backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Kista Ovarium

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 07/06/2023

Kista Ovarium

Ovarium adalah salah satu organ dalam tubuh wanita yang perlu dijaga kesehatannya. Ketika mengalami masalah, salah satu yang mungkin terjadi yakni kista ovarium. Seperti apa penyakit ini dan berbahayakah untuk kesehatan wanita? Simak informasi selengkapnya berikut.

Apa itu kista ovarium?

bahaya kista ovarium

Kista ovarium adalah kondisi di mana kantung berisi cairan terdapat di dalam atau permukaan ovarium.

Kista merupakan jaringan yang berbentuk menyerupai kantung dan diselimuti oleh selaput atau membran.

Jaringan ini dapat berisi cairan, mirip dengan benjolan yang terdapat di luka bakar atau melepuh. Namun, tidak jarang pula terdapat kista yang padat atau berisi udara.

Kista berbeda dengan abses karena tidak mengandung nanah. Kebanyakan kista yang terdapat di ovarium tidak berbahaya dan akan menghilang dengan sendirinya tanpa penanganan medis seiring dengan bertambahnya usia.

Namun, dalam beberapa kasus, kista dapat mengakibatkan rasa sakit, pendarahan, serta gejala-gejala lainnya.

Apabila kista memiliki diameter lebih dari 5 cm, prosedur operasi harus segera dilaksanakan untuk mengangkat kista tersebut.

Perlu Anda ketahui

Ovarium, atau indung telur, adalah organ yang merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Organ ini terletak di perut bagian bawah, tepatnya di kedua sisi rahim. Setiap wanita normalnya memiliki dua ovarium, namun dengan ukuran yang bervariasi.
Fungsi dari ovarium adalah memproduksi sel-sel telur, serta hormon yang terdapat di tubuh wanita, seperti estrogen dan progesteron.

Seberapa umumkah kista ovarium?

Kista ovarium adalah kondisi yang cukup umum terjadi. Kondisi ini lebih banyak ditemukan pada wanita yang masih mengalami siklus menstruasi serta wanita yang akan memasuki masa menopause.

Menurut Women’s Health, kebanyakan wanita memiliki setidaknya satu folikel atau akar kista setiap bulan.

Beberapa wanita tidak menyadari adanya kista, kecuali jika ukuran dan jumlah kista bertambah. Sebanyak 8% wanita yang memasuki masa menopause memiliki kista yang lebih besar dan butuh penanganan lebih lanjut.

Kasus kejadian kondisi ini paling banyak terjadi pada wanita berusia 30—54 tahun. Namun, tidak jarang pula kasus ini ditemukan pada pasien berusia lanjut maupun  perempuan remaja.

Beberapa jenis kista ovarium dapat berkembang menjadi sel kanker. Namun, tidak semua jenis kista dapat menjadi tumor kanker.

Risiko Anda untuk memiliki kanker ovarium akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia Anda.

Jenis kista ovarium

Kista ovarium adalah kondisi yang terdiri dari beberapa jenis tergantung dari masing-masing penyebabnya. Berikut penjelasan mengenai jenis-jenis kista pada organ tubuh ini.

1. Kista fungsional

Jenis ini merupakan yang paling umum ditemukan. Kista jenis ini biasanya terbentuk akibat naik turunnya hormon tubuh selama siklus menstruasi.

Kista fungsional biasanya tidak berbahaya dan hanya muncul dalam waktu singkat. Kebanyakan kasus kista fungsional akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu tanpa memerlukan penanganan khusus.

Terdapat dua jenis kista fungsional, yaitu kista folikel dan kista corpus luteum.

  • Kista folikel

Selama siklus menstruasi, sel telur akan tumbuh di dalam kantung bernama folikel. Folikel ini terletak di dalam ovarium.

Pada kondisi normal, folikel tersebut akan terbuka dan melepaskan sel telur. Namun, jika folikel tidak terbuka, cairan di dalam folikel akan menumpuk dan membentuk kista.

  • Kista corpus luteum

Kantung folikel yang normal seharusnya menghilang setelah melepas sel telur.

Namun, jika kantung tersebut tidak menghilang dan masih terdapat bukaan pada mulut folikel, cairan akan menumpuk di dalam kantung folikel, sehingga kista corpus luteum akan terbentuk.

2. Kista patologis

Kista jenis patologis terbentuk dari pertumbuhan sel-sel yang tidak normal. Kondisi ini umumnya dapat menimbulkan kista bersifat jinak (benign) atau tumor ganas (malignant).

Berikut adalah jenis-jenis kista patologis.

  • Kista dermoid
  • Kista yang disebut juga dengan teratoma ini mengandung berbagai jaringan, seperti rambut, kulit, bahkan lemak. Hal ini disebabkan kista tersebut berasal dari sel-sel yang membentuk sel telur.

    Kista jenis ini lebih banyak terjadi pada wanita di bawah usia 30 tahun. Meskipun umumnya tidak berbahaya, terkadang kista ini harus diangkat dengan prosedur operasi.

    • Kistadenoma

    Kistadenoma merupakan jaringan yang terbentuk dari sel-sel yang menyelimuti bagian luar ovarium. Beberapa jenis kistadenoma memiliki bentuk tebal dan berisi cairan berlendir.

    Tidak seperti kista lainnya, kistadenoma umumnya terletak di bagian luar ovarium. Karena posisinya yang berada di luar ovarium, kista tersebut dapat bertumbuh lebih besar. Sangat jarang ditemukan kistadenoma bersifat kanker.

    • Endrometriosis

    Endometriosis merupakan jaringan yang tumbuh dari sel-sel di luar rahim. Sebagian dari jaringan tersebut dapat menempel ke ovarium dan membentuk kista.

    Kista dermoid dan kistadenoma dapat tumbuh lebih besar dibanding dengan jenis kista lainnya, sehingga ovarium berpotensi bergeser atau terpelintir.

    Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit di ovarium, yang disebut dengan torsi ovarium.

    Tanda dan gejala kista ovarium

    operasi kista ovarium

    Sering kali kista ovarium tidak menimbulkan tanda-tanda dan gejala yang spesifik. Bahkan, kebanyakan penderita tidak menunjukkan gejala apa pun.

    Namun, seiring dengan pertumbuhan kista, kemungkinan akan terdapat gejala tertentu yang terasa. Beberapa gejala kista ovarium yang muncul biasanya adalah berikut.

    • Perut sering terasa kembung.
    • Rasa penuh atau berat pada perut.
    • Perut bengkak dan nyeri.
    • Nyeri pinggul.
    • Nyeri pada punggung bawah dan paha.
    • Masalah buang air kecil dan besar.
    • Nyeri setelah berhubungan seksual.
    • Penambahan berat badan tanpa alasan yang jelas.
    • Nyeri setiap menstruasi.
    • Perdarahan vagina yang tidak normal.
    • Dada terasa teregang.
    • Sering buang air kecil.

    Dalam kasus kista yang cukup parah, kondisi ini dapat menimbulkan gejala-gejala seperti berikut.

    • Sakit yang menusuk di pinggang atau panggul.
    • Demam.
    • Pusing, yang terkadang disertai dengan pingsan.
    • Napas terasa lebih cepat.

    Jika kista pecah, Anda biasanya akan merasakan nyeri hebat. Anda juga bisa mengalami nyeri perut disertai mual atau muntah bila kista melukai ovarium.

    Kemungkinan ada gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

    Kapan harus ke dokter?

    Periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas. Jika Anda sudah mulai merasakan gejala-gejala, kemungkinan ukuran kista sudah cukup besar dan harus segera ditindaklanjuti.
    Konsultasikan jika Anda merasakan penuh pada perut, berat pada area pinggul, serta sering buang air kecil dan perdarahan dari vagina tanpa alasan yang jelas. Mungkin saja gejala ini adalah tanda kista ovarium atau penyakit lain yang lebih serius.

    Apa penyebab kista ovarium?

    Kista ovarium dapat disebabkan oleh banyak hal. Namun, penyebab utamanya adalah masalah hormonal, terutama pada wanita yang masih mengalami siklus menstruasi.

    Berikut adalah penjelasan mengenai kemungkinan masing-masing penyebabnya.

    • Masalah hormonal. Kista fungsional dapat muncul karena masalah hormonal atau obat-obatan pemicu ovulasi.
    • Endometriosis. Wanita dengan endometriosis dapat menderita kista ovarium.
    • Kehamilan. Biasanya, pada kehamilan awal, sepasang kista ovarium dapat muncul secara alami untuk mendukung janin hingga cairan amnion terbentuk. Meski begitu, kista dapat bertahan hingga akhir kehamilan.
    • Infeksi panggul. Infeksi ini dapat menyebar ke ovarium dan tuba falopi sehingga menyebabkan kista ovarium.

    Faktor risiko kista ovarium

    kista ovarium selama kehamilan

    Kista ovarium adalah penyakit yang dapat terjadi pada hampir setiap wanita. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda untuk mengalami kondisi ini.

    Berikut adalah faktor-faktor risiko yang dapat memicu munculnya kista di dalam ovarium Anda.

    • Usia. Kista lebih banyak ditemukan pada pasien berusia dewasa awal, yaitu 30-54 tahun. Namun, tidak jarang pula kondisi ini ditemukan pada pasien remaja dan wanita yang memasuki masa menopause (perimenopause).
    • Memiliki masalah hormon. Gangguan hormon pada tubuh dapat memengaruhi produksi sel-sel telur di dalam ovarium sehingga meningkatkan risiko terbentuknya kista.
    • Kehamilan. Terkadang, kista yang terbentuk saat ovulasi atau memproduksi sel telur akan terus ada selama masa kehamilan. Ini terutama ketika kehamilan memasuki trimester kedua dan kadar hCG di dalam tubuh meningkat.
    • Menjalani pengobatan kesuburan. Beberapa pasien yang menjalani pengobatan untuk mengatasi kesuburan, seperti obat-obatan gonadotropin dan letrozole, dapat merangsang pertumbuhan kista di dalam indung telur.
    • Mengalami hipotiroidisme. Karena hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid (TSH) memiliki bentuk yang menyerupai hCG, kondisi hipotiroidisme kemungkinan berpotensi memicu pertumbuhan kista.
    • Pengobatan kanker payudara. Jika Anda pernah atau sedang menderita kanker payudara dan mendapat pengobatan, seperti obat Tamoxifen (Soltamox), ada risiko lebih tinggi untuk terkena kondisi ini.
    • Merokok. Menjadi perokok aktif meningkatkan risiko Anda mengalami kista.
    • Pernah memiliki kista ovarium sebelumnya. Meski sudah disembuhkan, ada kemungkinan kista dapat kembali muncul di lain waktu.
    • Siklus menstruasi tidak teratur. Kondisi ini berkaitan dengan naik turunnya hormon di dalam tubuh sehingga risiko untuk memiliki kista menjadi lebih tinggi.

    Selain itu, faktor risiko lainnya yang turut berpengaruh yakni sebagai berikut.

    • Berat badan berlebih atau obesitas.
    • Bertambahnya usia.
    • Memiliki anggota keluarga dengan kista ovarium.
    • Terdapat mutasi genetik.

    Komplikasi kista ovarium

    Kebanyakan kasus kista ovarium memang tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala yang berarti.

    Namun, dalam beberapa kasus, terdapat pula kemungkinan kista mengakibatkan komplikasi kesehatan yang serius.

    1. Torsi ovarium

    Kista yang memiliki ukuran terlalu besar dapat terpelintir atau bergeser dari posisi semula. Kondisi ini dapat menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa.

    Beberapa gejala yang biasanya timbul berupa nyeri panggul, mual, dan muntah. Selain itu, ada pula kemungkinan torsi dapat mengurangi atau menghentikan aliran darah menuju ovarium.

    2. Kista pecah dan terjadi pendarahan

    Kista yang pecah dapat menimbulkan rasa sakit yang cukup parah, disertai dengan pendarahan dalam. Semakin besar ukuran kistanya, semakin tinggi pula risiko kista untuk pecah.

    Aktivitas fisik yang terlalu berat di bagian bawah tubuh, seperti hubungan seksual, juga dapat meningkatkan risiko pecahnya kista.

    Diagnosis kista ovarium

    apakah usg 5 dimensi aman?

    Kista yang terdapat di dalam ovarium Anda dapat ditemukan pada saat tes pemeriksaan panggul.

    Tergantung pada ukuran, jenis, dan teksturnya, dokter akan merekomendasikan beberapa jenis tes untuk mendiagnosis kista secara lebih akurat.

    Berikut cara yang bisa dilakukan dokter untuk mendiagnosis kista pada ovarium.

    1. Tes kehamilan

    Dokter akan meminta Anda melakukan tes kehamilan. Jika tes tersebut menunjukkan hasil positif, ada kemungkinan Anda memiliki kista jenis corpus luteum.

    2. USG panggul

    Dalam tes ini, dokter akan menggunakan alat transducer yang memancarkan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menghasilkan gambar dari rahim dan ovarium Anda.

    Melalui USG, dokter dapat menganalisis gambar tersebut untuk melihat adanya kista, letaknya, serta teksturnya.

    3. Laparoskopi

    Tes ini dilakukan dengan alat bernama laparoskop, sebuah alat kecil dan tipis yang dimasukkan ke dalam perut melalui sayatan kecil di tubuh Anda.

    Dokter dapat melihat ovarium Anda, bahkan mengangkat kista melalui prosedur ini.

    4. Tes darah CA 125

    Beberapa wanita dengan ovarium yang bermasalah, terutama dengan kista yang berpotensi menjadi sel kanker, memiliki protein antigen 125 (CA 125) di dalam darahnya.

    Dengan tes darah, dokter akan mengecek apakah terdapat antigen tersebut di dalam darah Anda.

    Pengobatan kista ovarium

    Pengobatan tergantung dari apa jenis kista, usia Anda, kondisi kesehatan Anda, serta gejala-gejala yang Anda rasakan.

    Sebanyak 90% kista ovarium tidak bersifat kanker dan hanya butuh pengobatan yang sederhana. Kebanyakan kista  tidak membutuhkan terapi dan biasanya akan hilang setelah 8—12 minggu.

    Namun, jika kondisi kista butuh pengobatan, dokter mungkin menyarankan cara berikut.

    1. Pengobatan dengan pil KB

    Apabila Anda memiliki kista yang cukup sering muncul kembali, dokter akan meresepkan pil KB yang dapat menghentikan ovulasi untuk sementara waktu.

    Pil KB juga dapat mencegah pembentukan kista baru serta mengurangi risiko Anda terkena kanker ovarium.

    2. Laparotomi

    Apabila kista tidak kunjung hilang, menimbulkan gejala tertentu, serta berukuran lebih dari 5—10 cm, dokter mungkin akan menyarankan Anda menjalani prosedur operasi pengangkatan kista ovarium atau laparotomi.

    Tim medis akan melakukan biopsi terlebih dahulu pada kista yang Anda miliki. Jika ternyata terdapat sel kanker di dalam kista, Anda harus menjalani prosedur histerektomi, yaitu pengangkatan ovarium dan rahim.

    Perawatan rumahan kista ovarium

    Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi kista ovarium.

    • Lakukan kontrol sesuai jadwal untuk melihat perkembangan gejala dan kondisi kesehatan Anda
    • Ikuti anjuran dokter, minum obat yang diresepkan, jangan berhenti meminum obat atau mengganti dosis kecuali kalau dokter Anda yang menganjurkan.
    • Ketahuilah siklus menstruasi Anda dan beritahu dokter Anda jika ada tanda yang tidak normal.

    Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 07/06/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan