backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Intoleransi Kafein

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 07/09/2023

Intoleransi Kafein

Definisi intoleransi kafein

Intoleransi kafein adalah gangguan pencernaan yang terjadi ketika enzim pada organ hati (liver) tidak dapat mencerna kafein dari makanan atau minuman dengan baik.

Kafein merupakan zat stimulan yang secara alami terkandung dalam sumber pangan seperti biji kopi, daun teh, biji kakao (cokelat), kacang kola (bahan dasar minuman karbonasi), dan lain sebagainya.

Intoleransi dan alergi kafein sering dianggap sama, padahal keduanya berbeda. Alergi terjadi ketika sistem imun memproduksi antibodi untuk melawan kafein karena salah mengartikannya sebagai zat asing yang berbahaya.

Sementara itu, tubuh orang yang intoleran tidak menganggap kafein sebagai zat berbahaya; hanya tidak bisa mencernanya dengan baik.

Seberapa umum intoleransi kafein?

Kondisi ini umum terjadi di berbagai belahan dunia.

Cukup banyak orang yang tergolong sensitif terhadap kafein tapi masih bisa mengonsumsi 200 – 400 miligram (mg) kafein setiap hari tanpa merasa gejala apa pun. Jumlah ini setara dengan 2 – 4 cangkir kopi.

Di sisi lain, banyak juga yang sama sekali tidak dapat menoleransi kafein dalam dosis terkecil sekali pun. Saking sensitifnya, mereka pasti langsung mengalami efek samping, seperti sakit perut, mulas, hingga susah tidur meski hanya mengonsumsi sedikit. 

Orang dengan intoleransi kafein rata-rata hanya bisa mengonsumsi 30 – 50 mg kafein dalam satu hari.

Sebagai perbandingan, secangkir (237 ml) kopi tubruk seduh (biji kopi giling murni) mengandung kafein sekitar 95 – 200 mg. Sementara itu, 1 gelas shot espresso murni (tanpa tambahan air) seukuran 30 ml dapat mengandung sekitar 63 mg kafein.

Tanda dan dejala

Reaksi yang dimunculkan oleh tubuh akibat intoleransi kafein bisa bermacam-macam. Begitu pula dengan intensitas keparahan yang dirasakan. Setiap orang mungkin mengalami hal yang berbeda.

Gejala intoleransi kafein umumnya tidak berbahaya tapi tetap harus disadari. Sebab, intoleransi kafein bisa menyebabkan otak melepaskan hormon adrenalin dalam jumlah banyak.

Beberapa gejala yang umum terjadi, antara lain:

  • jantung berdebar kencang,
  • sakit kepala,
  • gelisah,
  • merasa gugup atau cemas, serta
  • insomnia (tidak bisa mulai tidur, tidak tidur dengan nyenyak, sering terbangun tengah malam, atau terbangun terlalu cepat).

Taraf keparahan intoleransi setiap orang dapat berbeda-beda karena sangat tergantung pada banyak hal. Mulai dari sensitivitias masing-masing orang, kondisi tubuh pada saat itu, hingga seberapa banyak jumlah kafein yang masuk.

Penyebab dan faktor risiko

Apa penyebab intoleransi kafein?

Penyebab tubuh sensitif atau intoleran yakni tubuh yang tidak memproduksi cukup enzim bernama CYP1A2. Keberadaan enzim tersebut penting untuk menentukan seberapa cepat organ hati Anda mencerna dan memecah kafein.

Maka itu, orang yang intoleran terhadap kafein butuh waktu lama untuk menghilangkan kafein dari dalam tubuh. Akibatnya, kadar kafein justru menumpuk dalam darah dan membuat dampaknya terasa lebih intens dan lebih lama.

Kafein merupakan zat stimulan yang memengaruhi sistem endokrin. Ketika Anda mengonsumsi sesuatu yang mengandung kafein, endokrin akan menghambat produksi zat kimia yang bernama adenosin. Adenosin yaitu zat yang memicu rasa kantuk. 

Sembari menekan adenosin, kafein merangsang produksi adrenalin yang memicu respons semangat. Adrenalin yang dihasilkan berlebihan dapat memunculkan berbagai gejala seperti rasa gugup, insomnia, sakit kepala, muka memerah, detak jantung cepat, dan berkeringat deras.

Apa saja faktor yang meningkatkan risiko kondisi ini?

Faktor risiko intoleransi kafein sangat ditentukan oleh aktivitas enzim CYP1A2 yang diproduksi oleh organ hati.

Jika enzim tersebut bisa bekerja aktif untuk memecah kafein, tubuh Anda dapat menoleransi efek kafein dengan baik. Sebaliknya, jika enzim tersebut tidak bekerja optimal, Anda akan semakin sensitif terhadap efek kafein.

Di bawah ini faktor-faktor yang memengaruhi aktivitas CYP1A2.

1. Usia

Semakin usia menua, semakin sensitif kita terhadap efek kafein karena jumlah dan aktivitas CYP1A2 cenderung menurun.

2. Jenis kelamin

Berdasarkan studi dari University of Barcelona, efek kafein dapat langsung muncul setelah 10 menit dikonsumsi. Namun, pria rata-rata merasakan dampak kafein yang lebih kuat dibandingkan wanita.

3. Sedang menggunakan KB oral

Pil KB yang mengandung estrogen dapat menghambat aktivitas enzim CYP1A2 dan membuat tubuh jadi semakin sensitif terhadap kafein.

4. Kehamilan

Perubahan hormon saat hamil dapat meningkatkan sensitivitas tubuh perempuan terhadap kafein. Umumnya wanita hamil yang punya intoleransi kafein tidak harus membatasi atau menghindari kafein.

Namun, efek buruk pada janin yang disebabkan oleh asupan kafein ibu belum diteliti secara pasti.

5. Efek samping obat tertentu

Obat yang digunakan untuk mengobati masalah pernapasan atau yang mengandung echinacea dapat meningkatkan efek kafein dalam tubuh. 

6. Masalah psikologis

Anda yang sedang stres berat atau mengidap gangguan kecemasan rentan mengalami pemburukan kondisi jika mengonsumsi kafein.

Menurut Anxiety Depression Association of America, kafein dapat meningkatkan risiko kekambuhan serangan panik, insomnia, dan gejala kecemasan yang intensitanya juga lebih parah.

7. Genetik

Mutasi genetik tertentu mungkin memengaruhi fungsi hati untuk memproduksi enzim CYP1A2 dan melakukan proses metabolisme kafein. Orang dengan mutasi genetik ini menghasilkan lebih sedikit enzim CYP1A2.

8. Jarang mengonsumsi kafein

Apabila selama ini Anda tidak pernah atau sangat jarang mengonsumsi kafein lantas kemudian memulainya dengan teratur, Anda cenderung merasakan efek samping negatif yang lebih kuat daripada yang sudah terbiasa.

Belum diketahui pasti kenapa beberapa tubuh orang memang “dirancang’ kebal terhadap efek kafein dalam dosis tinggi dan rutin.

Namun, penelitian yang ada menunjukkan bahwa konsumsi kafein yang konsisten menyebabkan penurunan produksi norepinefrin atau hormon peningkat suasana hati.

Maka saat Anda tidak mengonsumsi kafein, tubuh Anda mendambakan zat yang mengisi kekosongan tersebut sehingga tubuh jadi toleran terhadap kafein. 

Komplikasi intoleransi kafein

Orang yang sangat sensitif atau mengalami intoleransi kafein harus sangat mengurangi asupan kafein. Apabila memungkinkan, bahkan harus menghindarinya. 

Belum diketahui komplikasi dari intoleransi kafein. Namun, mengonsumsi kafein diketahui dapat menyebabkan tekanan darah meningkat sementara meski Anda tidak punya risiko atau riwayat penyakit hipertensi.

Tidak jelas juga apa yang menyebabkan lonjakan tekanan darah ini. Beberapa peneliti percaya bahwa kafein memblokir hormon yang menjaga pembuluh darah Anda melebar. 

Dugaan lainnya mengatakan bahwa kafein menyebabkan tubuh melepaskan lebih banyak hormon adrenalin, yang menyebabkan tekanan darah Anda meningkat.

Diagnosis dan pengobatan

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis intoleransi kafein?

Apabila ragu apakah Anda memiliki intoleransi atau tidak, Anda bisa mencatat sumber kafein apa saja yang biasa anda konsumsi sehari-hari serta berapa banyak porsinya dan perhatikan apa ada gejala yang muncul.

Jika setelahnya Anda mengalami reaksi negatif, ini mungkin menandakan intoleransi kafein. Namun, sebaiknya pastikan lagi dengan berkonsultasi ke dokter.

Tujuannya juga untuk memastikan gejala yang Anda rasakan benar karena intoleransi dan bukan karena alergi kafein. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, intoleransi dan alergi kafein merupakan dua kondisi berbeda.

Pemeriksaan medis juga diperlukan untuk memastikan bahwa gejala yang Anda alami bukan diakibatkan alergi makanan lain, yang mungkin Anda konsumsi bersamaan dengan kafein. 

Dokter selanjutnya mungkin merekomendasikan pengujian genetik untuk menentukan apakah Anda memiliki mutasi gen yang memengaruhi metabolisme kafein.

Apa saja pilihan pengobatan untuk mengatasi intoleransi laktosa?

Cara paling utama untuk mengatasi atau mengobati intoleransi kafein yakni dengan menghindari sumber pemicunya. Kurangi porsi dan frekuensi segala asupan kafein dari makanan dan minuman sedikit demi sedikit.

Selain itu, Anda perlu lebih cermat membaca label informasi nilai gizi serta informasi komposisi makanan atau minuman yang tertera dalam kemasannya.

Pada umumnya, Anda tidak disarankan mengonsumsi lebih dari 600 miligram kafein dalam satu hari, terlepas dari apakah Anda punya intoleransi atau tidak.

Perawatan di rumah

Di bawah ini beberapa hal yang dapat Anda lakukan di rumah untuk menghindari godaan mengonsumsi kafein.

  1. Ganti rutinitas minum teh atau kopi pada pagi hari dengan air putih biasa.
  2. Jika Anda ingin minum kopi, pelan-pelan ganti dengan kopi decaf yang kandungan kafeinnya lebih rendah.
  3. Bila terbiasa minum teh, coba ganti dengan teh herbal, sari cuka apel yang dicampur air hangat, atau secangkir air panas dengan lemon.
  4. Segera minum air putih setiap kali ngidam kopi atau teh muncul.
  5. Jika Anda terbiasa minum minuman bersoda berperisa (memiliki rasa) atau minuman energi, coba ganti dengan air berkarbonasi tawar. Air soda tawar dapat membantu Anda terhidrasi dengan baik tanpa kelebihan gula.
  6. Langsung bangkit dari kursi dan gerakkan badan ketika mulai mengantuk, suntuk, dan merasa ingin menyegarkan badan dengan minum minuman berkafein. Aktivitas fisik yang ringan dapat meningkatkan mood serta melancarkan aliran darah dan oksigen ke seluruh tubuh, sehingga Anda lebih bersemangat.
  7. Ketika rasa kantuk tidak bisa dihindari, tidak apa untuk istirahat dan curi waktu untuk tidur sebentar daripada memaksakan mengonsumsi kafein.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 07/09/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan