backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Fatty Liver (Perlemakan Hati)

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 03/11/2023

Fatty Liver (Perlemakan Hati)

Fatty liver (perlemakan hati) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kandungan lemak di hati. Kondisi ini umumnya terjadi pada orang dengan obesitas. Ketahui lebih jauh tentang gejala, penyebab, dan cara mengobati perlemakan hati selengkapnya. 

Apa itu fatty liver?

Fatty liver adalah penumpukan lemak berlebih pada hati yang dapat disebabkan oleh kebiasaan minum alkohol berlebihan atau kadar kolesterol yang tinggi. 

Penyakit fatty liver sebenarnya tidak berbahaya. Namun, peradangan (inflamasi) yang tidak kunjung sembuh dapat memicu jaringan parut (sirosis) dan menurunkan fungsi hati. 

Kondisi ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) dan alcoholic fatty liver disease (ALD). Perlemakan hati non-alkohol (NAFLD) adalah penumpukan lemak di hati yang tidak berhubungan dengan konsumsi alkohol.

Alcoholic fatty liver disease adalah kondisi penumpukan lemak di hati yang terjadi akibat konsumsi alkohol berlebihan. Kondisi ini umumnya dapat membaik dengan berhenti minum alkohol.

Perlemakan hati dapat berkembang melalui tiga tahap, yaitu adanya jaringan parut pada hati yang rusak (fibrosis hati), peradangan hati yang merusak jaringan sekitarnya (steatohepatitis), serta jaringan paru menggantikan jaringan yang sehat (sirosis hati). 

Itu sebabnya, hati yang berlemak perlu segera ditangani agar tidak merusak sel hati dan organ lainnya hingga membahayakan nyawa. 

Seberapa umum kondisi ini? 

Penyakit fatty liver adalah kondisi umum yang dan dapat terjadi pada siapa saja. Mengutip situs American Heart Association, 1 dari 4 orang dewasa di seluruh dunia mengalami penumpukan lemak pada hati dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung. 

Kondisi ini umumnya terjadi pada orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas, tapi dapat juga muncul pada orang dengan berat badan normal.

Tanda dan gejala fatty liver

penyebab perut begah

Penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala. Namun, bila sudah berkembang, Anda akan mengalami gejala berupa: 

  • sakit perut pada sisi kanan atas perut, 
  • perut kembung,
  • kelelahan ekstrem,
  • perut terasa kembung, 
  • perut dan kaki membengkak (edema),
  • mual dan kehilangan nafsu makan, 
  • penurunan berat badan, serta
  • kulit dan bagian putih mata menguning (penyakit kuning).

Kemungkinan terdapat ciri-ciri perlemakan hati yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki pertanyaan seputar gejala dan bahaya fatty liver, silakan konsultasikan dengan dokter. 

Kapan harus periksa ke dokter?

Bila Anda mengalami gejala yang telah disebutkan dan sudah berlangsung lama, segera periksakan diri ke dokter.

Hal ini juga berlaku bila berat badan turun secara tiba-tiba karena bisa menjadi pertanda adanya kerusakan pada hati.

Penyebab fatty liver

Penyakit liver ini umumnya disebabkan oleh tubuh yang memproduksi lemak dalam jumlah yang berlebihan di organ hati. Perlemakan hati terjadi ketika lemak yang disimpan lebih dari 5 – 10% dari total berat hati.

Organ hati yang sehat biasanya hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak sama sekali.

Jika Anda minum terlalu banyak alkohol atau makan berlebihan, tubuh akan mengatasi kelebihan ini dengan mengubah sebagian kalori menjadi lemak. Lemak kemudian disimpan di dalam sel hati. 

 Penumpukan lemak pada hati ini dapat terjadi karena berbagai hal, seperti:

  • konsumsi makanan dengan kalori yang berlebihan, 
  • kelebihan berat badan atau obesitas,
  • kolesterol tinggi,
  • memiliki penyakit diabetes tipe 2,
  • penyalahgunaan alkohol, serta
  • mengonsumsi obat tertentu, seperti amiodarone, diltiazem, tamoxifen atau steroid. 

Faktor risiko fatty liver 

Penyebab perlemakan hati memang lebih sering berkaitan dengan dampak buruk minum beralkohol secara berlebihan. Namun, ada beberapa kondisi kesehatan yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena perlemakan hati, meliputi: 

  • diabetes tipe 2,
  • obesitas,
  • hipopituitarisme,
  • kadar lemak dalam darah tinggi, seperti kolesterol dan trigliserida, 
  • tekanan darah tinggi (hipertensi), 
  • gangguan metabolisme, seperti sindrom metabolik, 
  • mengalami penyakit infeksi seperti hepatitis C,
  • telah terpapar racun, serta
  • hipotiroidisme.

Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) telah memengaruhi sekitar 25% dari populasi di dunia. Hal ini juga dipengaruhi oleh angka kasus obesitas, diabetes tipe 2, dan kolesterol tinggi. 

Sementara itu, alcoholic fatty liver disease (ALD) terjadi pada peminum alkohol berat terutama yang sudah lama. Penyakit ini juga berisiko lebih tinggi pada wanita yang minum alkohol secara berlebihan serta mengalami obesitas.

Diagnosis fatty liver

Kebanyakan pasien perlemakan hati tidak menunjukkan gejala, sehingga biasanya sering terdeteksi secara kebetulan saat pemeriksaan kesehatan secara berkala.

Sebagai contoh, tingkat enzim hati yang meningkat pada tes darah untuk kondisi lain bisa jadi adalah pertanda gangguan fungsi hati.

Bila hal ini terjadi, dokter mungkin akan meminta Anda menjalani pemeriksaan berikut ini.

  • CT scan untuk mendapat gambaran organ hati.
  • Biopsi hati untuk menentukan tingkat keparahan penyakit.
  • USG untuk mengetahui jumlah lemak dan jaringan parut pada hati.
  • Tes darah untuk mengetahui faktor pemicu hati berlemak.
  • Pemeriksaan fungsi hati dan enzim yang berada dalam hati. 

Pengobatan fatty liver

berat badan naik karena obat

Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini. Namun, dokter bisa merekomendasikan Anda untuk menjalani gaya hidup sehat sekaligus memberikan obat untuk mengatasi penyebab hati berlemak.

Berikut adalah gaya hidup sehat yang direkomendasikan.

  • Menurunkan berat badan bila mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.
  • Mengurangi atau berhenti minum alkohol.
  • Minum obat untuk mengendalikan diabetes, kolesterol, dan trigliserida.
  • Transplantasi hati pada orang yang mengalami gagal hati. 

Perlu diingat bahwa hingga saat ini para peneliti masih mencari tahu apakah terdapat obat-obatan yang dapat mengurangi peradangan hati yang berlemak. 

Sejauh ini, ada dua jenis obat fatty liver yang dinilai dapat membantu mengurangi jumlah lemak hati, yaitu vitamin E dan pioglitazone (obat diabetes). 

Meski begitu, tidak semua orang bisa mendapatkan manfaat yang sama dari pengobatan fatty liver ini. 

Perawatan rumahan fatty liver

Beberapa perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan untuk membantu mengontrol penyakit fatty liver antara lain sebagai berikut.

  • Berhenti minum alkohol
  • Menjaga berat badan ideal.
  • Menurunkan berat badan bagi orang yang mengalami kelebihan berat badan.
  • Mendapatkan vaksin hepatitis A, hepatitis B, dan penyakit pneumokokus.
  • Rutin berolahraga.
  • Melakukan pemeriksaan rutin untuk mengetahui kesehatan hati.
  • Mengontrol kadar gula darah.
  • Bertanya pada dokter terkait jenis obat hepatotoksik (obat yang berpotensi merusak hati).

Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.

Itulah ulasan lengkap mengenai perlemakan hati, mulai dari gejala, penyebab, hingga cara pengobatannya. Perlu diingat bahwa saat ini belum ada pengobatan khusus untuk menangani penyakit perlemakan hati.

Oleh karena itu, selalu konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui pengobatan yang tepat sesuai dengan penyebab dan gejala yang dialami. 

Ringkasan

  • Perlemakan hati merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar lemak pada hati.
  • Penyakit ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) dan alcoholic fatty liver disease (ALD). 
  • Kondisi ini umumnya disebabkan oleh mengonsumsi alkohol berlebihan, obesitas, serta kolesterol tinggi.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 03/11/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan