backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Mastitis

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 04/08/2023

Mastitis

Katanya, menyusui itu adalah proses yang menyakitkan. Padahal, rasa sakit saat menyusui yang Anda rasakan bisa terjadi karena pelekatan bayi pada payudara yang kurang tepat. Meski begitu, Anda perlu mewaspadai payudara yang sakit saat menyusui hingga muncul pembengkakan. Kondisi ini bisa menjadi tanda dari masitis.

Apa itu mastitis?

Mastitis adalah infeksi pada satu atau lebih saluran payudara. Kondisi ini biasanya berhubungan dengan menyusui dan dapat menyebabkan sakit parah jika tidak terdeteksi dan terobati secepatnya.

Infeksi yang muncul karena menyusui ini juga dikenal dengan istilah mastitis laktasi. Mastitis termasuk satu dari berbagai masalah ibu menyusui dan tantangan menyusui.

Meski kasus mastitis seringnya terjadi pada ibu menyusui, wanita yang belum pernah melahirkan dan menyusui serta wanita yang memasuki masa menopause bisa mengalaminya juga.

Seberapa umum kondisi ini?

Sebanyak 2—3% wanita menyusui terkena mastitis dalam waktu 6—12 bulan pertama setelah melahirkan atau selama menyusui. 

Apa tanda-tanda dan gejala mastitis laktasi?

payudara sakit saat menyusui

Gejala atau ciri-ciri mastitis yang muncul bisa berkembang dengan sangat pesat. Di awal kemunculannya, gejala yang Anda alami adalah kondisi yang mungkin sekilas mirip seperti gejala serangan flu.

Tubuh biasanya terasa kedinginan, menggigil, hingga membuat suhu tubuh naik alias demam. Namun, ada pula wanita yang tidak merasakan gejala menyerupai flu tersebut.

Di samping itu, serangkaian gejala mastitis yang perlu Anda waspadai adalah sebagai berikut.

1. Payudara membengkak

Memang, ukuran payudara biasanya cenderung akan membesar saat masa menyusui. Namun, perubahan ukuran payudara yang membesar ini berbeda dengan bengkak karena mastitis.

2. Muncul benjolan pada payudara

Menyusui tidak membuat puting dan payudara sakit, itu hanyalah mitos ibu menyusui belaka. Namun, munculnya benjolan pada payudara yang menyebabkan sakit bisa menjadi gejala mastitis.

3. Payudara terasa nyeri

Nyeri dan panas adalah gejala utama pada payudara yang mengalami infeksi pada saluran susu. Rasa tidak nyaman ini bisa terjadi kapan saja, tetapi biasanya akan terasa semakin parah saat menyusui atau disentuh.

4. Payudara memerah

Munculnya benjol dan pembengkakan pada payudara juga diperjelas dengan payudara yang kemerahan seperti ruam iritasi. Bahkan, ketika payudara disentuh ada beberapa area yang terasa panas.

5. Payudara gatal

Selain terasa nyeri saat disentuh maupun tidak, gejala mastitis lainnya juga menimbulkan rasa gatal pada area payudara.

6. Ada luka pada puting atau kulit payudara

Mastitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri biasanya terjadi karena adanya luka atau celah kecil tepat pada puting maupun di sekitarnya.

Luka atau celah tersebut yang kemudian memudahkan bakteri untuk berpindah dan masuk ke dalam payudara sehingga menimbulkan kondisi ini.

7. Ada garis-garis merah pada payudara

Seiring dengan membengkaknya payudara, Anda mungkin melihat munculnya beberapa garis merah pada kulit payudara. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya peradangan pada jaringan di dalam payudara.

8. Gejala lainnya

Di samping gejala tersebut, masih ada gejala lain yang bisa terjadi bersama gejala utama. Berbagai gejala pendukung mastitis adalah sebagai berikut.

  • Demam mencapai 38º Celcius atau lebih.
  • Tubuh terasa dingin dan menggigil.
  • Kelelahan parah.
  • Stres dan kecemasan.
  • Rasa kurang nyaman pada tubuh.

Jika mengalami salah satu tanda atau gejala di atas atau ingin bertanya, segera konsultasi ke dokter.

Kondisi tubuh masing-masing orang tidak selalu sama. Diskusikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik untuk kondisi yang Anda alami.

Apa penyebab mastitis laktasi?

payudara tumbuh

Penyebab mastitis bisa dikarenakan adanya infeksi yang menyerang saluran payudara maupun tanpa infeksi.

Berikut adalah beberapa hal penyebab mastitis yang rentan dialami oleh ibu menyusui.

1. Saluran susu tersumbat

Sebelum dikeluarkan oleh puting, ASI melalui proses panjang terlebih dahulu sampai akhirnya bisa memberikan bayi dan ibu manfaat ASI.

ASI yang dihasilkan oleh kelenjar payudara, termasuk ASI eksklusif, kemudian dialirkan oleh saluran ASI sampai bermuara di tempat terakhir yakni puting susu.

Sayangnya, saluran ASI tidak selalu lancar. Dalam kondisi tertentu, saluran tersebut bisa tersumbat sehingga menyebabkan ASI menumpuk di dalam payudara.

Semakin banyak jumlah ASI yang menumpuk, akan semakin tinggi tekanan yang diberikan hingga akhirnya timbul peradangan.

Adanya sumbatan pada saluran susu sebenarnya tidak terjadi begitu saja. Kondisi ini bisa terjadi karena beberapa hal berikut.

  • Pelekatan bayi (latch on) yang tidak tepat pada payudara, yang bisa dipengaruhi oleh masalah bayi saat menyusui seperti tongue-tie atau kelainan pada lidah.
  • Terbiasa menyusu di salah satu payudara saja. Produksi ASI yang terus dilakukan oleh kelenjar susu tidak keluar dari dalam payudara karena tidak diisap bayi hingga kemudian tersumbat.
  • Payudara yang tidak sepenuhnya kosong saat menyusui.

2. Infeksi bakteri

Jika saluran susu tersumbat tidak melibatkan bakteri, penyebab mastitis karena infeksi dipicu oleh hadirnya bakteri.

Bakteri memang umum ada di kulit setiap orang, tapi sebenarnya tidak berbahaya. Ketika bakteri tersebut masuk menembus kulit, kemungkinan bisa menyebabkan timbulnya infeksi.

Infeksi bakteri yang menjadi penyebab mastitis bisa masuk ke jaringan payudara karena kulit pada areola atau area sekitar puting mengalami kerusakan atau timbul luka.

Kerusakan puting maupun areola yang menjadi penyebab mastitis bisa dikarenakan isapan bayi yang tidak tepat selama menyusu atau penggunaan pompa ASI pada posisi yang salah.

Bukan itu saja, bakteri yang menjadi penyebab mastitis juga bisa berpindah dari mulut bayi yang nantinya mengisap puting payudara Anda, terlebih jika ada luka dan celah pada puting.

Akibatnya, bakteri bisa dengan mudah masuk dan memicu infeksi di saluran susu. Di sisi lain, ASI yang tersumbat di dalam saluran susu juga dapat mengakibatkan infeksi.

3. Penyebab lainnya

Selain karena adanya sumbatan pada saluran susu dan infeksi bakteri, ada hal lain yang bisa menjadi penyebab mastitis.

Seperti yang sempat dijelaskan di awal, ada kemungkinan mastitis bisa dialami oleh wanita yang sedang tidak menyusui.

Bagi wanita yang belum melahirkan dan menyusui, kondisi ini disebut sebagai mastitis periductal.

Penyebab mastitis periductal bisa karena adanya infeksi pada payudara. Infeksi ini diawali oleh munculnya peradangan kronis pada bagian bawah puting.

Akibatnya, puting bisa terluka, sakit, atau menimbulkan celah yang memudahkan bakteri untuk masuk ke dalamnya.

Biasanya, mastitis periductal ini terjadi pada wanita usia 20—30 tahun. Sementara mastitis yang dialami oleh wanita yang memasuki atau sudah menopause dikenal dengan nama mastitis ektasia duktus.

Ini dikarenakan saluran yang terletak di dalam puting menjadi lebih lebar dan lebih pendek seiring bertambahnya usia.

Meski sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan, mastitis ekstasia duktus adalah kondisi yang berisiko menimbulkan iritasi dan melukai lapisan pada saluran payudara.

Apa yang meningkatkan risiko untuk terkena infeksi ini?

kanker payudara ibu menyusui

Mastitis adalah kondisi yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, yaitu sebagai berikut.

  • Pernah mengalami mastitis sebelumnya.
  • Sedang dalam masa menyusui selama beberapa minggu pertama pasca melahirkan.
  • Puting payudara sakit dan terluka seperti pecah-pecah.
  • Sering menggunakan bra yang terlalu ketat.
  • Memberikan tekanan berlebih pada payudara, seperti menggunakan sabuk pengaman terlalu kencang atau membawa tas berat sehingga menghambat aliran ASI.
  • Stres dan kelelahan parah.
  • Asupan zat gizi harian yang kurang memadai.
  • Merokok.
  • Selalu menggunakan satu posisi menyusui bayi.

Umumnya, mastitis adalah kondisi yang biasa dialami oleh para ibu menyusui terlebih saat ASI tidak keluar sepenuhnya dari payudara dan justru menumpuk di dalam.

Namun, infeksi saluran susu ini juga dapat dialami oleh wanita yang mengalami diabetes, AIDS, penyakit kronis, maupun gangguan pada sistem kekebalan tubuh.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis mastitis?

Dokter mendiagnosis mastitis melalui gejala dan pemeriksaan. Tes darah, analisis ASI, atau sampel bakteri dari mulut bayi mungkin juga dilakukan tergantung kebutuhan. 

Bentuk kanker payudara yang langka seperti kanker payudara yang meradang juga bisa menyebabkan merah dan pembengkakan yang seringkali disalahartikan sebagai mastitis.

Dokter mungkin menyarankan tes mamografi payudara. Jika tanda dan gejala membandel bahkan setelah melewati semua tahap antibiotik, Anda perlu biopsi untuk memastikan Anda tidak mengidap kanker payudara.

Apa saja pilihan pengobatan untuk mastitis?

obat mengganggu kesuburan

Penyebab utama mastitis adalah adanya bakteri Staphylococcus aureus atau S. aureus. Keluhan karena mastitis tentu akan menyulitkan proses menyusui.

Dokter dapat memberikan Anda obat-obatan guna mengatasi bakteri S. aureus sekaligus mengurangi keparahan gejala.

Tenang saja, dokter tentu memberikan obat yang aman untuk ibu menyusui. Namun, wanita dengan mastitis ringan tidak perlu berhenti menyusui.

Mengosongkan payudara dengan benar akan menghentikan bakteri berkumpul di dalam payudara dan membantu memperpendek masa infeksi.

Nah, berbagai pilihan obat antibiotik dan antiinflamasi untuk mengatasi mastitis selama menyusui adalah sebagai berikut.

1. Dicloxacillin

Dicloxacillin adalah obat mastitis yang tidak bisa Anda beli sembarangan di apotek karena tergolong sebagai antibiotik, yang mana membutuhkan resep dokter.

Antibiotik akan membantu memerangi infeksi bakteri yang menjadi penyebab mastitis.

Pemilihan jenis antibiotik untuk Anda selama masa menyusui biasanya tergantung dari kondisi kesehatan serta ada tidaknya alergi obat.

Itu sebabnya, penting untuk menyampaikan kepada dokter mengenai kondisi kesehatan saat ini, riwayat kesehatan, serta alergi obat yang mungkin Anda miliki.

Dicloxacillin aman diminum sebagai obat mastitis selama masa menyusui.

Kadar obat ini terbilang sangat rendah di dalam ASI dan diperkirakan juga tidak akan menyebabkan efek samping yang buruk pada bayi.

Mengutip dari Breastfeeding Medicine, aturan minum dicloxacillin biasanya 4 kali sehari untuk ukuran 500 miligram (mg) atau sesuai dengan petunjuk dari dokter.

2. Flucloxacillin

Sama seperti dicloxacillin, flucloxacillin adalah obat antibiotik yang bisa membantu mengatasi gejala mastitis karena bakteri S. aureus.

Baik dicloxacillin maupun flucloxacillin merupakan jenis antiobiotik dalam kelompok penisilin. Aturan minum flucloxacillin juga sama seperti dicloxacllin yakni sebanyak 4 kali sehari dalam ukuran 500 mg.

Aturan minum obat mastitis flucloxacillin adalah saat perut sedang kosong atau tepatnya sekitar 30—60 menit sebelum makan.

3. Cefalexin

Jika ibu menyusui mengalami mastitis tapi alergi terhadap penisilin, tentu obat antibiotik dicloxacillin dan flucloxacillin tidak bisa diberikan.

Dalam kondisi tersebut, solusi obat mastitis yang dianjurkan yakni cefalexin.

Singkatnya, pemberian obat antibiotik untuk mengatasi mastitis harus disesuaikan kembali dengan kondisi Anda.

Cefalexin dapat membantu mengobati infeksi bakteri S. aureus sebagai penyebab mastitis.

Cephalexin biasanya diresepkan dokter untuk kasus infeksi saluran susu yang tidak terlalu parah tanpa adanya luka (abses).

Anda tak perlu khawatir karena cefalexin (Keflex) terbilang aman untuk digunakan selama masa menyusui.

Dengan catatan, Anda minum obat ini sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter.

Minum obat cefalexin yang berlebihan selama menyusui dapat memengaruhi kandungan ASI untuk bayi.

4. Acetaminophen

Acetaminophen adalah satu dari beberapa jenis obat pereda nyeri (antiinflamasi) yang bisa digunakan selama menyusui untuk mengobati mastitis.

Di sisi lain, obat ini juga dapat membantu meredakan demam yang kerap menjadi salah satu ciri-ciri mastitis.

Acetaminophen adalah salah satu obat mastitis yang bisa Anda dapatkan di apotek karena tergolong obat over the counter (OTC).

Beberapa jenis obat memang ditakutkan dapat berpengaruh pada cita rasa alami ASI yang diminum bayi.

Namun melansir dari laman Mayo Clinic, acetaminophen terbilang aman untuk diminum saat Anda sedang dalam masa menyusui.

Aturan minum acetaminophen yakni sekitar 1—2 tablet dalam kurun waktu 8 jam.

Hindari minum obat ini lebih dari 6 tablet dalam waktu 24 jam. Meski acetaminophen merupakan obat OTC, sebaiknya patuhi aturan dan dosis minum sesuai sesuai dengan anjuran dokter atau apoteker Anda.

5. Ibuprofen

Obat pereda nyeri lainnya yang bisa dibeli dengan bebas di apotek (OTC) yaitu ibuprofen. Obat ini aman untuk diminum selama masa menyusui karena kadarnya rendah di dalam ASI.

Akan tetapi, agar lebih aman, sebaiknya bicarakan terlebih dahulu dengan dokter sebelum minum obat-obatan selama menyusui.

Meski obat ini terbilang aman untuk diminum saat menyusui, tapi tetap perhatikan aturan minumnya.

Hindari minum ibuprofen lebih dari dosis yang dianjurkan. Selain itu, obat ini juga tidak dianjurkan diminum jika Anda memiliki tukak lambung dan asma.

Ini karena ibuprofen bisa mengakibatkan perdarahan lambung dan bronkospasme.

Apa saja pengobatan rumahan yang dapat mengatasi mastitis laktasi?

Manfaat terapi air putih

Selain dengan obat medis, pengobatan untuk mastitis juga bisa diberikan dengan obat alami.

Menurut International Journal of Phytomedicine, ada beberapa tanaman yang dinilai dapat menjadi obat alami mastitis.

Salah satu tanaman tersebut yakni Momordica charantia yang di Indonesia dikenal sebagai tanaman pare.

Namun, alangkah baiknya untuk tidak menggunakan perawatan ini tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Gaya hidup dan pengobatan rumahan lain yang mungkin dapat membantu mengatasi mastitis adalah sebagai berikut:

  • Jaga kebersihan selama menyusui. Hindari menggunakan pengering, selalu cuci tangan, dan jaga kebersihan puting dan bayi.
  • Hindari dehidrasi. Minum lebih banyak cairan.
  • Istirahat cukup dan makan makanan ibu menyusui.
  • Menyusui dari payudara yang tidak terinfeksi dan kosongkan kedua payudara dengan alat pompa ASI pada payudara yang terinfeksi.
  • Periksa ke dokter dalam 1—2 minggu untuk memastikan apakah infeksi telah sembuh.

Selalu terapkan cara menyimpan ASI yang tepat setelah memompa ASI dan berikan sesuai jadwal menyusui bayi.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 04/08/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan