backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Striktur Esofagus

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 15/09/2021

Striktur Esofagus

Definisi striktur esofagus

Striktur esofagus adalah penyempitan saluran esofagus atau kerongkongan yang menghubungkan tenggorokan dan perut.

Jika lapisan organ kerongkongan (esofagus) sering mengalami peradangan, jaringan parut (plak) dapat terjadi sehingga menyebabkan penyempitan tabung organ. 

Akibatnya, makanan akan kesulitan melewati saluran tersebut hingga tersangkut atau terbentur yang menyebabkan nyeri dada dan perut. Jika dibiarkan, penyempitan saluran kerongkongan dapat membuat Anda kesulitan minum.

Kondisi ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu yang dapat memburuk dengan cepat dan yang jinak atau berkembang secara perlahan.

Seberapa umum kondisi ini?

Striktur esofagus merupakan penyakit yang tidak umum. Penyakit ini memang dapat terjadi pada semua usia, tetapi cenderung dijumpai pada orang berusia di atas 40 tahun. 

Tanda dan gejala

Tidak semua striktur esofagus memicu gejala, tetapi ada beberapa kondisi yang mungkin bisa menjadi pertanda dari masalah kerongkongan ini, yakni: 

  • sakit saat menelan (odynophagia), 
  • sulit menelan
  • sensasi makanan menempel di tenggorokan atau dada, 
  • sering mulas, 
  • penurunan berat badan tiba-tiba, 
  • batuk atau tersedak saat menelan, 
  • mulut terasa pahit atau asam, 
  • asam lambung naik hingga dada terasa perih dan terbakar, serta
  • sering sendawa atau cegukan. 

Kapan harus periksa ke dokter? 

Bila mengalami salah satu atau lebih gejala yang disebutkan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. 

Perlu diingat pula bahwa tubuh setiap orang berbeda-beda, sehingga lebih baik bertanya kepada dokter guna menangani kondisi Anda. 

Penyebab dan faktor risiko

Apa penyebab striktur esofagus?

Umumnya, hal yang dapat melukai kerongkongan dapat menyebabkan jaringan parut. Hal ini bisa memicu penyempitan kerongkongan yang juga dikenal sebagai striktur esofagus. 

Di bawah ini beberapa kondisi atau pengobatan yang biasanya dapat mengakibatkan peradangan atau jaringan parut di kerongkongan. 

1. Esofagitis eosinofilik

Esofagitis eosinofilik merupakan reaksi alergi atau masalah sistem kekebalan di kerongkongan yang memungkinkan penyempitan pada bagian tersebut. 

2. Kanker esofagus

Kanker esofagus terjadi ketika sel abnormal membelah atau tumbuh di luar jaringan esofagus. Tumor ini nantinya menyebabkan penyempitan yang disebut striktur esofagus. 

3. Refluks asam lambung (GERD)

Pada pasien GERD, asam lambung dapat merusak lapisan esofagus dan kembali ke kerongkongan. Gangguan pencernaan ini lebih dikenal dengan penyempitan peptik. 

4. Terapi radiasi

Bagi Anda yang menjalani terapi radiasi kanker di kepala, leher, atau dada lebih berisiko mengalami penyempitan kerongkongan setelah satu tahun perawatan. 

5. Operasi

Jika Anda menjalani operasi atau prosedur pada kerongkongan, hal ini dapat menghasilkan peradangan dan jaringan parut. Alhasil, striktur esofagus pun terjadi. 

6. Penyebab lainnya

Selain kondisi di atas, ada penyebab striktur esofagus lainnya yang perlu Anda waspadai, yakni: 

Apa faktor yang meningkatkan risiko terkena kondisi ini?

Striktur esofagus merupakan penyakit yang cukup jarang terjadi. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko Anda terhadap penyakit ini, yaitu: 

Diagnosis

Selain pemeriksaan fisik, dokter mungkin juga akan meminta Anda menjalani pemeriksaan tambahan di bawah ini. 

Esofagoskopi

Esofagoskopi merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan kamera (esofagoskop) untuk melihat esofagus. Prosedur ini biasanya dilakukan dalam keadaan sadar di ruangan praktik dokter dengan kamera melewati hidung. 

Bila Anda dibius dan pemeriksaan dilakukan di ruangan operasi, esofagoskop akan masuk melalui mulut. Nantinya, gambar kerongkongan akan terlihat untuk membantu diagnosis striktur esofagus. 

X-ray dengan barium

Sedikit berbeda dengan X-ray pada umumnya, Anda akan diminta untuk menelan berbagai zat yang dilapisi dengan barium. Barium merupakan pasta warna putih yang menyala selama X-ray. 

Pemeriksaan ini menunjukkan apakah sfingter esofagus bagian atas mengendur atau makanan dapat tersumbat saat melewati kerongkongan. 

Manometri esofagus

Manometri esofagus bertuuan mengukur kontraksi, koordinasi, dan kekuatan otot kerongkongan saat menelan.  Selama tes ini berlangsung, kateter berisi sensor akan masuk melalui hidung dan turun ke kerongkongan, lalu masuk ke perut. 

Tenggorokan dan hidung Anda akan mati rasa pada saat pemeriksaan ini. Anda juga akan diminta untuk menelan sedikit air sesuai dengan anjuran dokter selama tes. 

Endoskopi

Endoskopi merupakan prosedur yang memasukkan endoskop ke dalam mulut dan tenggorokan. Endoskop adalah alat berupa tabung tipis dan fleksibel yang dilengkapi dengan lampu dan kamera di ujungnya. 

Dengan begitu, dokter dapat memeriksa kerongkongan. Bila diperlukan, petugas kesehatan akan mengambil sepotong kecil jaringan untuk diuji di laboratorium. 

USG

Diagnosis striktur esofagus dengan prosedur USG menawarkan gambar yang lebih detail. Hal ini bertujuan untuk mengukur ketebalan dinding esofagus yang juga memperlihatkan seberapa besar penyempitannya. 

Obat dan pengobatan

Cara mengobati striktur esofagus biasanya tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan. Keduanya penting untuk menentukan pengobatan dan memastikan Anda menerima nutrisi yang cukup. 

Di bawah ini sejumlah pilihan pengobatan striktur esofagus yang biasa direkomendasikan dokter. 

1. Pelebaran kerongkongan (dilatasi esofagus)

Dilatasi esofagus atau pelebaran kerongkongan merupakan pilihan pengobatan striktur yang jinak yang dilakukan saat dokter melakukan endoskopi bagian atas

Pada saat pengobatan ini berlangsung, Anda mungkin akan diberikan obat bius. Hal ini dikarenakan dilator balon yang dimasukkan bersama endoskopi akan mengembang pada area yang mengalami penyempitan. 

Dengan begitu, kerongkongan Anda akan lebih lega. Balon dilator juga akan digunakan, tetapi tidak bersama dengan endoskopi. 

Prosedur ini disebut dilator Maloney atau dilator Savary. Nantinya, dilator ini akan mengembang semakin besar hingga menembus striktur. 

2. Terapi dan obat-obatan

Dibandingkan dengan striktur esofagus jinak, penyempitan kerongkongan yang parah hingga menyebabkan kanker biasanya membutuhkan pengobatan yang berbeda. 

Bila penyempitannya tidak begitu besar dan menyebar, operasi mungkin bisa menjadi salah satu cara untuk menghentikan kanker. 

Sayangnya, tumor yang tidak bisa dihentikan membutuhkan pengobatan paliatif yang mencakup beberapa perawatan, seperti: 

  • kemoterapi
  • radioterapi (terapi radiasi),
  • pelebaran kerongkongan, 
  • pengobatan laser, 
  • suntikan, dan 
  • pemasangan stent atau ring pada kerongkongan. 

Intinya, pasien harus bekerja sama dengan dokter untuk menentukan pendekatan dan pengobatan apa yang paling sesuai dalam kondisi apa pun. 

Pengobatan di rumah

Selain mendapatkan pengobatan dari dokter, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses pemulihan, yakni: 

  • beristirahat yang cukup
  • mulai beraktivitas dari yang ringan, 
  • pilih makanan yang lunak, seperti sup, jus, atau bubur, dan
  • tanyakan kepada dokter jenis makanan apa yang boleh dikonsumsi. 

Pencegahan

Mengingat GERD merupakan penyebab penyempitan kerongkongan yang paling sering terjadi, Anda perlu mengontrol penyakit ini guna mencegah striktur esofagus. 

Perubahan gaya hidup untuk mengendalikan refluks asam lambung yang membantu atau menunda penyempitan antara lain: 

  • hindari makanan pedas, berlemak, dan minuman berkafein, 
  • tidak merokok dan minum minuman beralkohol, 
  • makan dalam porsi kecil, 
  • tidak makan beberapa 2 – 3 jam sebelum tidur, 
  • tinggikan posisi bantal saat istirahat atau tidur, dan 
  • menjaga berat badan tetap ideal

Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan hubungi dokter guna mendapatkan penanganan yang tepat. 

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 15/09/2021

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan