backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

7

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 05/06/2023

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Beberapa orang mungkin bisa melewati kejadian buruk dan segera pulih setelahnya. Sementara bagi yang lain, peristiwa buruk yang sama bisa menimbulkan bekas yang begitu mendalam hingga menyebabkan post-traumatic stress disorder atau PTSD.

Apa itu PTSD dan bagaimana cara menanganinya? Simak lebih lanjut dalam uraian berikut ini.

Apa itu PTSD (gangguan stres pascatrauma)?

Post-traumatic stress disorder atau PTSD adalah gangguan mental yang dialami seseorang setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis.

Peristiwa yang menjadi pemicunya umumnya merupakan peristiwa yang menyakitkan atau mengejutkan, seperti kecelakaan, bencana alam, kekerasan seksual, atau perang.

Siapa pun dapat memiliki trauma. Bedanya, orang-orang dengan PTSD memikirkan kejadian traumatis tersebut sepanjang waktu sehingga memengaruhi kehidupannya.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Gangguan stres pascatrauma dapat mempengaruhi orang-orang dari semua golongan usia, bahkan anak-anak. Meski begitu, gangguan ini lebih banyak terjadi pada perempuan ketimbang laki-laki.

Menurut sebuah penelitian dalam European Journal of Psychotraumatology (2017), perempuan berisiko 2–3 kali lipat lebih besar untuk mengalami PTSD dibandingkan laki-laki.

Tanda dan gejala PTSD

trauma

Post-traumatic stress disorder dapat menimbulkan gejala fisik dan emosional.

Gejala dan reaksi emosional

Berikut merupakan gejala dan reaksi emosional yang sering kali dialami oleh orang-orang dengan PTSD.

  • Ingatan masa lalu penyebab trauma muncul terus-menerus.
  • Pikiran Anda mengulang peristiwa traumatis tersebut seolah ia kembali terjadi.
  • Pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri atau orang lain.
  • Merasa tidak ada harapan untuk masa depan.
  • Lupa akan berbagai aspek atau detail penting yang berkaitan dengan penyebab trauma.
  • Tidak bisa menjaga hubungan baik dengan orang lain.
  • Merasa jauh dengan keluarga maupun kerabat dekat.
  • Kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas yang biasanya disukai.
  • Tidak dapat menunjukkan energi positif.
  • Kesulitan merasakan berbagai emosi di dalam diri.
  • Sering mengalami mimpi buruk yang terasa nyata mengenai kejadian traumatis tertentu.

Gejala dan reaksi fisik

PTSD juga dapat menyebabkan gejala dan reaksi fisik sebagai berikut.

  • Mudah terkejut atau merasa takut.
  • Selalu waspada terhadap berbagai hal yang dianggap berbahaya.
  • Kecenderungan menyakiti atau merusak diri sendiri.
  • Kerap mengalami gangguan tidur.
  • Kesulitan untuk berkonsentrasi.
  • Mudah marah atau lebih agresif dalam merespons berbagai hal.
  • Perasaan bersalah atau malu yang berlebihan.

Kapan Anda harus ke dokter?

Segera kunjungi psikolog atau psikiater jika Anda mengalami tanda-tanda berikut ini.
  • Memiliki pikiran dan perasaan mengerikan tentang kejadian traumatis selama lebih dari sebulan.
  • Pikiran dan perasaan Anda terus bertambah negatif.
  • Kesulitan dalam menjaga hidup tetap terkontrol.
  • Munculnya keinginann untuk melukai diri sendiri atau bunuh diri.

Penyebab gangguan stres pascatrauma

cara menghilangkan trauma

Para ahli memercayai bahwa apa yang Anda alami, lihat, atau pelajari tentang suatu kejadian yang melibatkan kematian, kematian, luka parah, atau pelecehan seksual dapat menyebabkan PTSD.

Beberapa kejadian traumatis yang umumnya menyebabkan PTSD adalah:

  • peperangan,
  • penelantaran dan kekerasan fisik pada masa kecil,
  • pelecehan seksual,
  • serangan fisik,
  • diancam dengan senjata,
  • kecelakaan pesawat,
  • penculikan,
  • perampokan,
  • serangan teroris, serta
  • penyakit yang serius atau tidak bisa sembuh.

Faktor risiko PTSD

Siapa saja bisa mengalami gangguan stres pascatrauma. Akan tetapi, risikonya bisa meningkat jika Anda memiliki kondisi berikut.

  • Riwayat trauma yang intens atau berkepanjangan.
  • Riwayat trauma pada masa kecil, termasuk penganiayaan atau ditelantarkan.
  • Pekerjaan yang meningkatkan risiko terpapar kejadian traumatis, misalnya personel militer, tim SAR, dan petugas medis dan pertolongan pertama darurat.
  • Adanya gangguan mental lainnya, misalnya gangguan kecemasan, fobia, atau depresi.
  • Kurangnya sistem dukungan yang baik dari keluarga dan teman.
  • Adanya kerabat kandung yang mengalami gangguan kesehatan mental, termasuk PTSD atau depresi.

Diagnosis post-traumatic stress disorder

dampak trauma

PTSD adalah kondisi yang tidak terdiagnosis sampai setidaknya sebulan sejak adanya kejadian traumatis. Jika selama sebulan setelah kejadian Anda mengalami gejalanya, segera temui dokter.

Bila gejala-gejala tersebut muncul, dokter akan memulai diagnosis dengan melakukan pemeriksaan riwayat medis dan fisik lengkap.

Walaupun tidak ada tes laboratorium untuk mendiagnosis PTSD secara spesifik, dokter mungkin menggunakan beragam tes untuk memastikan tidak ada penyakit fisik yang menyebabkan timbulnya gejala. 

Jika tidak ditemukan penyakit fisik apa pun, Anda mungkin dirujuk ke psikiater, psikolog, atau ahli kesehatan mental profesional yang terlatih khusus untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit kejiwaan.

Psikiater dan psikolog akan melakukan wawancara dan menggunakan alat penilaian tersendiri untuk mendiagnosis kondisi Anda.

Cara dokter melakukan diagnosis PTSD yaitu berdasarkan gejala yang dilaporkan, termasuk masalah sehari-hari.

Seseorang dapat dikatakan mengalami post-traumatic stress disorder apabila mengalami gejala-gejalanya selama lebih dari sebulan.

Pengobatan PTSD

PTSD adalah salah satu jenis gangguan kecemasan yang bisa diatasi dan disembuhkan. Menurut Mayo Clinic, berikut beberapa metode yang bisa digunakan.

1. Terapi psikologi

Ada dua jenis terapi psikologi atau psikoterapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan stres pascatrauma.

  • Terapi perilaku kognitif (CBT): terapis akan mengajak Anda menggali penyebab trauma, lalu mengubah pola pikir dan perilaku yang keliru.
  • Terapi paparan: Anda akan berlatih menghadapi situasi dan ingatan yang selama ini menimbulkan trauma dengan cara yang aman.

2. Penggunaan obat-obatan

Beberapa jenis obat-obatan juga dapat membantu Anda mengatasi gejala PTSD dan membantu proses terapi.

Contoh obat-obatan yang biasanya dokter berikan yaitu antidepresan, obat anticemas, dan prazosin, obat yang dianggap efektif untuk mengurangi mimpi buruk.

Perawatan pasien PTSD di rumah

Gaya hidup dan pengobatan rumahan yang mungkin membantu mengatasi post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah:

  • mengikuti rencana pengobatan dan bersabar,
  • mempelajari lebih jauh tentang PTSD agar Anda bisa lebih memahami perasaan sendiri dan pemicu gejala,
  • tidak menyalahgunakan obat-obatan atau alkohol yang justru dapat memperlambat penyembuhan, serta 
  • menjalani gaya hidup sehat dengan beristirahat yang cukup, menerapkan pola makan sehat untuk menjaga mental, berolahraga, dan meluangkan waktu untuk rileks.

Memang sulit untuk menyesuaikan diri dan menerima perubahan setelah kejadian traumatis, tapi selalu ada cara untuk membuat Anda merasa lebih baik.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter atau psikolog yang menangani Anda untuk mendapatkan solusi terbaik atas masalah Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui 05/06/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan