backup og meta
Kategori

1

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Perdarahan Postpartum

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 20/12/2023

Perdarahan Postpartum

Salah satu komplikasi serius yang bisa dialami wanita setelah melahirkan adalah perdarahan postpartum. Perdarahan berlebih yang berasal dari vagina ini dapat berakibat fatal bila tidak ditangani. Kenali penyebab dan cara menangani perdarahan pascapersalinan berikut ini.

Apa itu perdarahan postpartum?

Perdarahan postpartum (postpartum hemorrhage) adalah perdarahan berlebihan yang terjadi setelah persalinan. Ini merupakan kondisi serius dan berbahaya.

Tubuh perlu mengeluarkan plasenta setelah melahirkan. Hal ini membuat rahim berkontraksi kuat untuk melepaskan plasenta yang masih menempel pada dinding rahim.

Setelah plasenta terlepas, pembuluh darah rahim akan terbuka. Proses inilah yang membuat Anda mengalami perdarahan, baik setelah melahirkan normal atau melalui operasi caesar.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, postpartum hemorrhage (PPH) terjadi saat ibu hamil kehilangan darah sebanyak 1.000 mililiter (ml) atau lebih.

Kondisi ini biasanya terjadi dalam waktu 24 jam hingga sekitar 12 minggu setelah persalinan.

Hilangnya darah secara terus-menerus dalam jumlah banyak bisa menyebabkan perubahan signifikan pada detak jantung dan tekanan darah ibu yang baru melahirkan.

Apa saja jenis perdarahan postpartum?

Secara umum, ada dua jenis perdarahan postpartum, yaitu perdarahan primer dan sekunder. Berikut adalah perbedaan di antara keduanya.

1. Perdarahan postpartum primer

Perdarahan postpartum primer terjadi saat Anda kehilangan lebih dari 500 ml darah dalam 24 jam pertama. Komplikasi ini bisa terjadi pada sekitar 5 dari 100 wanita.

2. Perdarahan postpartum sekunder

Sementara itu, perdarahan postpartum sekunder terjadi saat Anda mengalami perdarahan vagina hebat atau abnormal setelah 24 jam pertama sampai 12 minggu pascapersalinan.

Kondisi ini dialami oleh kurang-lebih 2 dari 100 wanita atau di bawah 1% dari seluruh kelahiran.

Perhatian!

Jika tubuh Anda kehilangan 500–1.000 ml darah, Anda mungkin masih dapat mengatasinya. Namun, segera cari bantuan medis bila Anda kehilangan lebih dari 1.000 ml darah setelah melahirkan.

Tanda dan gejala perdarahan postpartum

Berikut merupakan beberapa gejala umum dari perdarahan postpartum.

  • Perdarahan tidak berkurang atau berhenti dari hari ke hari.
  • Tekanan darah menurun.
  • Jumlah sel darah merah menurun.
  • Detak jantung meningkat.
  • Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh.
  • Rasa sakit pada perut setelah melahirkan tidak kunjung membaik.

Perdarahan hebat setelah melahirkan merupakan suatu kondisi gawat darurat. Segera hubungi dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Apabila Anda punya kekhawatiran terhadap salah satu gejala di atas, konsultasikanlah dengan dokter untuk memperoleh penjelasan yang lebih baik.

Penyebab perdarahan postpartum

plasenta anterior

Setelah bayi lahir, rahim akan berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta. Kontraksi akan terus berlangsung bahkan setelah plasenta berhasil keluar.

Kontraksi akan menekan pembuluh darah pada area rahim yang menjadi tempat menempelnya plasenta.

Makin kuat kontraksi, makin kecil pula kemungkinan terjadinya perdarahan. Sebaliknya, kontraksi rahim yang bermasalah justru bisa menyebabkan perdarahan postpartum.

Terdapat banyak penyebab perdarahan setelah melahirkan normal atau operasi caesar. Berikut ini adalah penjelasannya.

1. Atonia uteri

Atonia uteri terjadi saat rahim tidak berkontraksi dengan baik untuk mengeluarkan plasenta. Kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan hebat setelah melahirkan.

Faktor risiko dari kondisi ini di antaranya kehamilan kembar, makrosomia (bayi besar), cairan ketuban terlalu banyak (polihidramnion), dan kelainan struktur rahim.

2. Retensio plasenta

Plasenta dapat tertahan dalam rahim setelah persalinan. Kondisi yang disebut retensio plasenta ini bisa menghambat penutupan pembuluh darah pada rahim.

Akibatnya, rahim pun terus mengeluarkan darah dan ibu yang melahirkan berisiko mengalami perdarahan pascapersalinan.

3. Plasenta akreta

Plasenta akreta terjadi saat plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim. Akibatnya, mungkin ada sebagian sisa plasenta yang masih menempel setelah persalinan.

Apabila sisa plasenta cukup banyak, hal ini bisa menimbulkan perdarahan hebat di kemudian hari.

4. Trauma jalan lahir

Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum terjadi akibat trauma pada jalan lahir. Bentuk trauma yang paling umum adalah robekan pada perineum.

Perineum merupakan area kulit di antara vagina dan anus. Robekan pada area ini biasanya terbentuk selama proses persalinan normal melalui vagina.

5. Gangguan pembekuan darah

Gangguan pembekuan darah, seperti hemofilia dan idiopatik trombositopenia purpura, juga bisa menyebabkan perdarahan saat dan setelah melahirkan.

Selain itu, komplikasi kehamilan seperti preeklampsia dan hipertensi gestasional juga dapat memengaruhi kemampuan pembekuan darah. 

Faktor risiko perdarahan postpartum

Berikut adalah faktor-faktor yang meningkatkan risiko Anda untuk mengalami perdarahan setelah melahirkan.

  • Melahirkan anak kembar.
  • Ukuran bayi besar atau lebih dari 4.000 gram (g).
  • Proses persalinan dan pengeluaran plasenta memakan waktu lama.
  • Mengalami kelainan plasenta, seperti plasenta terlepas sebelum waktunya (abruptio plasenta) atau plasenta berada di bagian bawah rahim (plasenta previa).
  • Kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Kelebihan cairan ketuban (polihidramnion).
  • Rahim robek selama proses persalinan (ruptur uteri).
  • Pernah mengalami perdarahan postpartum pada kehamilan sebelumnya.
  • Efek samping obat untuk membantu induksi persalinan.
  • Penggunaan bantuan, berupa forceps atau ekstraksi vakum saat melahirkan.
  • Komplikasi perdarahan postpartum

    Perdarahan hebat setelah melahirkan berisiko membuat Anda mengalami komplikasi, seperti anemia, pusing saat berdiri, dan kelelahan ekstrem.

    Pada kondisi yang parah, kondisi ini bisa menimbulkan komplikasi serius berupa iskemia miokardium, yakni berkurangnya aliran darah ke jantung yang mungkin berakibat fatal.

    Atas dasar itulah, sebaiknya ketahui kondisi kesehatan Anda sebaik-baiknya saat hamil untuk memutuskan tempat bersalin yang tepat.

    Melahirkan di rumah sakit dianggap lebih tepat dibandingkan dengan melahirkan di rumah bila Anda berisiko tinggi mengalami komplikasi persalinan.

    Diagnosis perdarahan postpartum

    Dokter akan memeriksa seberapa parah perdarahan yang Anda alami. Biasanya dokter akan meminta Anda memakai pembalut ukuran besar untuk menampung semua darah yang keluar.

    Berbekal hal ini, dokter bisa memperkirakan seberapa banyak darah yang Anda keluarkan. Hal ini nantinya akan menentukan apakah perdarahan termasuk normal atau tidak.

    Dokter juga bisa memeriksa kadar sel darah merah (hemoglobin) dan hematokrit dalam sampel darah Anda. Denyut nadi, tekanan darah, dan laju pernapasan Anda juga akan terus dipantau.

    Pengobatan perdarahan postpartum

    tanda tanda mau melahirkan tanda-tanda persalinan

    Pengobatan yang diberikan akan berbeda pada setiap wanita, tergantung penyebab dan tingkat keparahan perdarahan yang dialami.

    1. Memijat rahim dan memberikan obat-obatan

    Pijatan rahim umumnya dilakukan untuk kasus atonia uteri alias rahim tidak dapat berkontraksi.

    Pijatan dapat membuat rahim menjadi agak mengencang sehingga membantu menghentikan perdarahan berat setelah melahirkan.

    Pemberian obat-obatan, baik dalam bentuk suntikan atau yang dimasukkan ke dalam rektum, juga dapat membantu memicu kontraksi rahim.

    2. Melakukan kuretase pada rahim

    Apabila Anda mengalami retensio plasenta, dokter dapat menempuh tindakan kuretase untuk mengambil plasenta dari dalam rahim.

    Prosedur ini bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa jaringan yang masih ada dalam rahim ibu dan menghentikan perdarahan.

    3. Metode pengobatan lainnya

    Selain dari tindakan di atas, beberapa cara lain yang dapat dilakukan dokter untuk mengatasi perdarahan postpartum adalah sebagai berikut.

    • Prosedur laparotomi untuk mencari penyebab perdarahan serta menghentikannya.
    • Pemberian transfusi darah untuk menggantikan darah yang hilang.
    • Pemberian obat khusus melalui suntikan untuk menghentikan perdarahan.
    • Pemasangan balon Bakri (Bakri balloon) dalam rahim untuk memberikan tekanan pada pembuluh darah sekaligus menghentikan perdarahan.

    Dalam beberapa kasus atonia uteri dan plasenta akreta yang lebih langka, dokter juga bisa melakukan operasi pengangkatan rahim atau histerektomi.

    Pencegahan perdarahan postpartum

    Salah satu cara mencegah perdarahan postpartum yakni dengan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan. Dengan begitu, dokter bisa mendeteksi kelainan pada janin dan rahim sedari dini.

    Dokter juga bisa mengetahui seberapa besar risiko perdarahan dengan memeriksa riwayat medis dan melakukan tes darah.

    Jika ditemukan peluang perdarahan hebat, dokter bisa menganjurkan Anda untuk melakukan tindakan pencegahan, seperti dengan minum suplemen zat besi.

    Konsumsi suplemen ini bisa mencegah anemia dan mengurangi kebutuhan transfusi darah bila Anda mengalami perdarahan setelah melahirkan.

    Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar perdarahan pascapersalinan, konsultasikanlah dengan dokter untuk mendapat solusi terbaik masalah Anda.

    Kesimpulan

    • Perdarahan postpartum adalah perdarahan serius yang terjadi setelah melahirkan.
    • Kondisi ini dapat berakibat fatal bila ibu melahirkan kehilangan darah sebanyak 1.000 ml atau lebih dalam kurun 24 jam pascapersalinan.
    • Tergantung penyebabnya, pengobatan komplikasi persalinan ini bisa melibatkan terapi pijatan, penggunaan obat-obat, prosedur kuretase, hingga operasi bila diperlukan.
    • Konsultasikanlah dengan dokter bila Anda berisiko tinggi mengalami perdarahan parah, baik saat atau setelah melahirkan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 20/12/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan