backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Supraventricular Tachycardia

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 06/10/2022

Supraventricular Tachycardia

Ada berbagai jenis gangguan irama jantung (aritmia), salah satunya supraventricular tachycardia yang membuat jantung berdetak terlalu cepat.

Kondisi ini bisa menyebabkan pengidapnya sering pusing hingga pingsan. Ketahui penyebab dan cara mengobatinya di bawah ini.

Apa itu supraventricular tachycardia?

penyebab aritmia

Supraventricular tachycardia (SVT) adalah suatu kondisi ketika jantung berdetak terlalu cepat sehingga aliran darah tidak sepenuhnya masuk ke dalamnya.

Detak jantung normal orang dewasa yaitu sekitar 60–100 detak per menit (bpm). Akan tetapi, jantung pengidap takikardia supraventrikular bisa berdetak hingga sebanyak 150–250 detak per menit.

Kebanyakan orang dengan supraventricular tachycardia tidak perlu membatasi aktivitasnya maupun mendapatkan pengobatan medis tertentu. 

Namun bagi beberapa pengidapnya, pengobatan dan perubahan gaya hidup untuk jantung diperlukan guna mengontrol detak jantung yang cepat atau gejala lainnya.

Anda dapat menurunkan risiko mengidap SVT dengan mengurangi faktor risikonya. Silakan konsultasi dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.

Seberapa umum kasus takikardia supraventrikular?

Supraventricular tachycardia memengaruhi 35 per 100.000 pasien setiap tahunnya. Baik pria maupun wanita bisa terserang SVT, tetapi umumnya wanita memiliki risiko dua kali lebih tinggi dibandingkan pria.

Tanda dan gejala supraventricular tachycardia

Sebagian orang dengan SVT mungkin tidak merasakan gejalanya. Namun, gejala utama dari takikardia supraventrikular ialah detak jantung yang sangat cepat.

Kondisi ini kemungkinan datang dan pergi secara tiba-tiba. Pengidap SVT dapat merasakan detak jantung cepat dalam beberapa menit dan bahkan hingga beberapa hari.

Adapun, beberapa tanda dan gejala umum dari supraventricular tachycardia meliputi:

  • jantung berdebar,
  • nyeri dada,
  • sesak napas, 
  • berkeringat,
  • pusing,
  • sakit kepala,
  • mudah lelah, dan
  • pingsan.

Gejala SVT pada bayi dan anak-anak mungkin sulit untuk dikenali. Gejala ini biasanya meliputi nafsu makan menurun, berkeringat, kulit pucat, rewel, dan denyut nadi cepat.

Terdapat banyak tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika memiliki keluhan tentang kondisi ini, segera konsultasikan dengan dokter Anda.

Kapan harus periksa ke dokter?

Jika Anda mencurigai adanya kondisi ini pada diri Anda, konsultasikan dengan dokter. Tubuh setiap orang berbeda sehingga gejala yang muncul tidak selalu sama.

Pada umumnya supraventricular tachycardia tidak mengancam jiwa. Akan tetapi, bila Anda mengidap penyakit kardiovaskular, kondisi ini mungkin memicu serangan jantung.

Oleh sebab itu, lebih baik bila Anda konsultasi dan melakukan pemeriksaan dengan dokter untuk menentukan langkah penanganan terbaik.

Penyebab supraventricular tachycardia

kesehatan jantung

Supraventricular tachycardia terjadi akibat gangguan pada sistem listrik jantung. Hal ini menyebabkan jantung berdetak lebih cepat. 

Akibatnya, aliran darah tidak sepenuhnya masuk ke dalam jantung sebelum organ ini berdetak kembali.

Beberapa hal yang menyebabkan gangguan pada sistem pacu listrik jantung di antaranya penyakit jantung, gagal jantung, dan sindrom Parkinson-White.

Faktor risiko yang memicu supraventricular tachycardia

Selain penyebab di atas, ada beberapa faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami supraventrikular takikardia, meliputi:

  • kerusakan selaput jantung akibat penyakit jantung,
  • penyakit jantung bawaan (kongenital),
  • tekanan darah tinggi,
  • anemia,
  • penyakit paru-paru kronis,
  • penyakit tiroid,
  • diabetes,
  • sleep apnea,
  • kehamilan,
  • olahraga berlebihan,
  • stres dan ketakutan,
  • merokok,
  • konsumsi kafein dan alkohol berlebihan, 
  • mengonsumsi obat-obatan, seperti obat asma, flu, dan alergi, serta
  • menggunakan narkotika, seperti kokain dan metamfetamin.

Diagnosis supraventricular tachycardia

Dokter dapat mendiagnosis SVT dengan mendengarkan suara detak jantung Anda. Aliran darah yang tidak normal melalui katup mitral akan memunculkan suara yang disebut murmur. 

Suara murmur dapat terdengar melalui stetoskop. Waktu dan lokasi murmur membantu dokter untuk memastikan katup mana yang terpengaruh. 

Di samping itu, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan medis lain untuk mendiagnosis supraventricular tachycardia seperti berikut.

  • Elektrokardiogram: merekam dan mengetahui aktivitas kelistrikan pada organ jantung.
  • Ekokardiografi: menghasilkan gambaran organ jantung, mulai dari bilik jantung, katup, dinding jantung, hingga pembuluh darah.
  • Monitor Holter: perangkat EKG portabel untuk merekam aktivitas jantung saat pasien beraktivitas sehari-hari.
  • Tes darah dan urine: mendeteksi anemia, diabetes, penyakit tiroid, atau kondisi lain yang bisa memengaruhi jantung.

Untuk hasil yang lebih akurat, dokter juga bisa menggunakan studi elektrofisiologi (EP). Hal ini dilakukan dengan menempatkan satu atau lebih kateter pada beberapa bagian jantung.

Sensor pada ujung kateter akan merekam pola listrik jantung. Kemudian, dokter bisa melihat bagaimana aliran listrik menyebar melalui jantung setiap kali berdetak.

Pengobatan supraventricular tachycardia

elektrokardiogram

Pengidap SVT tanpa gejala tidak membutuhkan perawatan medis. Meski begitu, perawatan sederhana seperti manuver vagal bisa membantu mengontrol detak jantung.

Manuver vagal bisa dilakukan dengan batuk, mengejan seperti sedang buang air besar, atau meletakkan kompres dingin pada wajah agar detak jantung melambat.

Namun bila Anda sering mengalami takikardia supraventrikular, dokter dapat merekomendasikan beberapa jenis pengobatan seperti berikut ini.

1. Obat-obatan

Obat-obatan yang bisa dokter resepkan untuk pengidap SVT meliputi adenosin dan verapamil.

Kedua obat ini bekerja dengan menghambat sinyal listrik yang menyebabkan jantung berdetak cepat. Ini akan mengontrol detak jantung dan mengembalikannya ke ritme semula.

2. Kardioversi

Pengobatan SVT dengan metode kardioversi biasanya dokter lakukan bila manuver vagal atau pemberian obat-obatan tidak berhasil untuk mengendalikan detak jantung pasien.

Metode ini melibatkan pemberian kejut listrik ke jantung untuk mengembalikan detak jantung normal. Prosedur ini umumnya berlangsung selama 30 menit di rumah sakit.

3. Ablasi jantung

Ablasi jantung melibatkan prosedur operasi untuk mengatasi aritmia atau masalah ritme jantung tidak normal. Dokter akan memasukkan kateter melalui pembuluh darah hingga ke jantung.

Sensor pada ujung kateter akan menimbulkan bekas luka kecil pada jantung. Ini bertujuan guna memblokir sinyal listrik dan mengembalikan detak jantung yang normal.

4. Alat pacu jantung

Jika perawatan lain tidak bekerja dengan semestinya, dokter bisa merekomendasikan penggunaan alat pacu jantung untuk merangsang jantung agar berdetak dengan semestinya.

Alat pacu jantung ditanamkan di bawah kulit dekat dada, kemudian akan mengirimkan aliran listrik dan mengatur ulang ritme detak jantung.

Pengobatan di rumah untuk supraventricular tachycardia

Selain melakukan pengobatan, dokter juga menganjurkan orang dengan SVT untuk melakukan perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan seperti berikut ini.

  • Terapkan pola makan yang sehat dan bergizi seimbang.
  • Batasi konsumsi alkohol atau tidak sama sekali.
  • Minum teh dan kopi secukupnya saja.
  • Berhenti merokok.
  • Rutin berolahraga minimal 30 menit sehari.
  • Jaga tekanan darah dan kolestrol pada nilai yang aman.
  • Minum obat dengan hati-hati, terutama obat batuk dan flu mengandung stimulan.
  • Jangan gunakan obat-obatan terlarang.
  • Mengontrol stres dengan baik.
  • Tidur dan istirahat cukup.

Jika Anda mengalami gejala penyakit ini, segera konsultasi dengan dokter. Penanganan lebih awal akan membantu mencegah komplikasi yang lebih serius.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 06/10/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan