backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Fisura Ani

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 20/07/2023

Fisura Ani

Cedera dapat terjadi di mana saja, termasuk di anus. Kondisi cedera pada anus disebut dengan fisura ani. Penyebab utamanya yaitu karena sembelit atau diare. Cari tahu gejala dan pengobatannya lebih jauh.

Apa itu fisura ani?

Fisura ani adalah robekan atau luka kecil yang terdapat di jaringan mukosa pada anus. Mukosa adalah jaringan tipis dan lembap yang melapisi anus.

Kondisi ini umumnya terjadi ketika feses yang dikeluarkan cukup keras dan besar. 

Fisura anus biasanya menyebabkan rasa sakit dan pendarahan, selama dan setelah buang air besar. Otot di ujung anus juga akan terasa menegang dan keras. 

Munculnya robekan atau luka pada ujung anus umumnya tidak akan menyebabkan kondisi yang serius.

Pada kebanyakan kasus, luka di anus akan hilang dengan sendirinya dalam 4 – 6 minggu. Namun, buang air besar terkadang dapat menghambat pemulihan anus robek.

Jenis penyakit fisura ani

Penyakit ini dapat digolongkan menjadi akut dan kronis. Kondisi akut bisa sembuh sendiri, tapi fisura kronis bisa memerlukan pengobatan atau bahkan operasi. 

  • Fisura ani akut: berlangsung kurang dari 6 minggu dan Anda belum pernah mengalaminya. Robekan terlihat seperti luka baru.
  • Fisura ani kronis: terjadi selama lebih dari 6 minggu atau sering muncul lagi setelah sembuh. disertai dua benjolan terpisah pada kulit, yaitu sentinel pile (benjolan anus bagian dalam) dan hypertrophied papillae (benjolan anus luar).

Seberapa umum penyakit ini?

Penyakit fisura ani adalah kondisi yang cukup umum terjadi.

Meskipun kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapa saja, angka kejadiannya lebih besar pada orang dewasa berusia 20 hingga 40 tahun. Banyak pula bayi yang menderita kondisi ini.

Tanda dan gejala fisura ani

berdarah saat seks anal

Tanda-tanda dan gejala fisura ani dapat bervariasi antara satu penderita dengan yang lain.

Namun, terdapat tanda-tanda yang paling umum ditemukan pada banyak kasus fisura.

  • Anus berdarah atau menimbulkan sedikit bercak darah.
  • Darah merah segar dari fisura terpisah dari feses.
  • Nyeri ringan hingga parah selama buang air besar.
  • Anus nyeri setelah buang air besaryang dapat berlangsung hingga beberapa jam.
  • Gatal atau iritasi di sekitar anus.
  • Terlihat retak pada kulit di sekitar anus.
  • Benjolan kecil atau skin tag pada kulit di sekitar fisura ani.

Kapan harus periksa ke dokter?

Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Namun, tubuh masing-masing penderita bisa menunjukkan tanda dan gejala yang sangat bervariasi.

Untuk mendapatkan penanganan yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi kesehatan Anda, selalu periksakan ke klinik apa pun gejala yang Anda alami.

Penyebab fisura ani

Fisura ani adalah kondisi yang dapat disebabkan oleh trauma pada anus dan saluran pencernaan.

Trauma tersebut dapat terjadi akibat mengejan terlalu keras saat sedang buang air besar. Fisura dapat diperparah apabila tinja yang dikeluarkan dari anus berukuran besar dan bertekstur keras.

Selain mengejan terlalu keras, trauma pada anus dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi berikut.

1. Konstipasi kronis

Konstipasi membuat Anda kesulitan buang air besar dan mengejan lebih keras dari biasanya, sehingga luka berpotensi muncul pada ujung anus.

2. Diare berkepanjangan

Menurut Journal Thieme Colon and Rectal Surgery, sering mengalami diare membuat Anda harus beberapa kali buang air besar dan mengejan, sehingga anus dapat terluka.

3. Melakukan seks anal

Penetrasi penis ke dalam anus juga berpotensi menyebabkan trauma pada dinding dan kanal anus.

4. Memasukkan benda asing ke dalam anus

Anus berpotensi mengalami luka atau robek apabila dimasukkan benda asing.

5. Melahirkan

Persalinan atau melahirkan bayi dapat menyebabkan trauma pada kanal anal, sehingga luka dapat muncul di anus.

Penyebab lain fisura ani

Selain penyebab di atas, ada kondisi lain yang sering dikaitkan dengan kemunculan fisura ani, seperti:
  • penyakit Crohn atau penyakit radang pencernaan lainnya,
  • inflamasi pada area anorektal,
  • kanker anal,
  • menurunnya aliran darah ke area anorektal,
  • HIV, 
  • tuberkulosis (TBC), dan
  • sifilis.

Faktor risiko fisura ani

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.

  • Usia: kondisi ini paling banyak ditemukan pada orang dewasa yang berusia di antara 20 – 40 tahun. Selain itu, angka kejadian pada bayi juga tergolong tinggi.
  • Konstipasi: mengejan terlalu berat dan mengeluarkan feses atau tinja yang bertekstur keras meningkatkan risiko munculnya luka di anus.
  • Persalinan: fisura juga lebih banyak terjadi pada wanita yang baru saja melahirkan.
  • Penyakit Crohn: penyakit radang saluran pencernaan mengakibatkan inflamasi kronis pada usus. Hal ini membuat luka pada dinding anus lebih mudah muncul.

Perlu Anda ketahui, memiliki satu atau beberapa faktor risiko bukan berarti Anda dipastikan akan mengalami kondisi tersebut.

Terdapat pula kemungkinan Anda dapat memiliki luka robek di anus meskipun Anda tidak memiliki satupun faktor risiko.

Komplikasi fisura ani

Meskipun umumnya fisura ani dapat sembuh dengan sendirinya tanpa penanganan khusus, terdapat pula beberapa kasus langka yang mengakibatkan terjadinya komplikasi.

1. Fisura kronis

Jika robekan tidak kunjung sembuh setelah 6 atau 8 minggu, kondisi tersebut dapat digolongkan sebagai kronis dan membutuhkan penanganan medis lebih lanjut.

2. Kemungkinan kambuh di lain waktu

Apabila Anda telah mengalami fisura satu kali, Anda lebih rentan mengalami kondisi ini di lain waktu.

3. Robekan menyebar ke otot anus

Fisura dapat menyebar ke dalam otot sfingter. Otot ini berfungsi untuk menutup bukaan anus Anda. Jika robekan menyebar hingga ke otot tersebut, robekan akan semakin sulit disembuhkan.

4. Kanker anus

Pada kasus yang sangat jarang terjadi, robekan yang tidak segera ditangani dapat memicu terjadinya kanker anus.

Diagnosis fisura ani

kolonoskopi

Saat pemeriksaan fisik, dokter akan menanyakan apa saja gejala-gejala yang Anda alami. Selain itu, dokter akan menanyakan riwayat penyakit yang pernah atau sedang Anda derita.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat langsung anus Anda. Dalam mendiagnosis fisura, dokter akan melakukan beberapa jenis tes seperti berikut ini. .

1. Anoskopi

Dalam tes anoskopi, dokter akan memasukkan tabung kecil yang dilengkapi dengan cahaya untuk melihat kanal anus Anda. Tabung kecil ini dapat membantu dokter melihat lebih jelas bagian anus Anda yang robek.

Selama pemeriksaan, dokter juga dapat mencari tahu apakah kondisi lain mempengaruhi robekan, seperti penyakit Crohn atau penyakit inflamasi usus lainnya.

2. Sigmoidoskopi fleksibel

Tes ini dapat dilakukan jika Anda berusia di bawah 50 dan tidak memiliki faktor risiko untuk penyakit usus atau kanker usus besar.

3. Kolonoskopi

Tes ini dapat dilakukan jika Anda berusia di atas 50 tahun atau memiliki faktor risiko untuk kanker usus besar, tanda-tanda dari kondisi lain atau gejala lain seperti sakit perut atau diare.

Pengobatan fisura ani

Namun, jika gejala tidak kunjung membaik, Anda akan memerlukan perawatan lebih lanjut, baik dalam bentuk nonbedah maupun bedah.

Berikut ini pilihan pengobatan fisura ani yang bisa Anda coba.

1. Pengobatan nonbedah

Dokter akan merekomendasikan beberapa jenis penanganan nonbedah. Berikut jenis dan penjelasannya. 

  • Nitrogliserin (Rectiv)

Obat topikal ini membantu meningkatkan aliran darah pada robekan anus, sehingga luka lebih cepat menutup dan otot anus lebih rileks.

Terapi ini dipilih jika terapi konservatif tidak berhasil. Salah satu efek samping yang mungkin terasa adalah sakit kepala.

  • Krim anestesi topikal

Dokter juga mungkin akan meresepkan krim untuk meringankan rasa sakit, seperti lidocaine hydrochloride (Xylocaine).

  • Suntikan botox

Suntikan botulinum toxin tipe A alias botoks berguna untuk menenangkan otot sfingter pada anus dan meringankan kejang anus.

  • Obat tekanan darah

Obat-obatan seperti nifedipine (Procardia) dan diltiazem (Cardizem) dapat membantu otot sfingter lebih rileks.

Obat-obatan ini dapat diminum atau digunakan jika nitrogliserin tidak efektif atau memberikan efek samping.

2. Operasi saluran pencernaan bawah

Apabila kondisi yang Anda derita telah tergolong kronis dan tidak membaik juga setelah menjalani pengobatan di atas, dokter akan merekomendasikan prosedur operasi untuk fisura ani.

Prosedur operasi ini disebut dengan lateral internal sphincteroctomy (LIS).

Dalam prosedur ini, dokter bedah akan memotong sedikit bagian otot sfingter anal Anda untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan.

3. Pengobatan secara alami

Fisura pada anus umumnya dapat menghilang dalam beberapa minggu apabila Anda mengubah pola makan.

Pola makan yang diperbaiki, seperti meningkatkan asupan serat dan cairan, dapat membantu melembutkan feses.

Asupan serat bisa diperoleh dari buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan dan gandum utuh. Sementara itu, minum banyak cairan dapat membantu mencegah konstipasi.

Perawatan rumahan fisura ani

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi fisura ani. 

  • Olahraga dengan rutin. Berolahraga membantu buang air besar dan meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh. Ini dapat mempercepat pemulihan fisura ani.
  • Hindari mengejan terlalu kuat saat buang air besar. Mengejan menyebabkan tekanan, yang dapat membuka robekan yang sedang dalam pemulihan atau menyebabkan robekan baru.
  • Berendam di air hangat selama 10 – 20 menit selama beberapa kali sehari, terutama setelah buang air besar. Hal ini dapat membantu mempercepat penyembuhan luka dan merilekskan otot sfingter anus.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 20/07/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan