backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Epilepsi (Ayan)

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 26/08/2022

Epilepsi (Ayan)

Definisi penyakit epilepsi

Apa itu penyakit epilepsi?

Definisi epilepsi atau dikenal juga dengan sebutan ayan adalah penyakit kronis yang memiliki ciri khas berupa kejang kambuhan yang seringnya muncul tanpa pencetus. Penyakit terjadi karena adanya gangguan sistem saraf pusat (neurologis) yang menyebabkan kejang atau terkadang hilang kesadaran.

Kejang berbeda dengan penyakit epilepsi. Kejang memang gejala utama dari penyakit epilepsi. Namun, tidak semua orang yang mengalami kejang menderita ayan.

Umumnya, seseorang tidak dianggap mengidap ayan jika ia tidak pernah mengalami dua kali kejang atau lebih dalam waktu 24 jam kejang tanpa alasan jelas. Namun pada pengidap epilepsi, kejang bisa terjadi lebih dari sekali alias berulang di waktu yang sama atau di waktu berbeda. 

Bahkan, pada beberapa kasus, epilepsi bisa menyebabkan kejang di saat tidur. Kemungkinan besar ini terjadi karena adanya perubahan fase tubuh dari bangun ke tidur yang memicu aktivitas tidak normal di otak.

Di samping itu, perbedaan kejang dengan epilepsi juga bisa dilihat dari penyebabnya. Kejang biasa terjadi akibat sel-sel saraf bekerja lebih cepat dan dengan kontrol yang kurang dari biasanya. Sementara penyakit epilepsi terjadi ketika ada gangguan pada otak.

Dilansir pada situs Cleveland Clinic, ada 2 klasifikasi utama dari penyakit epilepsi di antaranya adalah:

Epilepsi umum

Jenis ayan ini terjadi di kedua bagian otak yang meliputi epilepsi grand mal yang bisa menyebabkan seseorang hilang kesadaran, mioklonik yang menyebabkan tubuh menyentak singkat, dan klonik yang menimbulkan tubuh menyentak berulang.

Epilepsi parsial

Jenis ayan ini hanya terjadi pada bagian otak tertentu sehingga menimbulkan gejala yang mungkin memengaruhi masalah indera, tremor, kejang hanya pada jari atau kaki.

Seberapa umumkah penyakit ini?

Penyakit epilepsi adalah penyakit yang umum terjadi. Penyakit ini bisa menyerang segala usia, baik itu bayi maupun orang dewasa. Paling sering menyerang anak di bawah usia 2 tahun dan orang dewasa berusia di atas 65 tahun.

Apakah epilepsi bisa disembuhkan?

Epilepsi adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Itu artinya, seseorang akan memiliki penyakit ini seumur hidupnya. Akan tetapi, beberapa gejalanya dapat dikendalikan dengan beberapa perawatan dokter.

Tanda-tanda & gejala penyakit epilepsi

Penyakit ayan terjadi akibat aktivitas abnormal di otak yang dapat memengaruhi proses apa pun yang diatur oleh otak Anda. Dalam banyak kasus, gejala epilepsi berlangsung secara spontan dan singkat.

Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala penyakit ayan (epilepsi) yang umumnya terjadi, baik pada bayi, anak atau orang dewasa.

  • Kebingungan sementara.
  • Mata kosong (bengong) menatap satu titik terlalu lama.
  • Gerakan menyentak tak terkendali pada tangan dan kaki.
  • Hilang kesadaran sepenuhnya atau sementara.
  • Gejala psikis.
  • Kekakuan otot.
  • Gemetar (tremor) atau kejang, pada sebagian anggota tubuh (wajah, lengan, kaki) atau keseluruhan.
  • Kejang yang diikuti oleh tubuh menegang dan hilang kesadaran secara tiba-tiba, yang bisa menyebabkan orang tersebut tiba-tiba terjatuh.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Anda harus segera menghubungi dokter bila Anda mengalami gejala-gejala epilepsi berikut ini:

  • Kejang berlangsung lebih dari 5 menit.
  • Pernapasan atau kesadaran tidak kembali setelah kejang berhenti.
  • Kejang kedua berlangsung segera setelahnya.
  • Demam tinggi.
  • Kelelahan akibat panas.
  • Sedang hamil.
  • Memiliki diabetes.
  • Pernah mengalami cedera akibat kejang.

Penyebab penyakit epilepsi

Dalam banyak kasus,penyebab penyakit ayan tidak diketahui. Namun, berikut ini adalah beberapa faktor yang memengaruhi otak dan mungkin menjadi penyebab epilepsi, meliputi:

  • Pengaruh genetik. Beberapa jenis ayan, yang dikategorikan berdasarkan tipe kejang yang Anda alami atau bagian otak yang terpengaruh, terjadi dalam keluarga. 
  • Cedera pada kepala. Cedera kepala akibat kecelakaan mobil, terjatuh, ataupun cedera traumatik lainnya juga bisa jadi penyebab epilepsi.
  • Kondisi otak. Kondisi otak yang menyebabkan kerusakan pada otak, seperti tumor otak atau stroke, dapat menyebabkan ayan. Stroke adalah penyebab epilepsi yang paling sering terjadi pada orang dewasa yang berusia di atas 35 tahun.
  • Penyakit menular. Penyakit menular, seperti meningitis, HIV/AIDS dan ensefalitis virus, bisa jadi menyebabkan ayan. 
  • Cedera sebelum persalinan. Epilepsi pada anak biasanya dipicu karena berbagai gangguan selama kehamilan. Sebelum lahir, bayi sensitif terhadap kerusakan otak yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi pada ibu, nutrisi yang buruk atau kekurangan oksigen.
  • Gangguan perkembangan. Ayan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan gangguan perkembangan, seperti autisme dan neurofibromatosis.

Faktor-faktor risiko penyakit epilepsi

Meskipun penyebabnya tidak diketahui secara pasti, ilmuwan telah menemukan berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit ayan. Berikut ini adalah faktor risiko dari penyakit epilepsi:

  • Usia. Ada lebih banyak kasus epilepsi pada anak dan lansia daripada orang dewasa usia produktif. Meski begitu, kondisi ini juga dapat dialami oleh semua kalangan usia yang memang berisiko tinggi memiliki ayan.
  • Genetik. Bagi kebanyakan orang, gen dapat menjadi penyebab epilepsi. Jadi, jika Anda memiliki riwayat keluarga ayan, Anda berisiko lebih tinggi memiliki kondisi tersebut.
  • Cedera pada kepala. Cedera kepala akibat kecelakaan mobil, terjatuh, ataupun cedera traumatik lainnya ikut berperan menjadi penyebab epilepsi.
  • Stroke dan penyakit vaskular. Stroke dan penyakit vaskular (pembuluh darah) lainnya dapat menyebabkan kerusakan otak yang dapat memicu kondisi ini.
  • Demensia. Demensia dapat meningkatkan risiko ayan pada lansia.
  • Infeksi otak. Infeksi seperti meningitis, yang menyebabkan peradangan di otak atau sumsum tulang belakang, dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit ini.
  • Riwayat kejang di masa kecil. Demam tinggi bisa menjadi penyebab penyakit epilepsi pada anak. Meski tidak semua, tapi kondisi ini umumnya lebih rentan dialami anak yang memang memiliki gangguan sistem saraf dan riwayat keluarga dengan ayan.

Komplikasi penyakit epilepsi

Penyakit epilepsi dapat menimbulkan komplikasi, di antaranya adalah:

  • Terjatuh saat kejang dan menyebabkan cedera kepala atau patah tulang.
  • Kejang saat berenang bisa menyebabkan tenggelam.
  • Mengalami kecelakaan saat berkendara karena kejang terjadi dan Anda tidak bisa mengendalikan tubuh atau hilang kesadaran.
  • Penyakit ayan yang terjadi selama masa kehamilan dapat menimbulkan bahaya bagi janin dan sang ibu. Penggunan obat epilepsi juga dapat meningkatkan risiko bayi lahir cacat.
  • Mengalami kecemasan, depresi, dan melakukan percobaan bunuh diri.
  • Mengalami status epileptikus, yakni kejang yang berlangsung lebih dari 5 menit atau kejang berulang tanpa sadar yang bisa menyebabkan kerusakan otak dan kematian.
  • Kematian mendadak bisa terjadi pada beberapa penderita ayan dengan masalah jantung dan sistem pernapasan atau pada pasien yang kondisinya tidak bisa terkontrol dengan obat-obatan.

Obat & Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Selain melihat gejala dan sejarah medis Anda, dokter dapat melakukan beberapa tes untuk mendiagnosis kondisi Anda. Beberapa tes diagnosis untuk penyakit epilepsi adalah:

  • Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk memeriksa fungsi otak, kemampuan motorik, dan perilaku pasien.
  • Tes darah untuk menyingkirkan masalah kesehatan lain yang bisa menyebabkan tubuh kejang.
  • Electroencephalogram (EEG) adalah tes epilepsi umum untuk melihat gelombang otak yang abnormal.
  • Computerized tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), functional MRI (fMRI), dan positron emission tomography (PET), dan single-photon emission computerized tomography (SPECT) untuk tes pencitraan otak.

Bagaimana penyakit epilepsi diobati?

Pengobatan untuk penyakit epilepsi  difokuskan untuk mengendalikan kejang, walau tidak semua orang dengan kondisi ini memerlukan perawatan.

Terapi obat epilepsi

Banyak obat epilepsi yang tersedia untuk mengontrol kejang, seperti sodium valproate, carbamazepine, lamotrigine, levetiracetam, dan topiramate.

Pilihan obat ini biasanya diresepkan berdasarkan faktor seperti toleransi pasien terhadap efek samping, penyakit lain yang dimiliki, serta metode penyampaian obat.

Walau jenis ayan sangat bervariasi, pada umumnya obat epilepsi dapat mengendalikan kejang pada 70 persen pasien. Namun, terdapat beberapa efek samping dari obat epilepsi yang harus diwaspadai:

  • Rasa kantuk
  • Kekurangan tenaga
  • Agitasi/gelisah
  • Sakit kepala
  • Gemetar yang tidak terkendali (tremor)
  • Kerontokan rambut atau pertumbuhan rambut yang tidak diinginkan
  • Gusi bengkak
  • Ruam

Operasi epilepsi

Operasi biasanya dilakukan apabila terapi obat epilepsi sudah tidak mempan lagi. Selain itu, prosedur ini juga dilakukan setelah hasil tes menunjukkan bahwa kejang berasal dari area tertentu pada otak yang tidak mengganggu fungsi vital seperti bicara, bahasa, fungsi motorik, penglihatan atau pendengaran. Dengan operasi, dokter akan mengangkat area di otak yang menyebabkan kejang.

Namun jika kejang berasal dari bagian otak yang tidak dapat diangkat, dokter akan merekomendasi jenis operasi lain di mana ahli bedah akan melakukan beberapa sayatan pada otak. Sayatan tersebut dirancang untuk menghindari menyebarnya kejang ke bagian otak yang lain.

Walau banyak orang yang tetap memerlukan obat epilepsi untuk mencegah kejang setelah operasi yang berhasil, Anda mungkin hanya akan memerlukan lebih sedikit jenis obat epilepsi serta dosisinya.

Pada sedikit kasus, operasi untuk kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi, seperti perubahan kemampuan berpikir (kognitif) secara permanen.

Pertolongan pertama saat penyakit epilepsi kambuh

Sebanyak 30-40 persen orang dengan ayan berisiko mengalami kejang sewaktu-waktu karena terapi perawatan yang ditawarkan tidak sepenuhnya dapat mengontrol kejang yang mereka alami.

Jika ada kerabat ataupun orang di sekitar Anda yang sewaktu-waktu mengalami kejang ayan atau kejang epileptik tonik-klonik, yaitu kejang yang diikuti oleh kekakuan otot dan kehilangan kesadaran yang membuat orang tersebut berisiko terjatuh, Anda harus mencoba untuk melakukan pertolongan pertama pada pengidap epilepsi ini dengan tisp berikut ini:

  • Jangan panik dan tetaplah bersama orang tersebut
  • Hitung waktu kejang dari awal hingga akhir
  • Longgarkan pakaian di sekitar lehernya
  • Singkirkan benda-benda tajam dan berbahaya (kacamata, furnitur, benda keras lainnya) dari orang tersebut
  • Jika ada, mintalah mintalah orang di sekitar Anda untuk mundur dan memberi ruangan untuk orang tersebut
  • Secara perlahan, baringkan orang tersebut dalam posisi miring secepat mungkin, taruh bantal (atau sesuatu yang lembut) di bawah kepalanya, dan buka rahangnya untuk membuka jalur pernapasan yang lebih baik sekaligus mencegah orang tersebut dari tersedak air liur atau muntah. Seseorang tidak bisa menelan lidahnya, tapi lidah bisa terdorong ke belakang dan menyebabkan terhalangnya jalur napas.
  • Terus berkomunikasi dengan orang tersebut sehingga Anda tahu kapan mereka telah sadar.
  • Setelah korban sadar, ia mungkin merasa linglung. Tetap temani dan tenangkan korban. Jangan tinggalkan korban sendirian sampai ia merasa benar-benar kembali fit.

Jangan lakukan hal ini ketika melakukan pertolongan pertama

  • Menahan kejang atau mengekang orang tersebut. Hal ini bisa berakibat cedera
  • Memasukkan benda apapun ke dalam mulut korban atau menarik lidahnya keluar. Hal ini juga bisa menyebabkan cedera
  • Memberi makan, minum, atau obat sampai korban benar-benar pulih dan sadar sepenuhnya

Cari bantuan medis segera, jika Anda mengalami hal-hal berikut ini

  • Ini adalah kejang pertamanya (tetap cari bantuan jika Anda tidak yakin)
  • Kejang berlangsung lebih dari lima menit, atau kejang pertama segera diikuti oleh kejang lanjutan tanpa jeda (status epilipticus), atau jika korban tidak bisa dibangunkan setelah kejang dan gemetar usai.
  • Orang tersebut tidak bisa sadar sepenuhnya atau mengalami kesulitan bernapas
  • Kejang terjadi di dalam air
  • Orang tersebut mengalami cedera selama kejang
  • Orang tersebut hamil
  • Anda ragu-ragu

Jika kejang terjadi saat orang tersebut berada di kursi roda, kursi penumpang kendaraan, atau kereta dorong anak, biarkan ia tetap terduduk selama keadaan mereka aman dan terjaga oleh sabuk pengaman. Sangga kepalanya sampai kejang selesai.

Terkadang, korban perlu diangkat keluar dari kursi saat kejang selesai, misalnya, jika jalur pernapasannya tersumbat atau mereka butuh tidur. Jika ada makanan, minum, atau muntah, pindahkan orang tersebut dari kursi dan segera baringkan dalam posisi menyamping.

Jika kondisi tidak memungkinkan untuk memindahkan korban, terus berikan dukungan pada kepalanya untuk memastikan kepala tidak terkulai ke belakang, kemudian buang isi mulut mereka saat kejang usai.

Pengobatan penyakit epilepsi di rumah

Penyakit epilepsi adalah penyakit yang kambuhan. Itu artinya, gejalanya bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Mengatasi penyakit ini tidak hanya dengan pengobatan dokter saja, tapi juga dengan pengobatan di rumah lewat penerapan gaya hidup sehat untuk mencegah epilepsi kambuh, seperti:

Rajin minum obat

Obat epilepsi mengendalikan kejang pada sekiar 70% orang. Anda disarankan untuk mengikuti resep dokter dengan tepat karena kemungkinan cara ini merupakan cara yang paling efektif untuk bertahan dengan ayan.

Awasi pengobatan secara rutin

Anda akan melakukan peninjauan rutin terhadap kondisi dan perawatan ayan Anda. Peninjauan ini harus dilakukan setidaknya sekali setahun, walau Anda mungkin memerlukan peninjauan yang lebih sering jika kondisi Anda tidak terkendali dengan baik.

Jaga diri Anda

Anda harus mencari tahu dan tetap melakukan apa yang perlu Anda lakukan setiap hari untuk tetap bugar dan jaga kesehatan fisik serta mental Anda, hindari penyakit atau kecelakaan, serta perhatikan penyakit-penyakit minor dan kondisi kesehatan jangka panjang.

Kenali pemicu

Pada beberapa orang, epilepsi dapat terjadi karena dipicu oleh berbagai hal, di antaranya seperti stres, konsumsi alkohol, atau kurang tidur. Oleh karena itu, pasien harus bisa mengatasi stres yang dihadapi dengan meditasi ata olahraga, menghindari atau membatasi alkohol, serta memperbaiki kualitas tidur.

Pencegahan penyakit epilepsi

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya penyakit epilepsi, di antaranya adalah:

Mencegah terjadinya cedera kepala

Cedera kepala adalah salah satu penyebab dari penyakit ayan. Oleh karena itulah, langkah tepat untuk mencegahnya adalah dengan berhati-hati ketika beraktivitas. Selalu gunakan peralatan keamanan dan keselamatan ketika berkendara, berjalan dengan postur tubuh yang benar dan fokus dengan kondisi sekitar.

Terapkan gaya hidup sehat

Stroke dan penyakit kardiovaskuler dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit epilepsi. Oleh karena itu, Anda harus mengurangi konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak, rajin olahraga, dan berhenti merokok.

Di samping itu, Anda juga harus rajin mencuci tangan dan mencuci bahan makanan hingga bersih agar terhindar dari berbagai infeksi.

Jaga kesehatan saat hamil

Penyakit epilepsi sangat berisiko pada ibu hamil. Oleh karena sebelum merencanakan kehamilan, lakukan pemeriksaan kesehatan dan konsultasi ke dokter mengenai kesehatan tubuh Anda. Selama Anda hamil juga selalu ikuti gaya hidup sehat yang diarahkan dokter Anda dan rutin mengecek kesehatan.

 

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 26/08/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan