backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Rhinitis

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 22/07/2022

Rhinitis

Penyakit rhinitis memiliki gejala yang menyerupai kondisi lain, seperti batuk dan flu. Padahal, masing-masing kondisi tersebut berbeda antara satu dengan lainnya. Begitu pun dengan pengobatannya. Untuk memahami penyakit ini lebih lanjut, baca penjelasan di bawah ini.  

Apa itu rhinitis?

Rhinitis adalah reaksi peradangan yang terjadi di bagian dalam hidung, tepatnya lapisan lendir hidung.

Lapisan lendir hidung berfungsi untuk menghasilkan cairan tipis dan bening. Cairan ini berfungsi untuk membersihkan kotoran, misal debu, bakteri, dan virus, yang masuk ke dalam hidung. 

Saat terjadi peradangan, lapisan ini akan menghasilkan lebih banyak lendir, sehingga menjadi lebih tebal dan berwarna kuning pucat.

Gejala yang berkaitan dengan penyakit ini dapat timbul pada mata, telinga, atau tenggorokan. Namun, gejala yang paling sering dialami, termasuk bersin kronis, hidung tersumbat, dan meler atau pilek.

Gejalanya pun bisa terjadi secara ringan maupun berat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Kondisi ini terbagi menjadi beberapa jenis. Namun, yang paling sering terjadi, yaitu rhinitis alergi dan rhinitis non-alergi.

Rhinitis non-alergi dapat dijumpai pada anak-anak dan orang dewasa, tetapi lebih umum terjadi setelah usia 20 tahun. Sementara itu, rhinitis alergi lebih umum terjadi dan dialami oleh sekitar 10 – 30% penduduk dunia.

Kedua jenis tersebut memiliki gejala dan pengobatan yang serupa. Namun, hidung gatal dan bersin biasanya lebih umum terjadi pada jenis non-alergi daripada alergi.

Kondisi kesehatan ini merupakan gangguan pada hidung yang sangat umum terjadi. Ini dapat diatasi dengan menghindari faktor risiko Anda. Diskusikanlah dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Apa saja tanda-tanda dan gejala rhinitis?

penyebab rhinitis vasomotor

Rhinitis umumnya terjadi untuk sementara dan akan sembuh dalam beberapa hari.

Namun, untuk jenis rhinitis alergi, kondisi ini bisa terjadi secara kronis, yaitu terus menerus atau sering mengalami kekambuhan.

Melansir dari Johns Hopkins Medicine, tanda-tanda dan gejala umum dari rhinitis dapat meliputi berikut ini. 

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasikanlah pada dokter.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Sebaiknya segera menghubungi dokter jika mengalami kondisi berikut ini. 

  • Gejala yang dialami cukup parah.
  • Gejala tidak kunjung sembuh meski telah menggunakan obat-obatan yang dijual bebas atau melakukan perawatan pribadi.
  • Timbul efek samping yang mengganggu dari obat-obatan yang dijual bebas atau diresepkan dokter untuk menangani kondisi ini.

Tubuh setiap orang bereaksi dengan cara berbeda. Selalu diskusikan dengan dokter apa yang terbaik untuk kondisi Anda.

Apa penyebab rhinitis?

Penyebab rhinitis bisa berbeda-beda pada masing-masing jenis. Ada banyak hal yang bisa menjadi pemicu. Berikut adalah penjelasan penyebab dari masing-masing jenisnya. 

1. Rhinitis alergi

Rhinitis alergi (hay fever) terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap partikel pemicu alergi.

Pemicu tersebut bisa berupa serbuk sari tanaman, jamur, tungau, debu, protein hewani, bahan kimia, makanan, obat-obatan, racun serangga, dan lainnya.

Selama terjadi reaksi alergi, antibodi khusus yang disebut IgE menempel pada sel pelepas histamin dan bahan kimia lainnya di paru-paru, kulit, dan lapisan lendir tubuh.

Bahan kimia ini membuka pembuluh darah dan menghasilkan kulit kemerahan dan selaput bengkak. Jika ini terjadi di hidung, maka akan timbul bersin, gatal, pilek, dan hidung tersumbat.

2. Rhinitis non-alergi

Rhinitis non-alergi, seperti rhinitis vasomotor, tidak dipicu oleh antibodi IgE dan bukan karena reaksi alergi.

Umumnya, pemicu jenis ini meliputi berikut ini. 

  • Iritan lingkungan atau okupasi, seperti debu, kabut, asap rokok, atau bau yang kuat, misal parfum.
  • Perubahan cuaca, yang membuat selaput di dalam hidung membengkak.
  • Infeksi, seperti infeksi virus (pilek atau flu).
  • Makanan atau minuman, terutama makanan panas atau pedas serta minuman beralkohol.
  • Obat-obatan tertentu, seperti aspirin, ibuprofen, sedatif, antidepresan, obat tekanan darah tinggi (hipertensi), dan obat yang digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi. Penggunaan spray hidung yang berlebihan juga dapat memicu jenis rhinitis non-alergi yang disebut rhinitis medicamentosa.
  • Perubahan hormon, termasuk karena kehamilan, menstruasi, penggunaan kontrasepsi oral, atau kondisi hormon lainnya, seperti hipotiroidisme.
  • Tidur telentang, untuk penderita sleep apnea dan GERD.

Apa yang meningkatkan risiko rhinitis?

Berdasarkan masing-masing jenisnya, ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko penyakit ini, di antaranya sebagai berikut.

Bagaimana dokter mendiagnosis kondisi ini?

endoskopi nasal endoskopi hidung

Diagnosis rhinitis biasanya ditentukan berdasarkan pemeriksaan riwayat kesehatan dan fisik secara menyeluruh.

Selain gejala di atas, dokter mungkin juga akan menyadari adanya gejala lain yang dialami, seperti:

  • kantung mata hitam,
  • kerak di bawah mata,
  • pembengkakan jaringan di dalam hidung, dan
  • bernapas melalui mulut.

Apa saja pengobatan untuk rhinitis?

Pengobatan rhinitis yang perlu dilakukan bergantung dari penyebab atau hasil diagnosis yang diperoleh.

Jika ada pemicu spesifik, menghindari pemicu tersebut mungkin cukup untuk mengatasi penyakit ini.

Sebagai contoh, pada orang yang alergi dengan kucing, menghindari paparan dan kontak langsung dengan kucing dapat membantu mengendalikan gejala.

Meski begitu, terkadang obat-obatan juga diperlukan untuk mengendalikan gejala. Tergantung pada penyebab spesifik gejala rinitis, beberapa obat yang dapat digunakan meliputi berikut ini.

  • Semprotan atau bilas cairan salin melalui hidung (intranasal).
  • Antihistamin (oral atau intranasal).
  • Kortikosteroid (biasanya digunakan sebagai semprotan intranasal).
  • Semprotan intranasal ipratropium bromida.

Untuk rhinitis alergi, imunoterapi alergen dapat menjadi pilihan pengobatan. Obat ini paling sering diberikan sebagai suntikan, tablet, atau cairan tetes oral.

Sebaiknya, periksakan diri ke spesialis THT atau ahli alergi untuk menentukan apakah imunoterapi alergen merupakan pengobatan yang tepat bagi kondisi Anda.

Untuk hidung meler yang parah atau sumbatan hidung yang tidak membaik dengan pengobatan, spesialis THT dapat mempertimbangkan prosedur tambahan, seperti operasi, yang sesuai dengan kondisi Anda.

Bagaimana cara mencegah penyakit rhinitis?

Gaya hidup dan pengobatan di rumah berikut ini dapat membantu Anda mencegah penyakit ini.

  • Hindari tempat dengan pemicu alergi, seperti debu dan bulu hewan.
  • Jaga udara di lingkungan sekitar tetap bersih, misal dengan menggunakan air conditioner (AC) untuk mencegah adanya debu.
  • Jangan menyentuh hidung dengan tangan secara langsung.
  • Cuci tangan secara rutin dengan air dan sabun.
  • Cuci sarung bantal dan sprei dengan air hangat dan detergen untuk membersihkan pemicu alergi.

Jika Anda memiliki pertanyaan, konsultasikanlah pada dokter untuk memahami solusi terbaik untuk Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 22/07/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan