohnya, mie instant, makanan junk food, makanan olahan, dan coklat.

Selain makanan yang tidak sehat, kurang minum air putih juga bisa memicu obesitas pada anak.

Saat tubuh mulai kekurangan cairan, anak yang memilih minum minuman manis, misalnya minuman bersoda dan teh manis, akan mendapat asupan kalori yang lebih banyak.

Jika kalori yang masuk lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan tubuhnya, ini akan membuat bayi kelebihan berat badan.

2. Kurang aktivitas fisik

Kebiasaan bayi dan balita yang tidak bisa lepas dari gawai, misalnya untuk menonton video hingga bermain game, berisiko membuat kurang beraktivitas.

Meski dapat menghibur si Kecil, hal ini bisa membuat bayi menjadi kurang bergerak. Padahal, tubuh yang kurang bergerak aktif akan lebih mudah mengalami penimbunan lemak.

Akibatnya, bayi akan lebih mudah mengalami peningkatan berat badan hingga menjadi berlebih dan menderita obesitas.

3. Kurang tidur

Selain kurang bergerak aktif, kurang tidur juga bisa meningkatkan risiko obesitas pada anak.

Dilansir dari penelitian dalam jurnal Arch Pediatr Adolesc Med, bayi yang tidur kurang dari 12 jam sehari pada usia 6 bulan, 12 bulan, dan 1 tahun akan berisiko lebih besar memiliki berat badan berlebih saat memasuki usia 3 tahun.

Ini diketahui dari membandingkannya dengan bayi yang tidur hingga 14 jam.

Apa saja gejala obesitas pada bayi?

Ciri-ciri anak obesitas yang bisa dilihat secara langsung utamanya yaitu berat badan yang lebih besar dan terlihat lebih gemuk dibandingkan dengan anak-anak seusianya. 

Selain itu, gejala fisik lainnya pada bayi meliputi: 

  • perut buncit, 
  • pipi tembam atau chubby,
  • paha atau tangan terlihat berlipat-lipat, dan
  • leher terlihat lebih pendek atau tidak terlihat.

Sementara itu, pada anak yang lebih besar, beberapa bagian kulitnya dapat terlihat lebih gelap atau berwarna hitam, terutama di daerah sekitar punduk.

Saat tidur, bayi yang obesitas juga cenderung lebih sering mendengkur. Akibat berat badan berlebih, napas anak menjadi lebih pendek. Ini juga menyebabkan bayi lebih mudah merasa lelah.

Kapan harus membawa bayi obesitas ke dokter?

waardenburg syndrome sindrom Waardenburg

Bagi orangtua, disarankan untuk membawa bayi ke dokter anak dan melakukan konsultasi saat timbul gejala obesitas pada anak.

Untuk bayi berusia di bawah 5 tahun, pemeriksaan rutin ke posyandu bisa membantu orangtua mendeteksi kelebihan berat badan dan obesitas pada anak.

Saat di posyandu, bayi umumnya akan menjalani timbang berat badan. Kader-kader yang bertugas di posyandu kemudian akan memberitahu para orangtua apabila bayi diketahui mengalami obesitas.

Pada kondisi ini, konsultasi ke dokter perlu dilakukan untuk mengetahui adanya risiko penyakit yang mungkin menyertai anak akibat memiliki berat badan berlebih.

Adakah komplikasi bila bayi mengalami obesitas?

Meski bayi yang gemuk dapat terlihat sangat lucu, perlu diketahui bahwa ada komplikasi obesitas yang mungkin terjadi bayi dengan kondisi ini. Beberapa di antaranya meliputi diabetes dan hipertensi.

Komplikasi tersebut bisa dialami oleh bayi sejak awal mengalami obesitas. Namun, risiko komplikasi akan semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia anak.

Bagaimana cara mengatasi obesitas pada bayi?

bayi obesitas

Untuk mengatasi obesitas pada bayi diperlukan kedisiplinan dari orangtua dalam memberikan contoh dan menjadi teladan bagi bayi sejak dini.

Obesitas pada bayi dapat diatas dengan melakukan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini.

1. Memperbaiki pola makan

Penanganan obesitas utamanya dengan mengatasi masalah pola makan.

Jadi, sebagai orangtua, Anda harus bisa mengatur pola makan pada anak menjadi lebih sehat. Anda bisa berikan anak makanan yang tergolong green food.

Green food adalah makanan dengan kalori, kadar gula, dan lemak yang rendah. Cotohnya, ikan, buah-buahan, dan sayur-sayuran.

Makanan tersebut baiknya dikonsumsi oleh anak setiap hari.

Sebaliknya, batasi konsumsi makanan yellow food dan red food yang telah disebutkan di atas. Makanan tersebut harus dikurangi, paling banyak satu atau dua kali dalam satu minggu.

Simpan makanan di tempat yang sulit dijangkau oleh anak agar ia tidak bisa mengambilnya sendiri. Dengan begitu, Anda bisa lebih mudah mengawasi apa yang anak konsumsi.

2. Bermain secara aktif

Ajak anak bermain dan bergerak dengan lebih aktif. Anda juga bisa mengajarkan anak untuk berolahraga, misalnya berenang.

Untuk mengurangi waktu anak berdiam diri di rumah dan meningkatkan stamina anak, lakukan olahraga 2 hingga 3 kali seminggu.

Pahami! Bayi yang obesitas tetap berisiko mengalami stunting

Perlu diketahui bahwa malnutrisi atau masalah nutrisi ada 2 jenis, yaitu bisa gizi kurang atau gizi lebih. Gizi kurang disebut underweight atau berat badan kurang, sedangkan gizi lebih disebut juga dengan obesitas.
Bayi yang obesitas tidak selalu memiliki tinggi badan yang normal. Ini karena bayi yang obesitas memang ada masalah pada gizi di dalam tubuhnya. Jadi, tidak cuma bayi yang kekurangan berat badan atau kekurangan gizi yang berisiko mengalami perawakan pendek (stunted), tetapi juga bayi yang gemuk.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditulis oleh

dr. Stephanie Supriadi, Sp.A

Kesehatan anak · Mayapada Hospital Bandung


Tanggal diperbarui 04/04/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan