backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Kolera

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 26/05/2023

Kolera

Definisi kolera

Kolera adalah penyakit infeksi serius yang mengganggu sistem pencernaan dan dapat menyebabkan diare parah serta dehidrasi. Penularan kolera umumnya berasal dari air yang tercemar bakteri Vibrio cholerae.

Di beberapa tempat, terutama negara-negara berkembang, bakteri ini dapat ditemukan di air minum yang terkontaminasi atau di masakan laut yang tidak dimasak sampai matang.

Walaupun dalam beberapa kasus kolera tidak menunjukkan gejala yang parah pada awal penularannya, penyakit ini termasuk berbahaya dan dapat berakibat fatal jika tidak mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin.

Seberapa umumkah kolera?

Kolera adalah penyakit pencernaan yang sudah ada sejak zaman dahulu. Ketika sistem pembuangan dan sanitasi masih sangat buruk, penyakit ini menyebar hampir di seluruh bagian dunia.

Seiring berkembangnya teknologi dan perbaikan sanitasi, kasus kolera menurun drastis.

Namun, bukan berarti kolera sudah jarang ditemukan. Di negara-negara dengan sanitasi yang buruk, padat penduduk, area perang, dan area di mana kelaparan masih banyak terjadi, penyakit ini masih sangat umum ditemukan.

Menurut badan World Health Organization (WHO), terdapat sekitar 1,3 – 4 juta kasus kolera di seluruh dunia. Bahkan data WHO mencatat angka kematian akibat kolera berkisar antara 21.000 – 143.000 setiap tahunnya.

Lokasi yang masih banyak ditemukan kasus kolera adalah negara-negara berkembang dari negara-negara di benua Afrika dan Amerika Latin, hingga negara India bahkan Indonesia.

Selain itu, angka kemunculan penyakit ini 2 kali lipat lebih banyak ditemukan pada orang bergolongan darah O dibanding golongan darah lainnya.

Tanda dan gejala kolera

manfaat kayu manis untuk ibu hamil

Sebenarnya, kebanyakan orang yang terinfeksi bakteri kolera tidak langsung jatuh sakit. Bahkan beberapa tidak pernah tahu bahwa mereka telah terinfeksi, sebab mereka tidak merasa mengalami gejala.

Bakteri Vibrio cholerae akan menetap di tinja orang yang terinfeksi selama 7 – 14 hari. Oleh karena itu, meskipun tidak merasakan gejala apa pun, penderita masih bisa menularkan penyakit tersebut ke orang lain melalui kotoran yang terkontaminasi.

Hanya sekitar 1 dari 10 orang yang terinfeksi menunjukkan tanda dan gejala. Biasanya gejala akan muncul dalam 24 – 48 jam setelah terpapar oleh bakteri. Berikut adalah daftar gejalanya.

1. Diare

Diare adalah gejala yang paling umum ditemukan di penyakit ini. Tinja yang keluar akibat penyakit ini umumnya lebih banyak dibanding diare lainnya.

Pasien dengan kolera akan mengeluarkan sekitar 1 liter cairan saat buang air besar dalam satu jam. Ini karena banyaknya volume cairan yang dikeluarkan saat diare, pasien biasanya akan merasakan dorongan untuk buang air besar yang tidak terkontrol.

Tinja yang dikeluarkan oleh pasien penderita infeksi ini biasanya memiliki ciri khas tertentu, yaitu cairan berwarna putih pucat dan tidak berbau. Kadang, cairan tersebut menyerupai air cucian beras.

2. Mual dan muntah

Walaupun tidak selalu muncul, rasa mual dan muntah juga merupakan salah satu gejala kolera yang cukup banyak ditemui.

Mual dan muntah biasanya terjadi pada tahap-tahap awal penularan bakteri. Penderita penyakit ini akan merasa mual terus menerus dan sulit menahan rasa ingin muntah selama beberapa jam.

3. Dehidrasi

Kondisi diare dan muntah yang berkepanjangan mengakibatkan tubuh kehilangan banyak cairan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi. Orang yang terpapar kolera akan kehilangan sekitar 20 liter cairan dalam sehari.

Tidak hanya dehidrasi, penderita juga berpotensi mengalami syok dan beberapa gejala lainnya, seperti tekanan darah rendah, pusing, dan jantung berdetak cepat.

4. Elektrolit tidak seimbang

Tubuh yang kehilangan terlalu banyak cairan akan mengalami penurunan kadar elektrolit.

Hal tersebut dapat mengakibatkan tanda-tanda seperti kram otot akibat penurunan kadar natrium, klorida, dan potasium dalam tubuh serta syok karena tekanan darah yang menurun tiba-tiba.

5. Gula darah rendah (hipoglikemia)

Pada anak-anak yang menderita kolera, mereka biasanya rentan mengalami gula darah rendah atau hipoglikemia akibat kehilangan banyak cairan. Ciri-ciri yang sering ditemukan adalah:

  • kehilangan kesadaran,
  • kejang, hingga
  • koma.

Kemungkinan ada tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan harus periksa ke dokter?

Seperti yang sudah disebutkan, kasus penyakit ini banyak ditemui di beberapa negara dengan sistem sanitasi yang kurang memadai.

Oleh karena itu, jika Anda mengalami diare parah setelah mengunjungi daerah yang banyak ditemukan kasus penyakit ini, Anda harus memeriksakan diri ke dokter secepat mungkin.

Saat menderita diare berkepanjangan yang disertai dengan muntah-muntah, segerakan mencari pengobatan sebelum terserang dehidrasi berat. Jika kolera ditangani dengan cepat, kemungkinan Anda akan pulih dari penyakit ini lebih cepat.

Penyebab kolera

Patogen utama yang menyebabkan infeksi kolera adalah bakteri Vibrio cholerae. Namun, yang membuat penyakit ini menjadi berbahaya dan bisa mengancam nyawa adalah keberadaan racun yang disebut CTX atau toksin kolera.

CTX diproduksi oleh bakteri V. cholerae di dalam usus kecil. Racun ini akan menempel di dinding usus, yang kemudian akan mengganggu aliran normal natrium dan klorida.

Terganggunya aliran dua elektrolit tersebut dapat mendorong tubuh mengeluarkan begitu banyak cairan. Hal ini mengakibatkan diare dan tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit dalam waktu singkat.

Bakteri V. cholerae umumnya ditemukan pada air yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri jenis ini juga banyak bersarang di bahan-bahan makanan yang belum dimasak sempurna, seperti kerang mentah, buah-buahan, dan sayuran.

Jika saluran air atau makanan yang bersih terkena feses yang terkontaminasi bakteri, organisme ini akan bertumbuh dengan cepat.

Sementara itu, sumber makanan atau tempat yang paling sering ditemukan perkembangan infeksi penyakit ini adalah sebagai berikut.

1. Permukaan air

Bakteri penyebab kolera dapat tinggal di air dalam jangka waktu panjang, dan menjadi statis atau tidak aktif. Biasanya, air yang terkontaminasi bakteri V. cholerae adalah air di tempat umum dan daerah-daerah dengan sistem sanitasi yang buruk.

2. Makanan laut

Makan makanan laut yang mentah atau kurang matang, terutama kerang, dapat meningkatkan potensi Anda terpapar bakteri V. cholerae.

3. Buah dan sayur

Buah-buahan dan sayur yang belum dicuci atau dikupas bisa jadi merupakan sarang berkembangbiaknya bakteri kolera, terutama di area yang kebersihannya kurang terjaga.

Di negara-negara berkembang, pupuk yang tidak mengandung kompos atau air irigasi yang tercemar limbah dapat memengaruhi hasil panen perkebunan.

4. Biji-bijian

Di negara-negara dengan kasus kolera yang tinggi, makanan berbahan dasar biji-bijian seperti nasi atau jagung dapat menjadi sarang bakteri.

Setelah nasi dimasak dan didiamkan selama beberapa jam dalam suhu ruangan, nasi tersebut dapat menjadi tempat bertumbuhnya bakteri penyebab penyakit kolera.

Siklus hidup bakteri penyebab kolera

  • Bakteri di lingkungan: V. cholerae banyak ditemukan di perairan pantai dan menempel di binatang kecil bernama copepoda. Bakteri biasanya akan berenang ke tempat pembuangan limbah pabrik.
  • Bakteri di dalam tubuh manusia: setelah bakteri masuk ke dalam tubuh, umumnya gejala penyakit tidak langsung terlihat. Namun, bakteri masih akan menempel pada feses.

Faktor risiko kolera

Kolera adalah penyakit yang dapat menyerang semua orang dari berbagai golongan usia maupun ras. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang penyakit ini.

Inilah berbagai faktor risiko yang bisa meningkatkan risiko penyakit.

1. Kondisi sanitasi yang buruk

Kolera akan berkembang dengan pesat di tempat yang memiliki sanitasi kurang baik, termasuk suplai air bersih yang minim.

Kondisi ini sering ditemukan di tempat pengungsian, negara-negara berkembang atau terbelakang, daerah peperangan, dan tempat yang terkena bencana alam atau wabah penyakit.

2. Kurang atau tidak adanya asam lambung

Bakteri V. cholerae tidak akan mampu bertahan hidup di lingkungan dengan tingkat keasaman yang tinggi. Maka dari itu, asam lambung dalam tubuh manusia dapat menjadi tameng utama menghadapi infeksi kolera.

Namun, beberapa orang dengan tingkat asam lambung yang rendah, termasuk anak-anak, lansia, dan orang yang sedang minum obat-obatan tertentu. Mereka yang disebutkan lebih rentan terkena infeksi ini.

3. Tinggal serumah dengan penderita

Apabila Anda tinggal bersama dengan orang yang menderita penyakit ini, kemungkinan Anda akan tertular bakteri V. cholerae semakin tinggi.

4. Memiliki golongan darah O

Orang dengan golongan darah O dua kali lipat lebih mudah terserang bakteri kolera dibanding pemilik golongan darah lainnya. Namun, hingga saat ini belum ada penelitian yang mampu menjelaskan penyebab pasti fenomena ini.

5. Makan seafood mentah atau setengah matang

Walaupun bakteri ini sudah tidak mewabah di sebagian besar tempat di dunia, keberadaannya masih dapat ditemukan di beberapa titik perairan. Oleh karena itu, risiko Anda terserang penyakit ini setelah makan seafood mentah masih tinggi.

Diagnosis kolera

Meskipun tanda-tanda dan gejala yang parah dapat terlihat jelas di daerah yang endemik, satu-satunya cara untuk mendiagnosis penyakit ini adalah dengan mengambil sampel tinja (tes dipstick) dan meneliti adanya bakteri.

Tes dipstick kolera yang cepat sekarang telah tersedia, sehingga penyedia layanan kesehatan di area terpencil dapat mendeteksi penyakit ini sejak awal.

Hal tersebut tentu dapat mengurangi angka kematian sebelum wabah menyebar, serta berdampak ke intervensi pusat kesehatan dalam pengendalian wabah.

Pengobatan kolera

Manfaat minum suplemen kolagen

Kolera memerlukan perawatan segera karena penyakit ini dapat menyebabkan kematian dalam beberapa jam.

1. Rehidrasi

Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang dari tubuh. Caranya adalah dengan menggunakan larutan rehidrasi sederhana berupa oralit.

Oralit dinilai sangat efektif mengembalikan cairan tubuh, bahkan dapat mengurangi angka kematian akibat kolera secara signifikan.

2. Cairan infus

Apabila rehidrasi oral dengan oralit masih belum bekerja dengan baik, pasien kolera bisa mendapatkan asupan cairan melalui metode injeksi atau infus.

3. Antibiotik

Walaupun antibiotik dinilai bukan merupakan pengobatan utama dari kolera, beberapa jenis antibiotik berpotensi mengurangi gejala diare pada penyakit ini.

Jenis antibiotik yang biasanya diresepkan dokter adalah doxycycline (Monodox, Oracea, Vibramycin) atau azithromycin (Zithromax, Zmax).

4. Suplemen zinc

Dilansir dari Mayo Clinic, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa zinc dapat mengurangi dan memperpendek durasi diare pada anak-anak dengan kolera.

Pencegahan kolera

Kolera mungkin memang sudah jarang ditemui apabila Anda tinggal di lingkungan yang bersih dan memiliki sistem sanitasi yang baik.

Namun, masih ada kemungkinan Anda terinfeksi bakteri V. cholerae, terutama jika Anda berpergian ke tempat dengan sanitasi yang buruk atau negara dengan kasus kolera yang tinggi.

Anda dapat mencegah hal tersebut terjadi dengan melakukan beberapa perubahan seperti di bawah ini.

1. Cuci tangan dengan sabun dan air

Cuci tangan adalah langkah terpenting dalam mencegah infeksi bakteri, terutama setelah menggunakan toilet dan sebelum menyentuh makanan.

Gosok sabun pada tangan yang basah selama minimal 15 detik sebelum dibilas. Jika tidak ada sabun dan air, selalu sediakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol ke mana pun Anda pergi.

2. Pastikan minum dari sumber air yang bersih

Minumlah air yang sudah direbus atau air minum botol. Saat bepergian, Anda dapat menggunakan air minum botol untuk menyikat gigi.

Hindari menambahkan es batu di minuman Anda, kecuali Anda merebus dan membuat sendiri es batu tersebut.

3. Makan makanan yang benar-benar matang

Masaklah makanan Anda dengan benar dan pastikan tidak ada bagian yang kurang matang. Hindari membeli jajanan pinggir jalan.

Kalau memang terpaksa, pastikan Anda dapat melihat proses masaknya, dan makanan tersebut disajikan selagi panas.

4. Hindari konsumsi ikan mentah

Sebaiknya Anda menghindari ikan mentah atau yang belum matang, seperti sushi dan sashimi, terlebih jika kebersihan memasaknya belum terjamin.

5. Pilih jenis buah dan sayur yang tepat

Pilih buah-buahan dan sayuran yang dapat Anda kupas sendiri, seperti pisang, jeruk dan alpukat. Hindari salad dan buah-buahan yang tidak bisa dikupas, seperti anggur dan beri.

6. Berhati-hati dalam memilih produk olahan susu

Berhati-hatilah dengan produk susu, termasuk es krim yang sering terkontaminasi, dan susu yang tidak dipasteurisasi.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 26/05/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan