backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Keratosis Pilaris (Penyakit Kulit Ayam)

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 27/12/2023

Keratosis Pilaris (Penyakit Kulit Ayam)

Penumpukan keratin yang menyumbat pori-pori bisa membuat kulit menjadi kasar dan bersisik seperti kulit ayam. Kondisi ini dikenal sebagai keratosis pilaris. Apakah ini penyakit kulit menular? Ketahui penyebab hingga pengobatannya dalam ulasan berikut.

Apa itu keratosis pilaris (penyakit kulit ayam)?

Keratosis pilaris (penyakit kulit ayam) adalah jenis penyakit kulit yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik kecil nan keras yang membuat tampilan kulit terlihat seperti kulit ayam.

Keratosis pilaris tidak berbahaya dan tidak menular dari satu orang ke orang lainnya. Penyakit ini termasuk dalam penyakit genetik (bawaan).

Meski belum ada cara yang tepat untuk mencegah kemunculannya, Anda tak perlu merasa khawatir akan penyakit ini. Terdapat berbagai pilihan perawatan yang bisa memperbaiki tampilan kulit dan meringankan gejalanya.

Seberapa umum penyakit ini?

Keratosis pilaris merupakan penyakit kulit yang sangat umum terjadi. Diperkirakan ada sekitar 50 – 80% remaja dan hampir 40% orang dewasa yang mengalaminya.

Keratosis pilaris termasuk penyakit yang dapat menyerang pasien pada semua usia, tetapi lebih umum terjadi di usia muda terutama pada anak-anak. Namun, dalam banyak kasus, keratosis pilaris dapat menghilang dengan sendirinya pada usia 30 tahun.

Selain itu, penyakit kulit ini paling sering terjadi pada orang dengan kulit putih dan dapat memburuk selama kehamilan, setelah melahirkan, atau selama masa pubertas.

Tanda dan gejala keratosis pilaris

Agar lebih mudah mengenalinya, berikut ini tanda dan gejala penyakit kulit ayam.

  • Munculnya benjolan kecil tanpa rasa sakit.
  • Kulit kering dan kasar di daerah dengan benjolan.
  • Gejala yang cenderung memburuk di musim kemarau atau saat kelembapan udara rendah.
  • Benjolan terasa seperti amplas atau kulit yang merinding.
  • Terkadang terasa gatal.
  • Benjolan dapat muncul dengan warna yang beragam mulai dari warna kulit, putih, kemerahan, pink keunguan (pada kulit putih), dan hitam kecokelatan (pada kulit gelap).

    Benjolan kecil ini bisa muncul di area kulit mana pun, tapi paling sering muncul pada lengan atas, paha, pipi, atau bokong. Biasanya, gejala penyakit kulit ayam tidak muncul pada telapak tangan dan kaki.

    Gejala penyakit kulit ini dapat menghilang saat anak mengakhiri masa pubertasnya atau pada usia pertengahan 20-an. Namun, kondisi ini bisa saja berlanjut lebih lama.

    Kemungkinan ada tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter spesialis kulit.

    Apakah keratosis pilaris dapat menyebar?

    Keratosis pilaris bukan termasuk penyakit menular sehingga tidak dapat menyebar ke orang lain. Kondisi ini umumnya dapat hilang dengan sendirinya secara bertahap. Penyakit ini juga jarang sekali menyebar hingga ke seluruh tubuh.

    Kapan harus periksa ke dokter?

    Anda harus menghubungi dokter jika ada beberapa perubahan signifikan pada kulit tanpa tahu penyebabnya. Umumnya, dokter dapat membuat diagnosis dengan memeriksa tampilan kulit dan benjolan bersisik yang muncul.

    Penyebab keratosis pilaris

    Penyebab utama keratosis pilaris adalah keratin yang tumbuh secara berlebihan. Keratin merupakan protein keras yang bertugas untuk melindungi kulit dari zat berbahaya dan infeksi.

    Ketika penumpukan terjadi, gumpalan akan terbentuk hingga menghambat pembukaan folikel rambut atau pori-pori. Penumpukan inilah yang kemudian membuat permukaan kulit tidak rata karena munculnya benjolan kecil yang kering dan kasar.

    Dikutip dari Mayo Clinictidak diketahui secara pasti mengapa keratin bisa menumpuk. Namun, penyakit genetik atau kondisi kulit lainnya seperti eksim adalah kemungkinan penyebab lain dari keratosis pilaris. 

    Faktor risiko keratosis pilaris

    Karena termasuk dalam penyakit genetik, Anda memiliki risiko yang lebih tinggi jika memiliki keluarga yang pernah mengalami keratosis pilaris. Selain itu, faktor lain yang juga berpengaruh adalah:

    • memiliki asma,
    • memiliki kulit kering,
    • obesitas,
    • memiliki penyakit dermatitis atopik (eksim), dan
    • mengalami ichthyosis vulgaris, kondisi yang menyebabkan kulit menjadi sangat kering.

    Diagnosis keratosis pilaris

    Dengan melihat kondisi kulit Anda, dokter sudah bisa mendiagnosis masalah kulit yang satu ini. Keratosis pilaris adalah penyakit yang biasanya tidak membutuhkan pemeriksaan kulit lanjutan.

    Pengobatan keratosis pilaris

    perawatan kulit untuk kanker kulit

    Perlu Anda ketahui bahwa hingga saat ini keratosis pilaris belum bisa disembuhkan karena penyebab pastinya sendiri belum ditemukan.

    Pada beberapa kasus, kondisi ini memang bisa pulih dengan sendirinya, tetapi prosesnya dapat memakan waktu berbulan-bulan.

    Terlepas dari fakta tersebut, pengobatan tetap dibutuhkan untuk mengendalikan gejalanya. Berikut adalah pilihan perawatan kulit yang biasanya direkomendasikan dokter.

    1. Pelembap

    Pelembap menjadi salah satu produk yang sangat dianjurkan untuk meredakan gatal dan kekeringan pada kulit. Krim pelembap yang diresepkan khusus untuk mengobati keratosis pilaris biasanya mengandung urea dan asam laktat (lactic acid).

    Gunakan pelembap tepat setelah mandi saat kulit masih setengah kering. Jangan lupa juga untuk mengoleskannya minimal 2 – 3 kali sehari.

    2. Krim untuk mengangkat sel kulit mati

    Krim yang digunakan untuk mengangkat sel kulit mati biasanya mengandung bahan aktif seperti:

    Berbagai bahan aktif ini berguna untuk mengangkat sel kulit mati, melembapkan, dan melembutkan kulit kering. Untuk mendapatkan hasil terbaik, gunakan krim ini sesuai dengan petunjuk yang diberikan.

    3. Krim untuk mencegah sumbatan pada folikel

    Krim yang umumnya digunakan untuk mencegah folikel tersumbat terbuat dari vitamin A. Vitamin A membantu proses pergantian sel kulit dan mencegah folikel rambut tersumbat.

    Namun, kulit dapat mengalami iritasi dan kekeringan ketika menggunakan jenis krim ini. Krim ini tidak disarankan bagi mereka yang sedang hamil atau menyusui.

    Berhati-hatilah dengan bahan yang ada di dalam krim-krim tersebut. Diskusikan hal ini dengan dokter Anda. Beberapa krim untuk mengatasi keratosis pilaris adalah obat-obatan yang mengandung efek samping negatif termasuk:

    4. Laser

    Laser adalah solusi yang akan diberikan bila pengobatan dengan krim dan losion tak kunjung membuahkan hasil.

    Terdapat berbagai pilihan laser yang digunakan oleh dokter. Ada laser yang digunakan untuk mengurangi pembengkakan dan kemerahan, ada juga yang untuk memperbaiki tekstur kulit dan perubahan warna. 

    Agar hasilnya maksimal, mikrodermabrasi adalah prosedur yang direkomendasikan dokter untuk dilakukan di sela-sela pengobatan laser keratosis pilaris.

    Perawatan rumahan keratosis pilaris

    Berikut berbagai perubahan gaya hidup dan perawatan lain yang bisa Anda lakukan di rumah untuk mengendalikan kondisi ini.

    • Mandi air hangat. Berendam air hangat bisa membantu melebarkan pori-pori yang tersumbat. Namun, batasi waktu Anda di kamar mandi agar tidak membuat kulit menjadi terlalu kering.
    • Oleskan krim pelembap. Oleskan krim yang mengandung lanolin, petroleum jelly, atau gliserin pada kulit setelah mandi.
    • Eksfoliasi. Pengelupasan kulit setiap hari dapat membantu memperbaiki penampilan kulit. Anda bisa menghilangkan sel kulit mati yang menyumbat pori-pori ini dengan batu apung atau produk scrubbing.
    • Hindari pakaian ketat. Mengenakan pakaian ketat dapat menyebabkan gesekan yang bisa mengiritasi kulit, hingga menyebabkan keratosis pilaris.
    • Humidifier. Menggunakan humidifier dapat membantu menjaga kelembaban kelembaban kulit dan mencegah munculnya gatal.

    Itulah ulasan lengkap mengenai keratosis pilaris. Kondisi kulit ini umumnya tidak membahayakan dan dapat hilang seiring waktu.

    Namun, jika memiliki kekhawatiran mengenai penyakit kulit ini, jangan ragu konsultasikan dengan dokter kulit untuk solusi terbaik masalah Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 27/12/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan