backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Polip Usus

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 26/08/2021

Polip Usus

Definisi dan jenis polip usus

Polip usus (polip kolon) adalah gumpalan kecil yang terbentuk di lapisan organ usus besar. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini tidak begitu berbahaya.

Akan tetapi, beberapa gumpalan dapat berkembang menjadi kanker usus, yang sering kali berakibat fatal jika baru ditemukan pada stadium akhir.

Benjolan pada usus besar ini memiliki jumlah dan ukuran yang bervariasi. Ada polip yang berbentuk seperti jamur (bulatan bertangkai), pipih, atau bulat tanpa tangkai.

Polip di usus besar juga memiliki beberapa jenis, berikut di antaranya.

Polip adenomatosa

Polip adenomatosa jenis polip kolon yang paling umum. Sebenarnya polip di usus jenis ini memiliki potensi yang kecil untuk berubah menjadi kanker, tapi hampir semua polip ganas dimulai dari polip adenomatosa.

Meski demikian, berkembangnya polip kolon jenis ini menjadi kanker biasanya memakan waktu bertahun-tahun.

Polip hiperplastik

Polip hiperplastik juga termasuk dalam jenis polip kolon yang umum ditemukan pada pasien. Ukurannya kecil dan risiko berubah menjadi kanker sangat rendah.

Polip bergerigi

Bila polip kolon bergerigi muncul di usus besar bagian bawah, kemungkinan polip ini merupakan sekumpulan polip hiperplastik yang tumbuh berdekatan dan jarang bersifat ganas.

Namun bila letaknya di bagian atas serta berukuran besar dan datar, polip bisa saja bersifat prakanker (akan menjadi kanker).

Polip inflamasi

Paling sering ditemukan pada pasien penyakit radang usus (IBD). Disebut juga sebagai pseudopolyps karena jenis ini bukan benar-benar polip, melainkan adalah reaksi terhadap peradangan kronis di usus besar.

Polip kolon jenis ini bersifat jinak dan umumnya tidak berisiko menjadi kanker usus besar.

Untuk mengetahui apakah benjolan polip memiliki potensi menjadi kanker, pasien bisa menjalani tes skrining seperti kolonoskopi.

Seberapa umumkah penyakit ini?

Polip di usus ternyata sangat umum terjadi. Risiko seseorang memiliki gumpalan pada usus besar ini akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Diperkirakan, sepertiga atau lebih orang yang berusia 60 tahun atau lebih memiliki setidaknya satu polip di usus besarnya.

Tanda dan gejala polip usus

Sebanyak 95% orang yang dicurigai memiliki polip di usus besar tidak merasakan gejala atau tanda. Sekalipun hasil skrining menunjukkan adanya gumpalan, gejala mungkin saja tidak terasa.

Namun, sebagian pasien kemungkinan akan merasakan perubahan pada tubuhnya. Menurut Mayo Clinic, berikut ini tanda-tanda yang dapat dialami oleh pasien.

Perdarahan di rektum

Rektum adalah bagian akhir dari usus besar yang menampung kotoran sebelum dikeluarkan lewat anus.

Perdarahan di rektum bisa menjadi tanda colon polyp atau kanker atau kondisi lainnya seperti ambeien (wasir) atau sobekan kecil pada anus.

Perubahan warna feses

Darah bisa muncul dalam bentuk garis-garis merah pada feses atau membuat feses tampak hitam. Namun, perubahan pada warna juga bisa disebabkan oleh makanan, obat-obatan dan suplemen.

Perubahan pada kebiasaan buang air besar

Sembelit atau diare yang berlangsung lebih dari satu minggu kemungkinan bisa menjadi tanda adanya gumpalan di usus besar.

Namun, cukup sulit untuk membedakan apakah gejala ini disebabkan oleh polip atau kondisi lainnya. Sebab, perubahan kebiasaan buang air besar juga bisa menjadi pertanda bagi banyak kondisi pencernaan lainnya.

Nyeri, mual, dan muntah

Polip kolon yang bisa menyumbat sebagian usus menyebabkan nyeri atau kram perut, hingga mual dan muntah.

Anemia akibat kekurangan zat besi

Perdarahan dari polip bisa terjadi secara bertahap, tanpa darah yang tampak di feses. Perdarahan kronis mengurangi kadar logam yang penting bagi tubuh untuk memproduksi zat besi.

Zat ini memungkinkan sel-sel darah merah untuk mengangkut oksigen ke tubuh (hemoglobin). Hasilnya yaitu anemia akibat kekurangan zat besi, yang bisa membuat Anda merasa lelah dan sesak napas.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasikanlah pada dokter.

Kapan harus periksa ke dokter?

Anda harus menghubungi dokter jika Anda mulai mengalami gejala seperti:

  • nyeri perut,
  • darah di feses, dan
  • perubahan kebiasaan buang air besar yang berlangsung lebih dari seminggu.

Perlu diingat, tubuh setiap orang bereaksi dengan cara berbeda, maka gejala yang dirasakan juga dapat berbeda-beda satu sama lain.

Maka dari itu, diskusikan dengan dokter demi mengetahui solusi apa yang terbaik untuk keadaan Anda.

Penyebab dan faktor risiko

Apa penyebab polip usus?

Penyebab polip kolon tidak diketahui secara pasti. Namun, periset menyebutkan bahwa polip di usus besar merupakan hasil dari pertumbuhan jaringan yang abnormal.

Setiap hari, sel-sel di tubuh akan mengalami kerusakan, termasuk pada sel-sel di usus. Sel tersebut nantinya akan digantikan sel baru yang sehat (mutasi sel). Pertumbuhan dan pembelahan sel-sel baru biasanya terkendali.

Namun pada beberapa kasus, sel-sel tersebut terbentuk dan terbelah sebelum dibutuhkan. Pertumbuhan yang berlebihan ini menyebabkan polip terbentuk di sepanjang usus besar dengan beragam bentuk dan ukuran.

Apa yang meningkatkan risiko terkena penyakit ini?

Tentunya, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap tumbuhnya polip kolon. Beberapa kelompok yang berisiko adalah:

  • orang-orang yang berusia di atas 50 tahun,
  • mengalami obesitas,
  • memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami polip kolon atau kanker usus besar,
  • memiliki penyakit yang membuat usus besar meradang, seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif,
  • punya penyakit diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol, serta
  • memiliki kelainan bawaan lahir, seperti sindrom Lynch atau sindrom Gardner.

Perilaku hidup yang kurang sehat bagi sistem pencernaan juga berkontribusi meningkatkan risiko terbentuknya benjolan di usus besar.

Beberapa contohnya antara lain saat Anda sering merokok, minum alkohol, atau terlalu banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak.

Diagnosis dan pengobatan

Bagaimana penyakit ini didiagnosis?

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan seputar gejala yang dirasakan. serta riwayat kesehatan pasien.

Untuk menegakkan diagnosis, pasien juga akan menjalani beberapa tes lanjutan seperti berikut.

  • Tes feses. Dalam fecal immunochemical test (FIT) dan fecal occult blood test (FOBT), sampel feses diperiksa untuk tanda-tanda kanker usus.
  • Kolonoskopi. Dalam tes ini, dokter memasukkan selang pandang kecil jauh ke dalam usus besar dan mencari polip. Dokter juga dapat mengambil benjolan di usus yang ditemukan.
  • Sigmoidoskopi fleksibel. Tes ini seperti kolonoskopi, kecuali bahwa selang pandang ini lebih pendek sehingga dokter hanya dapat melihat bagian terakhir dari usus besar. Dokter dapat mengangkat polip selama tes ini.

Apa saja pengobatan untuk polip usus?

Dokter kemungkinan akan mengangkat semua benjolan yang ditemukan dalam pemeriksaan di usus besar. Berikut berbagai pilihan metode pengangkatannya.

Pengangkatan dalam skrining

Kebanyakan polip dapat diangkat dengan tang (forcep) biopsi atau kawat melingkar yang menjerat polip. Ini dapat dibantu dengan menyuntikkan cairan di bawah polip agar membuatnya menonjol dari dinding untuk diangkat.

Jika benjolan di usus lebih besar dari 0,75 inci (sekitar 2 sentimeter), cairan dapat disuntikkan ke bawahnya untuk menaikkannya dan mengisolasi polip dari jaringan sekitarnya sehingga dapat diangkat (reseksi mukosa endoskopi).

Operasi invasif minimal

Polip kolon yang terlalu besar atau tidak dapat dicapai dengan aman dalam skrining biasanya diangkat menggunakan operasi invasif minimal.

Pengangkatan kolon dan rektum

Jika Anda memiliki sindrom warisan yang langka, seperti FAP (familial adenomatous polyposis/polip usus keturunan). Anda mungkin membutuhkan operasi untuk mengangkat usus besar dan rektum (proktokolektomi total).

Pengobatan polip usus di rumah

Anda tentunya bisa melakukan perubahan pada kebiasaan sehari-hari guna membantu pemulihan kondisi.  Berikut langkah-langkah yang dapat Anda lakukan.

  • Konsumsi makanan untuk usus, seperti buah-buahan, sayuran dan gandum utuh.
  • Kurangi asupan makanan tinggi lemak, daging merah, dan makanan olahan.
  • Batasi atau hindari konsumsi alkohol.
  • Berhenti merokok.
  • Mulai aktif secara fisik dan pertahankan berat badan sehat.
  • Riwayat keluarga. Jika keluarga Anda memiliki riwayat benjolan di usus besar, pertimbangkan menjalani konseling genetik dan lakukan kolonoskopi rutin.

Jika Anda masih memiliki pertanyaan, konsultasikanlah pada dokter untuk memahami solusi terbaik untuk Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 26/08/2021

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan