backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Gangguan Kepribadian Paranoid

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 02/11/2023

Gangguan Kepribadian Paranoid

Saat menghadapi bahaya, manusia secara alamiah akan merasa takut dan mengeluarkan respons fight-or-flight. Namun, pada pengidap gangguan kepribadian paranoid, respons tersebut akan terus muncul meskipun mereka tidak sedang berada di dalam situasi yang mengancam.

Apa itu gangguan kepribadian paranoid?

Gangguan kepribadian paranoid atau paranoid personality disorder adalah salah satu jenis gangguan kepribadian yang bisa memengaruhi pola pikir dan perilaku pengidapnya.

Pengidap gangguan mental yang juga disebut paranoia atau paranoid ini akan mengalami kesulitan dalam memahami suatu situasi dan menjalani hubungan dengan orang lain.

Mereka terus-menerus merasa curiga dan memiliki rasa tidak percaya yang berlebihan terhadap orang lain.

Gangguan kepribadian paranoid bisa bersifat ringan hingga sangat parah. Ini tergantung pada seberapa jauh Anda memercayai pikiran negatif tersebut dan seberapa sering Anda memikirkannya.

Apabila Anda biarkan berlarut-larut, gangguan kepribadian ini bisa berkembang menjadi delusi, yaitu ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dan imajinasi.

Dalam kondisi ini, tidak ada seorang pun yang bisa meyakinkan pengidapnya bahwa apa yang mereka pikirkan atau rasakan tidaklah benar.

Pengidap gangguan delusional mungkin saja bisa menjalani kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, kehidupan mereka mungkin sangat terbatas dan terisolasi.

Seberapa umum kondisi ini?

Sebuah studi dalam American Journal of Psychiatry Residents’ Journal (2016) menyebut bahwa 2,4–4,41% orang pada populasi umum mengidap gangguan kepribadian paranoid. Kondisi ini lebih banyak ditemukan pada pria dan dapat terjadi pada kelompok usia berapa pun.

Tanda dan gejala gangguan kepribadian paranoid

gejala paranoid

Kebanyakan pengidap paranoia selalu merasa curiga. Selain itu, mereka sering menunjukkan sikap keras kepala dan tidak percaya dengan orang lain.

Terkadang, perilaku ini diikuti dengan sikap sarkastik dan bisa memancing emosi lawan bicara.

Orang dengan paranoia mungkin memiliki gangguan kesehatan jiwa lain, termasuk depresi dan gangguan kecemasan, yang dapat mengubah suasana hati mereka.

Perubahan suasana hati inilah yang pada akhirnya membuat pengidap paranoid makin merasa asing dan takut dengan lingkungan sekelilingnya.

Selain itu, beberapa gejala paranoid yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut.

  • Memiliki kekhawatiran bahwa orang lain memiliki motif tersembunyi.
  • Meyakini bahwa mereka akan dieksploitasi atau dimanfaatkan oleh orang lain.
  • Meragukan komitmen, kesetiaan, atau kepercayaan orang lain, dan yakin bahwa orang lain hanya berniat untuk menipu mereka.
  • Tidak mampu memaafkan dan menyimpan dendam.
  • Hipersensitif dan tidak bisa menerima kritikan.
  • Tidak bisa bekerja sama dengan orang lain.
  • Meyakini ada makna tersembunyi dari pernyataan sederhana atau pandangan biasa dari orang lain.
  • Selalu curiga tanpa alasan bahwa pasangan mereka tidak setia.
  • Kerap terisolasi dari lingkungan sosial.
  • Bersikap dingin, tetapi suka mengatur dan pencemburu terhadap pasangan.
  • Tidak bersahabat, keras kepala, dan suka berargumen.

Kemungkinan ada tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Apabila Anda mempunyai kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Penyebab gangguan kepribadian paranoid

Penyebab gangguan kepribadian paranoid masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, kondisi ini diyakini berasal dari kombinasi faktor biologis, lingkungan, dan riwayat keluarga.

1. Faktor biologis

Gangguan mental ini sebenarnya masih menjadi perdebatan karena tidak ada gen atau DNA tertentu yang dapat menyebabkan paranoia.

Kendati demikian, para ahli meyakini bahwa beberapa orang terlahir dengan kondisi neurokimia tertentu sehingga mereka lebih rentan mengalaminya.

Beberapa kondisi tersebut seperti kadar dopamin dan glutamat yang tidak wajar atau masalah tertentu pada jaringan otak pengidapnya.

2. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan juga punya pengaruh yang cukup rumit. Seseorang dengan kondisi biologis tertentu cenderung lebih rentan terpengaruh oleh faktor lingkungan.

Beberapa kondisi eksternal yang berperan dalam kemunculan gangguan kepribadian paranoid antara lain:

  • malnutrisi sejak dalam kandungan,
  • infeksi yang diturunkan dari ibu selama kehamilan,
  • kehilangan orang terdekat, seperti orangtua atau pasangan,
  • hidup dalam kemiskinan pada masa kanak-kanak,
  • mengalami kekerasan fisik, emosional, atau seksual,
  • pengabaian atau penelantaran emosional,
  • trauma psikologis, dan
  • konsumsi obat-obatan terlarang, seperti ganja, amfetamin, atau halusinogen.

3. Faktor riwayat keluarga

Gangguan kepribadian paranoid berpotensi diturunkan bila ada anggota keluarga yang memiliki penyakit mental, seperti skizofrenia dan gangguan kecemasan.

Jika terdapat anggota keluarga Anda yang mengidap gangguan mental tersebut, risiko Anda untuk mengalami paranoia akan lebih tinggi.

Perlu diingat bahwa dengan memiliki satu atau beberapa faktor risiko di atas, bukan berarti Anda pasti akan mengalami gangguan kesehatan ini.

Pada beberapa kasus, tidak menutup kemungkinan seseorang bisa mengidap masalah tertentu tanpa adanya satu pun faktor risiko.

Diagnosis gangguan kepribadian paranoid

Pada kunjungan yang pertama, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan memberikan beberapa pertanyaan mendalam untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain dengan gejala yang sama.

Apabila tidak ditemui masalah fisik, dokter akan merujuk Anda ke psikolog atau psikiater untuk menegakkan diagnosis gangguan kepribadian ini.

Ahli kesehatan mental akan menetapkan diagnosis berdasarkan kriteria dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5).

Diagnosis gangguan kepribadian paranoid dapat ditegakkan bila seseorang merasa curiga dan tidak percaya pada orang lain serta mengalami empat atau lebih gejala berikut ini.

  • Mencurigai tanpa dasar yang jelas bahwa orang lain memiliki niat jahat terhadap dirinya.
  • Memiliki keyakinan bahwa teman, rekan kerja, atau orang lain di sekitarnya tidak dapat dipercaya.
  • Menjaga rahasia dan enggan berbagi informasi karena takut bahwa informasi tersebut dapat digunakan untuk merugikan dirinya.
  • Membaca makna tersembunyi dari lingkungan maupun orang lain yang merendahkan atau mengancam dirinya.
  • Terus-menerus membawa dendam bila merasa terluka atau tersakiti.
  • Mengungkapkan kemarahan dengan cepat ketika merasa bahwa dirinya direndahkan atau diserang oleh orang lain.
  • Memiliki kecurigaan yang berulang kali dan tanpa alasan terhadap pasangan.

Psikolog atau psikiater juga akan melakukan pemeriksaan yang lebih menyeluruh, mulai dari kehidupan seputar masa kanak-kanak, sekolah, pekerjaan, hingga hubungan dengan orang lain.

Mereka juga akan menanyakan cara Anda merespons terhadap situasi tertentu. Hal ini akan membantu ahli kesehatan mental dalam menyusun rencana pengobatan.

Pengobatan gangguan kepribadian paranoid

Konsultasi psikologis

Meski paranoid bisa disembuhkan, pengobatannya bisa cukup sulit. Hal ini karena pasien kerap kali merasa curiga berlebihan terhadap orang lain, termasuk pada tenaga medis.

Oleh sebab itu, dokter, psikiater, maupun psikolog akan membantu pasien agar lebih terbuka dan menerima pengobatan yang diberikan terlebih dahulu.

Pengobatan untuk gangguan kepribadian paranoid melibatkan terapi psikologi dan pemberian obat-obatan seperti berikut ini.

1. Terapi psikologi

Terapi psikologi atau psikoterapi membantu Anda dalam memahami berbagai pengalaman yang pernah terjadi serta bagaimana cara menghadapinya.

Biasanya, terapi yang diberikan adalah terapi perilaku kognitif (CBT). Selama CBT, dokter dan ahli kesehatan mental akan mencari tahu pola pikir, kepercayaan, dan pemahaman Anda.

Kemudian, mereka akan mengarahkan Anda untuk memahami pola pikir yang baru, yaitu bahwa tindakan orang lain tidak selalu merugikan atau menjadi ancaman.

Selain CBT, dokter akan menyarankan Anda melakukan terapi lain, seperti terapi psikodinamik, art therapies, konseling, dan terapi sistemik bersama anggota keluarga.

2. Obat-obatan

Obat anticemas, antidepresan, atau antipsikotik dapat diresepkan bila gejala paranoid cukup parah atau Anda mengidap masalah mental lain, seperti kecemasan atau depresi.

Orang dengan gangguan mental yang menolak pengobatan mungkin akan menjalani kehidupan yang kurang fungsional, seperti sulit mempertahankan pekerjaan dan hubungannya.

Itu sebabnya, pengidap gangguan kepribadian paranoid perlu terus memperoleh perhatian dan dukungan dari orang di sekitarnya selama menjalani pengobatan.

Perawatan di rumah untuk gangguan kepribadian paranoid

Paranoia cenderung sulit untuk diatasi, sebab gangguan mental ini dapat meningkatkan sifat lekas marah, kemungkinan tindak kekerasan, dan pertahanan emosional diri.

Kemajuan pengobatan juga cukup lambat meski ada potensi bagi pengidapnya untuk pulih kembali.

Selain dengan menjalani terapi dan minum obat sesuai resep, beberapa perubahan gaya hidup berikut ini mungkin dapat membantu Anda mengatasi gangguan mental ini.

  • Menjaga hubungan sosial, terutama dengan orangtua dan pasangan.
  • Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
  • Rutin berolahraga untuk membantu mengurangi kecemasan.
  • Mengelola stres dengan baik, misalnya melalui meditasi, kegiatan yang disukai, dan lain-lain.

Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar gangguan mental ini, konsultasikanlah dengan dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat bagi Anda.

Kesimpulan

  • Gangguan kepribadian paranoid adalah gangguan mental yang ditandai dengan rasa curiga atau ketidakpercayaan yang berlebihan terhadap orang lain.
  • Penyebab dari kondisi yang memengaruhi pola pikir dan perilaku ini melibatkan faktor biologis, lingkungan, dan riwayat keluarga.
  • Pengidap paranoid perlu melakukan terapi psikologi, minum obat, dan menjalani pola hidup sehat agar bisa mengatasi gangguan ini.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 02/11/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan