backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Infeksi Kandung Kemih

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 26/11/2020

Infeksi Kandung Kemih

Definisi

Apa itu infeksi kandung kemih?

Infeksi kandung kemih merupakan penyakit akibat serangan bakteri pada organ yang menampung urine (air kencing). Salah satu penyakit kandung kemih ini adalah bagian dari infeksi saluran kemih (ISK) karena saluran kemih mencakup ginjal, kandung kemih, ureter, dan uretra.

Infeksi kandung kemih adalah jenis penyakit kandung kemih yang paling sering terjadi. Sebagian besar infeksi bersifat akut, artinya terjadi secara tiba-tiba. Namun, ada pula infeksi bersifat kronis yang telah berlangsung lama sehingga lebih susah diobati.

Apabila dibiarkan begitu saja, infeksi dapat berujung menjadi interstitial cystitis. Disebut juga sebagai sistitis, komplikasi ini mengakibatkan peradangan, pembengkakan, dan iritasi parah pada kandung kemih.

Infeksi juga dapat menyebar ke area lain seperti ginjal, ureter (saluran keluarnya urine menuju kandung kemih), atau uretra (saluran keluarnya urine ke luar tubuh). Deteksi sedini mungkin sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi.

Gejala

Apa saja gejala infeksi kandung kemih?

Infeksi mengakibatkan peradangan, pembengkakan, serta iritasi pada kandung kemih dan uretra. Perubahan tersebut turut berdampak pada kondisi urine dan menimbulkan sederet gejala yang mudah dikenali.

Gejala infeksi mungkin berbeda-beda tergantung tingkat keparahannya. Anda bisa jadi mengalami satu atau lebih gejala berikut:

  • Lebih sering buang air kecil, tapi urine yang keluar lebih sedikit dari biasanya.
  • Rasa nyeri atau panas saat buang air kecil.
  • Mendadak ingin buang air kecil.
  • Sering ingin kencing pada malam hari (nokturia).
  • Air kencing tampak keruh, berbau tidak sedap, atau berbau menyengat.
  • Rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut.

Kapan Anda perlu ke dokter?

Gejala infeksi ringan umumnya akan membaik dengan sendirinya. Anda bahkan tidak harus mengonsumsi obat apa pun. Cukup minum lebih banyak air putih untuk membilas bakteri keluar dari kandung kemih.

Akan tetapi, jangan abaikan gejala infeksi bila Anda juga mengalami kondisi:

Gejala-gejala tersebut menandakan bahwa infeksi sudah menyebar ke saluran kemih atas atau ginjal. Berbeda dengan sakit punggung pada umumnya, rasa nyeri tidak akan hilang walaupun Anda sudah beristirahat ataupun berganti posisi duduk.

Infeksi ginjal (pielonefritis) merupakan kondisi yang lebih serius dibandingkan infeksi kandung kemih. Penyakit ini dapat menimbulkan nyeri hebat dan komplikasi yang lebih berbahaya. Segera konsultasikan dengan dokter bila Anda mengalami tanda-tanda tersebut.

Anda sebaiknya juga memeriksakan diri jika sering mengalami penyakit ini atau sebelumnya pernah menderita ISK. Infeksi berulang atau kronis umumnya lebih sulit diobati sehingga Anda perlu menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Diagnosis

Bagaimana cara mendiagnosis infeksi kandung kemih?

Dokter biasanya mendiagnosis infeksi kandung kemih dengan melihat gejala yang Anda alami. Dokter juga perlu menanyakan apakah Anda mengalami demam, menggigil, mual dan muntah, atau gejala lain yang menandakan infeksi yang lebih parah.

Jika ini adalah kali pertama Anda terkena infeksi kandung kemih, diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan sampel urine. Pemeriksaan bertujuan untuk melihat apakah ada sel darah putih, sel darah merah, atau bakteri dalam urine yang menjadi tanda infeksi.

Bila dinilai perlu, dokter juga akan melakukan tes kultur urine untuk mengetahui jenis bakteri yang menyebabkan infeksi. Pemeriksaan ini umumnya disarankan bagi orang dengan kondisi sebagai berikut.

  • Berulang kali mengalami infeksi kandung kemih.
  • Mengalami infeksi yang tidak membaik walaupun sudah meminum antibiotik.
  • Mengalami kondisi lain yang bukan gejala infeksi.
  • Tidak membaik dalam 24-48 jam setelah meminum antibiotik.
  • Sedang hamil.

Begitu jenis bakteri sudah diketahui, pemeriksaan dilanjutkan dengan tes sensitivitas antibiotik untuk melihat jenis antibiotik apa yang paling ampuh membunuh bakteri tersebut. Tes ini penting karena ada beberapa jenis bakteri yang kebal terhadap antibiotik umum.

Penyebab

Penyebab utama infeksi kandung kemih adalah serangan bakteri E. coli pada kandung kemih. Bakteri E. coli hidup di kulit, usus besar, serta rektum yang merupakan tempat penampungan sementara feses sebelum dikeluarkan.

Bakteri E. coli sebenarnya bermanfaat bagi sistem pencernaan dan tidak menimbulkan masalah kesehatan apa pun. Masalah baru muncul bila bakteri ini berpindah dari usus menuju sistem perkemihan dan menyebabkan infeksi.

Meskipun bakteri penyebabnya sama, jalur masuknya bakteri menuju kandung kemih perlu dibedakan sebagai berikut.

1. Infeksi sederhana

Infeksi sederhana terjadi saat bakteri masuk ke dalam kandung kemih. Kondisi ini lebih umum dialami oleh wanita daripada pria. Ini disebabkan karena ujung saluran kencing wanita lebih dekat dengan rektum dan ukurannya lebih pendek.

Hal ini memudahkan bakteri untuk berpindah dari rektum ke vagina. Setelah itu, bakteri kemudian bergerak menuju uretra. Dari sini, bakteri hanya perlu bergerak sejauh empat sentimeter menuju kandung kemih dan menyebabkan gangguan di dalamnya.

Proses masuknya bakteri bisa lebih mudah bila Anda berhubungan intim dan tidak membersihkan vagina setelahnya. Bakteri juga dapat masuk jika Anda membersihkan vagina dari arah belakang ke depan, bukan sebaliknya.

2. Infeksi rumit

Infeksi rumit dialami oleh orang dengan sistem perkemihan yang tidak normal sehingga lebih sulit ditangani. Infeksi juga tergolong rumit bila terjadi pada pria, sebab uretra pria yang lebih panjang seharusnya dapat mencegah masuknya bakteri.

Biasanya, infeksi kandung kemih pria disebabkan karena aliran urine terhambat atau urine terjebak dalam kandung kemih. Aliran urine dapat terhambat akibat penyakit BPH (pembesaran prostat jinak). Kelenjar ini menekan saluran kemih sehingga urine tidak keluar seluruhnya.

Sementara itu, terjebaknya urine kemungkinan disebabkan oleh kerusakan saraf pada kandung kemih. Saraf dapat rusak akibat cedera otak atau tulang belakang, operasi panggul, atau penyakit seperti diabetes, penyakit Parkinson, dan multiple sclerosis.

Risiko infeksi juga meningkat pada pasien yang menggunakan kateter urine. Kateter merupakan tabung kecil yang dimasukkan ke uretra untuk mengeluarkan urine. Bakteri bisa saja memasuki kateter, lalu bergerak menuju kandung kemih.

Faktor-faktor risiko

Siapa yang berisiko terkena infeksi kandung kemih?

Siapa pun dapat mengalami infeksi kandung kemih. Akan tetapi, risikonya lebih tinggi pada orang-orang dengan kondisi berikut:

  • Berkelamin wanita. Uretra wanita lebih pendek dan vagina lebih dekat dengan anus sehingga bakteri bisa lebih mudah menginfeksi.
  • Aktif berhubungan seksual. Hubungan seksual dapat mendorong bakteri masuk ke dalam uretra.
  • Memakai alat kontrasepsi tertentu. Infeksi lebih banyak dialami pengguna KB diafragma, terutama yang mengandung zat pembunuh sperma.
  • Hamil. Janin dapat menekan kandung kemih sehingga air kencing tidak keluar hingga tuntas. Perubahan hormon juga meningkatkan risikonya.
  • Menopause. Penurunan hormon estrogen menyebabkan lapisan uretra menipis sehingga lebih rentan terinfeksi.
  • Penyakit pada kelenjar prostat. Misalnya pembesaran atau infeksi prostat (prostatitis) yang menyebabkan saluran kemih tertekan.
  • Memakai kateter urine. Lansia atau pasien yang memakai kateter lebih rentan mengalami infeksi kandung kemih.

Faktor tertentu seperti kehamilan atau menopause memang tidak bisa dihindari. Meski demikian, Anda dapat mengurangi risikonya dengan menjaga kebersihan organ intim sehingga pertumbuhan bakteri tetap terkendali.

Obat dan Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Bagaimana cara mengobati infeksi kandung kemih?

Infeksi sederhana pada kandung kemih diatasi dengan beberapa macam obat. Obat-obatan terdiri dari antibiotik untuk membunuh bakteri, obat pereda nyeri, serta obat untuk meredakan radang dan rasa terbakar saat buang air kecil.

Jika diagnosis belum pasti, dokter bisa saja tidak memberikan antibiotik. Anda mungkin perlu menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui jenis bakteri penginfeksi dan antibiotik yang cocok dengannya.

Antibiotik yang digunakan biasanya sama dengan obat untuk infeksi saluran kemih, yakni:

  • trimethoprim/sulfamethoxazole,
  • fosfomycin,
  • nitrofurantoin,
  • cephalexin, dan
  • ceftriaxone.

Durasi pengobatan bervariasi pada tiap orang. Hal ini ditentukan dari seberapa parah infeksi dan apakah infeksi membaik setelah minum obat. Pengobatan juga bisa berbeda bila sebelumnya Anda pernah terkena ISK atau ada kelainan pada sistem perkemihan Anda.

Pengobatan pada pasien pria mungkin lebih lama daripada wanita. Pasalnya, bakteri dapat bergerak menuju kelenjar prostat yang berada dekat saluran kencing. Bakteri bisa saja bersembunyi dalam jaringan prostat sehingga lebih sulit dijangkau obat.

Sementara itu, pasien dengan gejala infeksi ginjal biasanya harus dirawat di rumah sakit. Lamanya perawatan tergantung dari kondisi ginjal dan seberapa parah infeksi yang terjadi.

Pengobatan untuk infeksi berulang

Apabila Anda berulang kali mengalami infeksi kandung kemih, pengobatannya sedikit berbeda dengan infeksi biasa. Dokter perlu melihat penyebabnya terlebih dulu sebelum memberikan obat yang sesuai.

Jenis obat yang direkomendasikan antara lain sebagai berikut.

  • Antibiotik dosis rendah selama enam bulan atau lebih.
  • Satu dosis antibiotik setiap selesai berhubungan intim bila infeksi disebabkan oleh kegiatan seksual.
  • Perawatan di rumah bila tidak ada komplikasi.
  • Terapi estrogen vagina untuk wanita menopause.

Perawatan di rumah dilakukan dengan minum banyak air untuk mengeluarkan bakteri dari kandung kemih. Anda juga perlu menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi kandung kemih, seperti kopi, soda, serta makanan pedas dan asam.

Pencegahan

Bagaimana cara mencegah infeksi kandung kemih?

Anda dapat mencegah infeksi kandung kemih dengan menerapkan langkah-langkah sebagai berikut.

  • Minum lebih banyak cairan, terutama air putih. Air membantu membilas bakteri keluar dari kandung kemih sehingga tidak terjadi infeksi.
  • Tidak memakai pembersih vagina yang mengandung parfum. Hindari semprotan, sabun, deodoran, douche, ataupun produk sejenisnya.
  • Tidak menahan buang air kecil. Jangan lupa buang air kecil hingga tuntas agar tidak ada urine yang tersisa dalam kandung kemih.
  • Membersihkan vagina dari depan ke belakang. Hal ini bertujuan agar bakteri dari anus tidak berpindah ke saluran kemih.
  • Buang air kecil setelah berhubungan seks. Dengan begitu, bakteri dalam saluran kencing akan keluar dari tubuh.
  • Menggunakan metode kontrasepsi selain diafragma.
  • Mengenakan celana dalam yang longgar. Pilihlah bahan celana dalam yang tidak menyebabkan panas dan lembap.
  • Saat berhubungan seks, tidak menggunakan kondom yang mengandung spermisida.

Beberapa studi terdahulu menunjukkan bahwa jus, ekstrak, dan pil dari buah cranberry berpotensi mencegah infeksi kandung kemih. Namun, studi tentang manfaat cranberry sangat bervariasi dan temuan ini masih perlu dikaji lebih lanjut.

Para ahli pun tidak sepenuhnya yakin bahwa pola makan punya peran besar dalam mencegah infeksi kandung kemih. Produk buah cranberry mungkin dapat mengurangi risiko infeksi, tapi cranberry tidak dapat mengobati penyakit ini.

Infeksi kandung kemih merupakan salah satu penyakit sistem perkemihan yang paling umum. Meski demikian, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi berbahaya bila tidak ditangani dengan baik.

Kenali dan waspadai tanda-tandanya. Jika gejala tidak juga membaik setelah beberapa hari, segera periksa ke dokter untuk mendapatkan pengobatan. Guna mencegah infeksi di kemudian hari, pastikan Anda minum cukup air dan membersihkan organ intim dengan cara yang tepat.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 26/11/2020

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan