backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Malnutrisi pada Anak: Gejala, Penyebab, hingga Penanganan

Ditinjau secara medis oleh dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A · Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 11/08/2023

Malnutrisi pada Anak: Gejala, Penyebab, hingga Penanganan

Seorang anak yang mengalami malnutrisi tidak hanya memiliki gizi kurang, tapi juga bisa gizi lebih. Sebenarnya, apa itu malnutrisi, gejala, hingga penanganan yang tepat? Simak informasi lengkapnya di sini.

Apa itu malnutrisi?

Malnutrisi adalah kondisi ketika terjadi ketidakseimbangan, entah itu kekurangan atau kelebihan, nutrisi di dalam tubuh seseorang.

Kondisi ini sebenarnya dapat menyerang siapa saja di usia berapa pun. Namun, kebanyakan kasus malnutrisi biasanya dialami oleh kelompok usia anak-anak.

Malnutrisi sebenarnya bisa diartikan sebagai nutrisi anak kurang cukup atau bahkan kelebihan. Keduanya sama-sama menimbulkan masalah kesehatan dan mengganggu perkembangan si Kecil.

Malnutrisi terbagi menjadi dua kelompok besar kondisi, yakni gizi kurang (undernutrition) dan gizi lebih (overnutrition).

Gizi kurang di sini mencakup beberapa hal, seperti berikut.

  • Stuntingtinggi badan sangat rendah pada anak dengan indikator TB/U di bawah angka -2 SD.
  • Wasting: berat badan sangat kurang pada anak dengan indikator BB/TB di angka -3 sampai dengan <-2 SD.
  • Underweightberat badan kurang pada anak dengan indikator BB/U atau IMT/U di angka <-2 sampai -3 SD, atau persentil < 5. 
  • Kekurangan vitamin serta mineral pada anak.
  • Sementara gizi lebih meliputi overweight (berat badan lebih) dan obesitas.

    Tidak seperti anak-anak normal pada umumnya, anak-anak yang mengalami malnutrisi serius umumnya mengalami perkembangan kepribadian yang lambat.

    Kondisi tersebut bahkan bisa sampai menimbulkan keterbelakangan mental. Meskipun sudah ditangani, terkadang malnutrisi bisa memberikan efek jangka panjang pada anak-anak.

    Ini meliputi munculnya gangguan pada fungsi mental dan pencernaan, bahkan dalam beberapa kasus bisa bertahan seumur hidup.

    Selain itu, malnutrisi pada anak juga dapat menyebabkan kehilangan nafsu makan yang bisa semakin memperburuk kondisinya.

    Apa saja tanda dan gejala malnutrisi?

    balita yang kekurangan gizi

    Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, malnutrisi terbagi menjadi dua kelompok kondisi yang berbeda.

    Berikut gejala malnutrisi sesuai dengan kondisinya.

    Gizi kurang

    Kekurangan gizi biasanya disebabkan oleh ketidakcukupan asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan harian anak.

    Berbagai gejala kurang gizi meliputi kondisi berikut.

    • Penurunan berat badan drastis.
    • Massa otot yang menurun.
    • Massa jaringan yang menurun.
    • Kehilangan lemak (jaringan adipose).
    • Perut membengkak.
    • Pipi dan mata cekung.
    • Kulit dapat menjadi lebih tipis, kering, inelastis, pucat, dan dingin.
    • Rambut rontok.
    • Waktu pemulihan luka yang lama.
    • Kelelahan parah.
    • Waktu pemulihan dari infeksi lebih lama.
    • Waktu pemulihan dari penyakit yang lebih lama.
    • Mudah merasa depresi dan cemas.
    • Mudah marah.
    • Sulit berkonsentrasi.
    • Risiko tinggi terhadap komplikasi setelah operasi.
    • Risiko tinggi terhadap hipotermia, yakni suhu tubuh yang sangat rendah.
    • Jumlah total dari beberapa jenis sel darah putih menurun, sistem imun melemah, meningkatkan risiko infeksi.
    • Rentan terhadap rasa dingin.

    Selain memiliki gejala tersebut, malnutrisi pada anak juga menimbulkan gejala yang cukup khas, yaitu yang terkait dengan kekurangan asupan vitamin dan mineral.

    Beberapa jenis kekurangan vitamin serta mineral pada anak yang paling umum beserta gejalanya meliputi berikut ini.

    • Vitamin A: mata kering, susah melihat saat malam hari atau gelap, risiko infeksi meningkat.
    • Seng: nafsu makan menurun, pertumbuhan tubuh terhambat, penyembuhan luka cenderung lama, rambut rontok, dan diare.
    • Zat besi: gangguan pada fungsi otak dan mengalami masalah pengaturan suhu tubuh.
    • Yodium: pembesaran kelenjar tiroid, penurunan produksi hormon tiroid, serta adanya masalah pada pertumbuhan dan perkembangan.

    Gizi lebih

    Kondisi ini dapat disebabkan oleh asupan nutrisi harian yang terlampau banyak sehingga malah melebihi kebutuhan harian anak.

    Berbagai gejala gizi lebih pada anak meliputi kondisi berikut.

    • Peningkatan berat badan.
    • Tubuh gemuk.
    • Kesulitan bernapas, risiko tinggi terhadap kegagalan pernapasan.
    • Nyeri sendi maupun otot.
    • Kelelahan parah.

    Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikan segera dengan dokter Anda.

    Kapan harus ke dokter?

    Segera periksakan ke dokter bila anak mengalami satu atau lebih dari gejala-gejala berikut ini.
    • Pingsan.
    • Pertumbuhan tubuh terhambat.
    • Berat badan anak sangat kurang, atau bahkan jauh melebihi batas normalnya.
    • Kerontokan rambut parah.
    • Berat badan anak terus turun selama 3—6 bulan terakhir.
    • Kesulitan bernapas karena bobot tubuh yang besar.
    Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan tubuh anak, sekaligus mengukur tinggi dan berat badannya. Selain itu, adanya perubahan pada nafsu makan anak juga umumnya akan ditanyakan oleh dokter. Sebaiknya sampaikan juga mengenai semua masalah medis yang pernah atau sedang dialami anak.

    Apa penyebab malnutrisi?

    Secara garis besar, malnutrisi pada anak disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan zat gizi harian anak.

    Namun bukan hanya itu, kondisi ini juga diakibatkan oleh beragam hal berikut.

    1. Pola makan buruk

    Ketika asupan makanan anak terlalu sedikit atau berlebih, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi optimal harian, anak berisiko mengalami malnutrisi.

    Pola makan yang buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari disfagia (kesulitan menelan), mengidap penyakit penyebab malnutrisi, tidak tersedianya cukup bahan makanan, atau keinginan untuk makan berlebih.

    2. Masalah kesehatan mental

    Beberapa pasien dengan kondisi kesehatan mental, seperti depresi, bisa mengalami kondisi ini. Umumnya, hal ini dialami pada anak dengan kondisi gizi kurang, karena mengonsumsi terlalu sedikit makanan.

    Lalu, ketidakmampuan untuk memperoleh dan menyediakan makanan yang cukup. Kebanyakan anak dengan gizi kurang biasanya sulit untuk memperoleh asupan nutrisi harian yang cukup.

    Hal ini disebabkan oleh tidak tersedianya sumber makanan yang bisa memenuhi kebutuhannya, atau lingkungan sekitar yang tidak mendukung.

    3. Ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar dari tubuh

    Anak yang mengalami gizi lebih biasanya sangat gemar makan, bahkan dalam porsi yang banyak. Akan tetapi, hal tersebut tidak dibarengi dengan aktif melakukan berbagai kegiatan.

    Bukan tidak mungkin, kondisi tersebut justru akan membuat sisa energi yang tidak digunakan oleh tubuh akan mengendap, sehingga membentuk lemak.

    4. Masalah pada sistem pencernaan

    Beberapa orang mungkin bisa makan dengan baik, tapi tubuhnya tidak memiliki kemampuan untuk menyerap zat gizi yang diperlukan.

    Contohnya pada pasien dengan Chron’s disease atau ulcerative colitis yang perlu melakukan pengangkatan usus kecil (ileostomi).

    Individu dengan penyakit Celiac yang memiliki kelainan genetik, sehingga membuat mereka mengalami intoleransi terhadap gluten.

    Anak yang memiliki penyakit Celiac berisiko lebih tinggi terhadap kerusakan pada lapisan pada usus, yang kemudian menyebabkan proses penyerapan makanan terhambat.

    Anak yang mengalami diare dan muntah parah dapat kehilangan nutrisi penting dan berisiko tinggi terhadap kekurangan gizi.

    5. Alkoholisme

    Alkoholisme adalah penyakit kronis (jangka panjang). Individu yang menderita alkoholisme dapat mengalami gastritis atau kerusakan pankreas.

    Masalah ini juga mengganggu kemampuan tubuh untuk mencerna makanan, menyerap vitamin, dan menghasilkan hormon yang mengatur metabolisme.

    6. Kurangnya asupan ASI ibu

    Para ahli mengatakan bahwa kurangnya ASI bisa menyebabkan malnutrisi pada bayi dan anak-anak.

    Ini karena di dalam ASI terkandung beragam nutrisi yang penting untuk menunjang tumbuh kembang anak di awal masa kehidupannya.

    Apa saja faktor risiko malnutrisi?

    anak kurang gizi malnutrisi

    Ada banyak faktor risiko malnutrisi pada anak, yaitu sebagai berikut.

    • Terisolasi dari sosial atau lingkungan sekitarnya.
    • Anak dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang rendah.
    • Memiliki kelainan makan kronis, seperti bulimia atau anorexia nervosa.
    • Dalam masa pemulihan setelah penyakit atau kondisi yang serius.
    • Anak yang suka makan, terlebih dalam porsi yang sangat banyak.
    • Memiliki gangguan kesehatan tertentu yang memengaruhi nafsu makan, berat badan, serta kemampuan penyerapan nutrisi oleh sistem pencernaan.

    Bagaimana cara mendiagnosis malnutrisi?

    Selain dengan menilai kondisi lingkungan tempat tinggal anak, berbagai pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis malnutrisi.

    Sebagai contoh, mengukur sedimentasi, hitung darah lengkap atau complete blood count (CBC), menilai serum elektrolit, serta urinalisis.

    Namun, jenis tes laboratorium yang paling sering digunakan untuk mendeteksi malnutrisi pada anak yaitu pemeriksaan hematologi dan protein.

    Tes hematologi mencakup pemeriksaan hitung darah lengkap (CBC) dengan melibatkan sel darah marah.

    Tes protein mengukur status gizi terkait protein dengan menilai kadar serum albumin, protein pengikat retinol (retinol-binding protein), prealbumin, transferrin, kreatinin, dan nitrogen urea darah.

    Bukan hanya itu, malnutrisi pada anak juga bisa diperiksa dengan mengecek kondisi fisik secara lengkap dan penilaian status gizi.

    Pemeriksaan tersebut misalnya dengan mengukur tinggi badan, berat badan, serta ukuran lingkar kepala (untuk anak di bawah 3 tahun).

    Bagaimana cara menangani malnutrisi?

    Ada banyak dampak malnutrisi yang bisa terjadi, sehingga perawatan sangat dibutuhkan untuk menangani kondisi ini.

    Perawatan biasanya meliputi penggantian gizi yang hilang, mengatasi gejala, dan mengelola penyebabnya.

    Jika anak sudah didiagnosis malnutrisi atau berisiko mengalami malnutrisi, dokter atau ahli gizi akan memberikan rencana perawatan khusus.

    1. Penanganan untuk gizi kurang

    Cara mengatasi kurang gizi biasanya disesuaikan kembali dengan tingkat keparahan dan kondisi khusus yang dialami masing-masing anak.

    Secara garis besarnya, berikut berbagai pengobatan untuk kondisi anak dengan gizi kurang.

    • Rencana perawatan. Perawatan akan ditentukan sesuai dengan penyebabnya, yang umumnya meliputi program makan dengan diet yang diatur secara khusus dan kemungkinan suplemen gizi tambahan.
    • Pengaturan pola makan. Untuk kasus malnutrisi serius, pemberian gizi tambahan bisa melalui enteral nutrition (tube feeding atau lewat selang ke hidung, lambung, atau usus kecil) atau parenteral feeding (cairan steril kealiran darah).
    • Pemantauan secara berkala. Pemantauan dilakukan untuk mengecek apakah anak menerima jumlah kalori dan kebutuhan gizi yang cukup. Seiring berjalannya waktu, pengobatan dapat disesuaikan kembali dengan kebutuhan anak.

    2. Penanganan untuk gizi lebih

    Sebagai cara mengatasi malnutrisi akibat gizi lebih, kebutuhan energi harian anak harus disesuaikan dengan berat badan ideal dan tinggi badannya.

    Dengan mempertimbangkan total asupan dan berat badan anak, sebaiknya kurangi asupan energi hingga 200—500 kkal per hari.

    • Anak usia 0-3 tahun. Malnutrisi karena gizi lebih pada anak di usia ini biasanya tidak harus sampai mengurangi asupan kalorinya, tapi hanya dengan menurunkan berat badan. Misalnya dengan merancang kembali menu makan harian anak.
    • Anak usia 4-6 tahun. Asupan energi diberikan sesuai kebutuhan, dengan mengembalikan pola makan yang tepat sesuai usianya. Total kalori yang harus dipangkas yakni sekitar 200—300 kkal. Hal ini hanya bisa dilakukan di bawah pengawasan ketat dokter dan ahli gizi.
    • Anak usia 7-19 tahun. Target penurunan berat badan anak sudah mulai bisa direncanakan setiap kali melakukan pemeriksaan ke dokter atau ahli gizi. Penurunan berat badan umumnya disarankan sekitar 1—2 kg setiap bulannya. Sedangkan untuk asupan kalori, sebaiknya dikurangi secara bertahap sekitar 300-500 kalori.

    Apa perawatan rumahan untuk mengatasi malnutrisi?

    gizi untuk anak autis

    Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi malnutrisi, baik untuk gizi kurang atau gizi lebih.

    1. Pengaturan pola makan

    Seorang dokter dan ahli gizi dapat merekomendasikan pola makan yang sehat dan bergizi yang akan membantu memenuhi kebutuhan gizi harian anak.

    Di samping itu, cara ini secara perlahan juga akan membantu memulihkan kembali kondisi anak.

    Pasalnya, anak yang kurang gizi, entah karena wastingstuntingunderweight, atau kekurangan vitamin dan mineral, membutuhan perhatian khusus.

    Jumlah tambahan kalori dan berbagai zat gizi lainnya untuk anak biasanya jauh lebih banyak ketimbang anak-anak seusianya yang tidak mengalami kurang gizi.

    2. Pemantauan secara berkala

    Rutin memeriksaan kondisi kesehatan anak bisa membantu memastikan asupan kalori dan nutrisi hariannya sudah tepat.

    Jika di tengah-tengah pengobatan kebutuhan nutrisi harian anak mengalami perubahan, dokter dapat menyarankan penyesuaian kebutuhan anak yang seharusnya.

    Bagaimana cara mencegah malnutrisi?

    Sebenarnya cara mencegah malnutrisi pada anak, baik itu karena gizi kurang atau lebih cenderung sama. Intinya yaitu dengan makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.

    Tak lupa, pastikan kebutuhan zat gizi harian terpenuhi dengan baik, tidak kurang atau berlebih.

    Berikan selalu anak makanan dengan gizi seimbang yang terdiri dari empat kelompok makanan utama, yaitu berikut ini.

    • Buah-buahan dan sayuran, setidaknya berikan anak 5 porsi per hari.
    • Makanan sumber karbohidrat, yaitu nasi, kentang, roti, pasta, dan sereal.
    • Makanan sumber protein, yaitu daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produknya.
    • Susu dan produk susu, seperti keju dan yogurt.

    Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan anak Anda serta memantau pertumbuhan dan perkembangannya.

    Bawa anak ke Posyandu, Puskesmas, atau klinik kesehatan setiap bulan untuk melakukan penimbangan.

    Berikan imunisasi lengkap pada anak untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak sehingga anak terhindar dari penyakit infeksi.

    Berikan juga kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus sampai anak berusia 5 tahun.

    Konsultasikan kepada dokter atau ahli gizi untuk informasi lebih lanjut mengenai hal ini.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A

    Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


    Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 11/08/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan