backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Perdarahan Subarachnoid

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 07/09/2023

Perdarahan Subarachnoid

Definisi perdarahan subarachnoid

Apa itu perdarahan subarachnoid?

Perdarahan subarachnoid (subarachnoid hemorrhage/SAH) adalah perdarahan yang terjadi di dalam ruang subarachnoid, yaitu ruang antara dua lapisan membran yang membungkus otak atau selaput meninges.

Selaput meninges merupakan membran pelindung otak yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu pia meter (dalam), arachnoid (tengah), dan dura meter (luar). Adapun ruang subarachnoid berada tepat di bawah lapisan arachnoid dan di atas pia meter.

Ruang subarachnoid berisi cairan otak yang disebut dengan cairan serebrospinal, serta pembuluh darah utama yang membawa nutrisi dan oksigen ke otak. Ketika pembuluh darah di permukaan luar otak tersebut pecah, ruang subarachnoid akan cepat terisi dengan darah dan bercampur dengan cairan serebrospinal. Hal ini dapat meningkatkan tekanan pada otak dan bisa menyebabkan koma, kelumpuhan, cacat fisik, bahkan kematian.

Perdarahan subarachnoid adalah salah satu jenis stroke yang terjadi akibat perdarahan otak, yaitu stroke hemoragik. Adapun jenis stroke hemoragik lainnya disebut dengan perdarahan intraserebral, yang menyebabkan perdarahan di dalam otak.

Seberapa umumkah perdarahan subarachnoid?

Umumnya, perdarahan subarachnoid terjadi akibat cedera atau trauma kepala. Namun, kondisi ini juga bisa terjadi karena pecahnya benjolan abnormal pada pembuluh darah (aneurisma) di otak.

Perdarahan subarachnoid adalah kondisi medis darurat. Oleh karena itu, seseorang yang mengalami kondisi ini perlu segera mendapat perawatan medis untuk menghindari komplikasi, terutama risiko kematian.

Dilansir dari The Internet Stroke Center, subarachnoid hemorrhage bisa terjadi pada siapapun di usia berapapun, termasuk remaja dan dewasa muda. Adapun wanita lebih sering mengalami kondisi ini dibandingkan dengan pria.

Namun, aneurisma otak umumnya terjadi setelah usia 40 tahun, meski kondisi ini juga bisa terjadi sejak dilahirkan atau masa kanak-kanak yang kemudian berkembang dengan sangat lambat. Oleh karena itu, akibat aneurisma otak pun lebih berisiko terjadi pada usia tersebut.

Tanda & gejala perdarahan subarachnoid

Apa saja gejala perdarahan subarachnoid yang dapat timbul?

Tanda dan gejala utama perdarahan subarachnoid adalah sakit kepala parah yang mendadak (thunderclap headache). Gejala ini sering terasa buruk di kepala bagian belakang (sakit kepala belakang). Bahkan, banyak orang mendeskripsikannya sebagai “sakit kepala terburuk” dan berbeda dengan jenis sakit kepala lainnya.

Gejala-gejala lainnya meliputi:

  • Kesadaran dan kewaspadaan menurun.
  • Ketidaknyamanan mata terhadap cahaya yang menyilaukan (fotofobia).
  • Perubahan suasana hati dan kepribadian, termasuk kebingungan dan cepat marah.
  • Nyeri otot (terutama bagian leher, bahu, atau sakit punggung).
  • Mual dan muntah.
  • Kelemahan atau mati rasa di sebagian tubuh.
  • Kejang.
  • Pusing.
  • Leher kaku.
  • Kesulitan bicara.
  • Masalah pada penglihatan, termasuk penglihatan ganda, ada bintik-bintik yang terlihat, atau kehilangan penglihatan sementara pada satu mata.

Sebelum subarachnoid hemorrhage terjadi, Anda mungkin saja mengalami gejala lainnya yang terkait dengan aneurisma otak, seperti nyeri di sekitar mata, perubahan ukuran pupil mata, kehilangan pendengaran atau masalah keseimbangan, atau kesulitan dengan memori. Namun, beberapa penderita aneurisma otak pun mungkin tidak merasakan gejala apapun.

Beberapa gejala atau tanda lainnya mungkin tidak tercantum di atas. Jika Anda merasa cemas tentang gejala tersebut, segera konsultasi ke dokter Anda.

Kapan harus periksa ke dokter?

Gejala di atas mungkin terlihat seperti kondisi atau masalah medis lain. Untuk memastikannya, sebaiknya Anda segera berkonsultasi ke dokter jika mengalami salah satu tanda atau gejala di atas. Apalagi, perdarahan subarachnoid adalah kondisi medis darurat yang perlu segera mendapat penanganan.

Perlu diketahui pula, setiap tubuh bertindak berbeda satu sama lain. Diskusikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik dalam situasi yang Anda alami.

Penyebab perdarahan subarachnoid

Apa penyebab perdarahan subarachnoid yang umum terjadi?

Penyebab perdarahan subarachnoid yang umum adalah cedera atau trauma di kepala. Pada lansia, kondisi ini biasanya terjadi karena terjatuh yang menyebabkan terbenturnya kepala. Sementara pada orang dewasa muda atau remaja, cedera kepala biasanya terjadi karena kecelakaan kendaraan bermotor.

Selain kondisi traumatik, penyebab paling umum dari perdarahan subarachnoid adalah aneurisma otak yang pecah. Aneurisma itu sendiri adalah pembengkakan atau benjolan pada pembuluh darah di otak. Di area pembengkakan tersebut, dinding pembuluh darah bisa melemah, sehingga benjolan pun rentan pecah.

Penyebab dari aneurisma itu sendiri tidak diketahui. Namun, beberapa faktor bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami aneurisma di otak.

Penyebab yang tidak terlalu umum

Selain penyebab yang umum tersebut, berikut beberapa kondisi yang juga bisa menyebabkan subarachnoid hemorrhage:

  • Perdarahan dari sekumpulan pembuluh darah bernama arteriovenous malformation (AVM).
  • Gangguan perdarahan.
  • Penggunaan obat pengencer darah atau kokain.

Dalam beberapa kasus, penyebab perdarahan subarachnoid bisa tidak diketahui (idiopathic).

Apa yang meningkatkan risiko terkena perdarahan subarachnoid?

Selain penyebab di atas, faktor-faktor tertentu mungkin meningkatkan risiko seseorang terkena perdarahan subarachnoid. Berikut adalah beberapa faktornya:

  • Pernah mengalami aneurisma otak atau memiliki aneurisma otak yang tidak pecah.
  • Fibromuscular dysplasia (FMD) dan kelainan jaringan ikat lainnya.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Riwayat penyakit ginjal polikistik.
  • Merokok.
  • Mengonsumsi alkohol berlebihan.
  • Penggunaan obat-obatan terlarang, seperti kokain atau metamfetamin.
  • Penggunaan obat pengencer darah, seperti warfarin.
  • Riwayat keluarga dengan aneurisma otak.

Tidak memiliki faktor risiko bukan berarti tidak bisa terkena penyakit ini. Faktor-faktor ini hanya sebagai referensi. Konsultasi ke dokter untuk detail lebih lanjut.

Diagnosis dan pengobatan perdarahan subarachnoid

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Bagaimana dokter mendiagnosis perdarahan subarachnoid?

Dokter membuat diagnosis awal berdasarkan gejala yang muncul. Untuk memeriksa gejala tersebut, dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari kemungkinan leher kaku, pemeriksaan otak dan sistem saraf untuk mencari tanda-tanda penurunan fungsi saraf dan otak, serta pemeriksaan mata yang mungkin menunjukkan penurunan gerak mata.

Jika dokter berpikir Anda menderita perdarahan subarachnoid, CT scan kepala (tanpa pewarna kontras) akan dilakukan segera. Namun, dalam sejumlah kasus, CT scan mungkin akan menunjukkan hasil yang normal, terutama jika perdarahan hanya ringan.

Pada kondisi ini, pengambilan cairan tulang belakang (tes pungsi lumbal/spinal tap) mungkin menjadi pilihan. Selain itu, tes lainnya juga bisa dilakukan. Beberapa tes tersebut, yaitu:

  • Angiografi otak pada pembuluh darah otak.
  • Angiografi CT scan (dengan pewarna kontras).
  • Ultrasound transkranial Doppler, untuk mengamati aliran darah di arteri otak.
  • Magnetic resonance imaging (MRI) dan magnetic resonance angiography (MRA).

Apa saja pilihan pengobatan untuk perdarahan subarachnoid?

Perdarahan subarachnoid adalah kondisi yang darurat. Oleh karena itu, penanganan medis dibutuhkan segera untuk menghentikan perdarahan serta mengurangi risiko kerusakan otak secara permanen.

Guna mencapai tujuan tersebut, prosedur operasi atau pembedahan umumnya dipilih oleh dokter. Pembedahan dapat dilakukan untuk menyingkirkan kumpulan darah atau mengurangi tekanan pada otak, terutama jika SAH terjadi akibat cedera kepala.

Sementara bila SAH terjadi akibat aneurisma, pembedahan dilakukan untuk memperbaiki bagian yang mengalami aneurisma. Adapun pada SAH akibat aneurisma, ada dua metode operasi yang umum dilakukan, yaitu:

  • Prosedur clipping

Prosedur clipping dilakukan dengan melakukan operasi kraniotomi, yaitu membuat sayatan di kepala dan mengangkat sebagian kecil tengkorak untuk sementara. Setelah itu, klip logam akan dipasang di sekitar dasar atau leher aneurisma untuk menghentikan aliran darahnya.

  • Endovascular coiling

Pada prosedur ini, gulungan logam akan ditempatkan di dalam aneurisma dan kantung akan dipasang untuk membungkus atau menopang gulungan logam tersebut. Gulungan logam ini akan dimasukkan menggunakan kateter atau tabung tipis melalui arteri di kaki (selangkangan) ke arteri di otak.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi perdarahan lebih lanjut di area aneurisma tersebut. Adapun pengobatan ini lebih sering digunakan karena waktu pemulihan cenderung lebih singkat. Namun, tidak semua aneurisma dapat diobati dengan metode ini.

Pemberian obat-obatan dan perawatan khusus

Selain pembedahan, dokter pun mungkin memberikan beberapa obat untuk membantu mengatasi perdarahan subarachnoid, seperti:

  • Obat-obatan melalui infus untuk mengontrol tekanan darah.
  • Obat untuk mencegah kejang arteri.
  • Obat pereda nyeri dan anticemas untuk meredakan sakit kepala dan mengurangi tekanan pada tengkorak.
  • Obat untuk mencegah atau mengobati kejang.
  • Pelunak feses atau pencahar untuk mencegah mengejan saat buang air besar.

Di samping itu, istirahat total amat penting dan aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan dalam kepala, seperti membungkuk atau mengubah posisi badan, harus dihindari.

Sementara bagi penderita perdarahan subarachnoid yang koma atau hilang kesadaran, akan diberikan beberapa perawatan khusus. Perawatan ini umumnya meliputi penempatan tabung penguras di otak, metode tertentu untuk melindungi jalan napas, serta teknik lainnya untuk mendukung hidup penderita. Selalu konsultasikan dengan dokter untuk jenis pengobatan yang tepat.

Pengobatan perdarahan subarachnoid di rumah

Pengobatan untuk perdarahan subarachnoid perlu dilakukan jangka panjang untuk mengurangi risiko perdarahan berikutnya. Oleh karena itu, setelah menjalani pengobatan medis di rumah sakit, Anda perlu melakukan perubahan gaya hidup dan cara rumahan yang mungkin dapat membantu mengatasi kondisi ini.

Berikut adalah beberapa cara tersebut:

Selain itu, jangan lupa untuk tetap melanjutkan pemeriksaan secara berkala ke dokter. Ikuti semua petunjuk dokter, termasuk apakah Anda memerlukan terapi yang mendukung aktivitas harian Anda, seperti terapi fisik atau wicara.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Komplikasi perdarahan subarachnoid

Komplikasi yang paling umum terjadi adalah perdarahan berulang. Aneurisma yang pecah dan sudah sembuh dengan sendirinya mungkin dapat pecah kembali.

Adapun perdarahan berulang umumnya akan lebih buruk dibandingkan dengan kasus pertama. Sementara SAH yang menyebabkan kehilangan kesadaran bisa berujung pada koma atau bahkan kematian.

Komplikasi lanjutan yang mungkin terjadi

Selain itu, komplikasi lain yang mungkin terjadi akibat perdarahan subarachnoid adalah:

  • Pembengkakan otak dan hidrosefalus karena penumpukan cairan serebrospinal dan darah di antara otak dan tengkorak.
  • Kerusakan otak akibat berkurangnya suplai darah ke otak, yang bisa berujung pada stroke.
  • Kelumpuhan atau koma akibat kerusakan otak permanen.
  • Kejang.
  • Masalah dengan fungsi kognitif, seperti gangguan memori dan konsentrasi.
  • Perubahan mood, seperti depresi.

Pencegahan perdarahan subarachnoid

Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko terjadinya perdarahan subarachnoid, yaitu:

  • Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
  • Kendalikan dan cegah tekanan darah tinggi dengan berolahraga teratur, menjalankan pola makan sehat, dan menurunkan berat badan jika Anda kelebihan berat badan. Cek kalkulator BMI ini untuk mengetahui berat badan ideal Anda.
  • Identifikasi dan obati masalah atau gangguan otak yang potensial, terutama aneurisma.
  • Gunakan perangkat pelindung diri, seperti helm atau masker pelindung wajah, saat beraktivitas fisik yang berisiko, seperti di tempat kerja atau saat berolahraga.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 07/09/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan