backup og meta
Kategori

1

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Oligospermia (Jumlah Sperma Rendah)

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 19/11/2023

Oligospermia (Jumlah Sperma Rendah)

Oligospermia termasuk salah satu masalah kesuburan yang kerap terjadi pada pria. Lain halnya dengan disfungsi ereksi atau impotensi, gangguan ini tidak terlihat dan jarang disadari.

Berikut penjelasan tentang oligospermia, mulai dari penyebab hingga cara mengatasinya.

Apa itu oligospermia?

ciri sperma yang tidak sehat

Oligospermia adalah suatu kelainan sperma ketika air mani yang diejakulasi atau dikeluarkan saat orgasme mengandung lebih sedikit sel sperma dari batas normal.

Kondisi yang juga disebut oligozoospermia ini terjadi saat jumlah sel sperma kurang dari 15 juta sel dalam satu mililiter (ml) air mani.

Sementara itu, jika tidak ada sel sperma sama sekali dalam air mani, kondisi ini disebut azoospermia.

Oligospermia merupakan salah satu penyebab masalah kesuburan atau infertilitas pada pria. Kondisi ini mengurangi kemungkinan pria untuk membuahi sel telur hingga terjadi kehamilan.

Meski begitu, kondisi ini tidak selamanya membuat pasangan sulit hamil. Beberapa pria dengan jumlah sperma lebih sedikit masih bisa menghamili pasangannya.

Seberapa umum kondisi ini?

Oligospermia umum terjadi dan bisa memengaruhi pria pada usia berapa pun. Penelitian yang dimuat dalam Open Journal of Urology (2018) menemukan bahwa sekitar 43,5% pria yang tinggal di kawasan Afrika Sub-Sahara memiliki jumlah sperma yang lebih rendah.

Tanda dan gejala oligospermia

Oligospermia cenderung tidak menimbulkan tanda dan gejala fisik. Biasanya, pria dengan jumlah sperma yang rendah akan kesulitan menghamili pasangannya.

Tergantung penyebabnya, gejala yang kerap dirasakan pengidap kelainan ini meliputi:

  • masalah fungsi seksual, misalnya libido rendah atau disfungsi ereksi,
  • nyeri, bengkak, atau benjolan pada area testis, hingga
  • berkurangnya rambut wajah dan tubuh yang menandakan kelainan kromosom atau hormon.

Mungkin terdapat tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bahkan, Anda mungkin saja tidak merasakan gejala saat kadar sperma lebih rendah.

Apabila Anda merasakan kekhawatiran terhadap gejala tertentu, konsultasikanlah pada dokter.

Penyebab oligospermia

penyebab kelainan sperma

Penyebab jumlah sperma rendah umumnya berkaitan dengan beberapa masalah kesehatan dan efek samping pengobatan medis seperti berikut ini.

1. Varikokel

Varikokel adalah pembengkakan pembuluh darah vena pada kantong testis (skrotum). Kondisi ini serupa dengan varises pada kaki.

Ini merupakan penyebab paling umum dari infertilitas pada pria. Pasalnya, darah yang terjebak dalam skrotum bisa meningkatkan suhu testis sehingga menurunkan kualitas sperma.

2. Infeksi

Beberapa infeksi dapat mengganggu produksi atau kesehatan sperma, termasuk oligospermia. Kondisi ini kadang juga menyebabkan luka parut yang menyumbat jalan sperma.

3. Ejakulasi retrograde

Pada ejakulasi retrograde air mani justru masuk ke kandung kemih saat orgasme, bukannya keluar ke ujung penis. Akibatnya, sperma yang keluar hanya sedikit.

4. Tumor dan kanker

Tumor atau kanker bisa memengaruhi fungsi organ reproduksi pria. Operasi, terapi radiasi, atau kemoterapi untuk mengobati penyakit ini juga dapat memengaruhi kesuburan pria.

5. Testis tidak turun

Selama perkembangan janin, salah satu atau kedua testis terkadang gagal turun dari perut ke dalam skrotum (kantong untuk menampung testis).

Pengidap kondisi yang juga disebut kriptorkidisme (undescended testis) ini berisiko lebih tinggi mengalami penurunan kesuburan karena testis tidak berfungsi dengan baik.

6. Gangguan hormon

Kelenjar hipotalamus, hipofisis, dan testis memproduksi hormon untuk membentuk sperma. Gangguan hormon dapat mengganggu produksi sperma sehingga menyebabkan oligospermia.

7. Kerusakan saluran sperma

Cedera akibat operasi atau infeksi sebelumnya berisiko memicu kerusakan pada vas deferens, yakni saluran untuk mengalirkan sperma dari testis ke luar tubuh.

Selain itu, oligospermia juga bisa terjadi akibat trauma atau perkembangan abnormal, misalnya cystic fibrosis atau sindrom serupa yang diwariskan.

8. Obat-obatan

Beberapa jenis obat-obatan, seperti hormon testosteron, steroid anabolik, hingga obat antijamur dan antibiotik, bisa mengganggu produksi sperma dalam tubuh.

9. Efek samping operasi

Sejumlah operasi mungkin mencegah produksi atau keluarnya sel sperma saat ejakulasi. Hal ini termasuk vasektomi, operasi kelenjar prostat, dan perbaikan hernia inguinalis.

10. Penyebab lainnya

Selain penyebab yang berasal dari dalam tubuh, oligospermia juga bisa dipengaruhi oleh unsur lingkungan tertentu, di antaranya:

  • paparan berkepanjangan bahan kimia industri,
  • paparan logam berat, seperti timah, tembaga, dan timbal,
  • radiasi sinar-X atau X-ray, hingga 
  • suhu tinggi pada testis yang mampu mengganggu produksi dan fungsi sperma.

Faktor risiko oligospermia

Di samping penyebab di atas, beberapa faktor juga meningkatkan risiko Anda untuk mengalami oligospermia, di antaranya:

  • merokok,
  • minum alkohol berlebihan,
  • kelebihan berat badan dan obesitas,
  • penggunaan obat-obatan terlarang,
  • mengalami stres dan depresi yang berkepanjangan, 
  • memiliki riwayat keluarga yang mengidap gangguan kesuburan,
  • mengidap gangguan kronis tertentu, seperti penyakit jantung dan diabetes, serta
  • proses pengambilan sampel untuk analisis semen yang kurang tepat.

Diagnosis oligospermia

Saat Anda dan pasangan menemui dokter karena masalah kesuburan dan ingin merencanakan kehamilan, dokter akan mencoba menentukan penyebab yang mendasarinya.

Pada tahap awal, dokter akan melakukan pemeriksaan alat kelamin dan menanyakan riwayat kesehatan Anda, termasuk penyakit kronis, cedera, atau operasi.

Dokter mungkin juga akan bertanya tentang kebiasaan serta perkembangan seksual Anda.

Selanjutnya, dokter akan melakukan analisis semen. Cairan ejakulasi akan diperiksa di bawah mikroskop sehingga bisa terlihat ada berapa banyak sel sperma di dalamnya.

Tergantung dari temuan awal, dokter akan merekomendasikan tes tambahan untuk mengetahui penyebab oligospermia dan kemungkinan kondisi lainnya yang menyebabkan ketidaksuburan.

Beberapa tes tambahan yang mungkin Anda lakukan adalah sebagai berikut.

  • USG skrotum: menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk melihat testis dan struktur penyokongnya.
  • Tes hormon: menentukan kadar hormon yang berperan dalam perkembangan seksual dan produksi sperma.
  • Urinalisis pasca-ejakulasi: Sperma dalam urine dapat mengindikasikan bahwa sperma bergerak mundur ke dalam kandung kemih, bukan keluar dari penis saat ejakulasi.
  • Tes genetik: mendiagnosis sindrom bawaan yang dapat menyebabkan oligospermia.
  • Biopsi testis: pengambilan sampel jaringan testis dengan jarum untuk mengetahui apakah produksi sperma normal atau tidak.
  • Tes antibodi antisperma: memeriksa sel-sel imun (antibodi) yang menyerang sperma dan memengaruhi kemampuannya untuk berfungsi.
  • USG transrektal: pencitraan dengan tongkat kecil yang dimasukkan ke dalam rektum untuk memeriksa prostat dan penyumbatan saluran yang mengangkut air mani.

Pengobatan oligospermia

dokter andrologi di jakarta

Pengobatan kelainan jumlah sperma yang rendah akan bervariasi tergantung penyebab dan tingkat keparahan yang Anda alami seperti berikut ini.

1. Operasi

Jika oligospermia disebabkan oleh masalah kesehatan, seperti varikokel, tumor, atau adanya penyumbatan pada saluran sperma, maka tindakan operasi mungkin diperlukan.

Dalam kasus tersebut, dokter akan menghilangkan pembuluh darah testis yang membengkak, mengangkat tumor, dan memperbaiki vas deferens yang tersumbat.

Hal ini membantu mengembalikan kembali fungsi serta saluran sperma dan melancarkan aliran sperma dari testis.

2. Obat-obatan

Dokter juga akan meresepkan obat-obatan jika diperlukan, tergantung pada kondisi yang menyebabkan oligospermia.

Obat yang mungkin diberikan antara lain antibiotik untuk mengobati infeksi dan obat anti-inflamasi untuk mengatasi peradangan yang memengaruhi fungsi organ reproduksi pria.

Pengidap disfungsi ereksi dan ejakulasi dini mungkin juga memerlukan obat-obatan. Terapi ini juga dapat dibarengi dengan konseling dengan ahli kesehatan mental.

3. Terapi hormon

Terkadang, dokter dapat memberikan terapi hormon testosteron untuk menyeimbangkan kadar hormon dalam tubuh. Testosteron berperan penting dalam pembentukan sel sperma.

Kadar hormon yang seimbang membantu meningkatkan jumlah sel sperma yang sehat. Terapi ini dapat mencakup penggunaan obat oral atau suntikan hormon.

4. Teknologi reproduksi berbantu

Salah satu teknik bayi tabung, yakni intra-cytoplasmic sperm injection (ICSI), dapat digunakan untuk mengatasi masalah jumlah sel sperma yang sangat rendah. 

Dalam prosedur ICSI, satu sel sperma yang sehat akan disuntikkan langsung ke sel telur guna meningkatkan peluang pembuahan.

Apabila sel sperma tidak bisa didapatkan dari cairan ejakulasi, dokter akan mengambil sperma melalui aspirasi epididimis maupun biopsi testis.

Pencegahan oligospermia

Perubahan gaya hidup dan pengobatan di rumah berikut ini dapat membantu Anda mengatasi jumlah sperma rendah dan meningkatkan peluang pasangan untuk hamil.

  • Cobalah berhubungan intim selama masa subur. Ini merupakan momen ketika ovarium melepaskan sel telur.
  • Tingkatkan frekuensi berhubungan intim setiap hari atau paling sedikit dua hari sekali selama empat hari sebelum ovulasi.
  • Hindari pemakaian pelumas, seperti losion dan air liur, yang bisa mengganggu gerakan dan fungsi sperma normal.
  • Kurangi konsumsi alkohol berlebihan dan berhentilah merokok.
  • Jaga kebugaran tubuh dengan pola makan sehat dan olahraga secara rutin.

Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai kelainan sperma ini, konsultasikanlah dengan dokter untuk mendapatkan informasi terbaik.

Kesimpulan

  • Oligospermia adalah kelainan sperma pada pria yang ditandai dengan jumlah sel sperma kurang dari 15 juta sel dalam satu mililiter (ml) air mani.
  • Gejala kelainan ini biasanya tidak terlihat secara fisik, tetapi dapat menimbulkan nyeri atau bengkak pada testis, libido rendah, hingga disfungsi ereksi.
  • Kelainan sperma ini bisa disebabkan oleh faktor medis, lingkungan, maupun gaya hidup.
  • Tergantung penyebabnya, pengobatan bisa melibatkan operasi, obat-obatan, perubahan gaya hidup, terapi hormon, dan teknologi reproduksi berbantu.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 19/11/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan