backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Anak Sering BAB di Celana? Bisa Jadi Gejala Enkopresis!

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 06/10/2021

    Anak Sering BAB di Celana? Bisa Jadi Gejala Enkopresis!

    Apakah nak Anda pernah mengalami cepirit atau buang air besar yang tidak sengaja di celana? Bila terjadi terus menerus, ini bisa menjadi tanda dari enkopresis atau encopresis.

    Nah, sebelum berpikir demikian, Anda perlu tahu, cepirit yang terjadi sesekali merupakan kondisi yang wajar. Lantas, apa tandanya bila anak mengalami encopresis? Cari tahu, yuk, Bu!

    Apa itu enkopresis?

    diare pada anak

    Ketika anak BAB di celana, Anda mungkin merasa jengkel karena berpikir anak terlalu malas untuk pergi ke toilet hingga celana mereka menjadi korbannya.

    Jika jarang terjadi, tentu tidak masalah. Namun, jika si kecil sering BAB di celana, waspada tanda encopresis!

    Enkopresis (encopresis) atau inkontinensia fekal adalah keluarnya feses secara tidak sengaja yang berulang hingga mengotori celana.

    Kondisi ini terjadi karena adanya penumpukan feses di usus besar dan rektum sehingga usus menjadi penuh dan feses cair keluar atau bocor.

    Akhirnya, feses yang menumpuk dapat menyebabkan perut mengembung melebihi ukuran normal (distensi abdomen) dan kehilangan kendali untuk buang air besar.

    Mayo Clinic menyebutkan bahwa encopresis biasanya terjadi pada anak di atas usia 4 tahun yang sudah bisa menggunakan toilet.

    Pada kebanyakan kasus, enkopresis adalah gejala sembelit kronis pada anak.

    Namun, pada kasus lain yang lebih jarang, encopresis mungkin disebabkan oleh masalah emosional.

    Melansir data Mott Children Hospital, sembelit dengan enkopresis memengaruhi setidaknya tiga hingga empat dari 100 anak prasekolah dan satu hingga dua dari 100 anak pada usia sekolah. 

    Kondisi ini pun lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

    Terkadang, encopresis bisa membuat orangtua merasa frustasi. Pada anak, kondisi ini bisa membuatnya malu, frustasi, hingga mudah marah.

    Bahkan, jika anak diejek oleh teman sebayanya atau dimarahi dan dihukum oleh orangtua, hal ini bisa membuat anak stres atau memiliki percaya diri yang rendah.

    Apa saja tanda dan gejala enkopresis?

    radang usus pada anak

    Tanda atau gejala encopresis bisa berbeda pada tiap anak.

    Namun, berikut adalah beberapa tanda dan gejala dari enkopresis yang umum terjadi pada anak.

    • Pengeluaran feses dalam bentuk cair (biasanya di celana), yang sering dianggap sebagai diare pada anak. 
    • Sembelit dengan feses yang kering dan keras.
    • Bentuk feses besar yang hampir menyumbat toilet.
    • Menghindari atau menolak buang air besar.
    • Jarak antar buang air besar lama atau panjang. 
    • Anak menyembunyikan celana yang terkena kotoran mereka.
    • Nafsu makan anak menurun.
    • Anak mengalami sakit perut.
    • Anak mengompol pada siang hari atau saat tidur malam hari (enuresis).
    • Menggaruk atau menggosok area anus karena teriritasi oleh feses yang keluar.
    • Infeksi kandung kemih anak yang berulang, terutama pada anak perempuan

    Jika anak Anda sudah terlatih menggunakan toilet dan memiliki salah satu atau lebih gejala tersebut, sebaiknya segera hubungi dokter.

    Apa penyebab enkopresis?

    cara agar anak tidak ngompol

    Enkopresis bisa terjadi karena berbagai penyebab. Berikut adalah beberapa penyebab encopresis yang umum.

    1. Sembelit

    Sembelit adalah penyebab paling umum dari encopresis. Biasanya, ini terjadi jika sembelit anak Anda sudah kronis atau yang berlangsung lama. 

    Ketika sembelit, feses menjadi keras dan kering sehingga sulit dan sakit untuk anak Anda keluarkan.

    Akibatnya, anak Anda akan menghindar untuk pergi ke toilet, kemudian feses bisa menumpuk dalam usus besar. 

    Pada akhirnya, usus besar bisa meregang dan memengaruhi saraf yang bertugas memberi sinyal untuk pergi ke toilet.

    Saat usus besar menjadi terlalu penuh, feses cair dapat keluar secara tiba-tiba atau tanpa sengaja.

    Adapun penyebab umum dari sembelit adalah berikut.

    • Anak kurang makan serat.
    • Menahan buang air besar karena takut menggunakan toilet atau tidak ingin aktivitasnya terganggu.
    • Jarang minum air putih.
    • Terlalu banyak atau sangat jarang minum susu.
    • Intoleransi susu sapi. 
    • Kurang gerak.

    2. Masalah emosional

    Stres emosional dapat memicu enkopresis.

    Seorang anak mungkin mengalami stres akibat terlalu dini atau kesulitan dalam belajar menggunakan toilet (toilet training) atau perubahan dalam kehidupan anak.

    Perubahan dalam hidup anak misalnya pada pola makan, mulai masuk sekolah, perceraian orang tua, atau kelahiran saudara kandung. 

    Selain dua penyebab utama tersebut, ada beberapa kondisi medis dan hal lainnya yang juga bisa menimbulkan enkopresis.

    Berikut adalah beberapa penyebab tersebut.

    • Colonic inertia, yaitu suatu kondisi di mana usus besar tidak menggerakkan feses sebagaimana mestinya.
    • Kerusakan saraf pada otot di ujung saluran pencernaan, sehingga mencegahnya menutup dengan benar.
    • Diabetes.
    • Penyakit Hirschrprung.
    • Hipotiroidisme.
    • Inflammatory bowel disease (IBD).

    Apa saja faktor yang meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini?

    Berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena enkopresis atau encopresis

    Bagaimana cara dokter mendiagnosis kondisi ini?

    Untuk mendiagnosis enkopresis, dokter akan menanyakan gejala, riwayat kesehatan dan toilet training, serta makanan yang anak Anda konsumsi.

    Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksan fisik dan pemeriksaan ke area rektum atau dubur untuk mengetahui kondisi feses.

    Pemeriksaan rektum dokter lakukan dengan memasukkan jarinya yang sudah menggunakan sarung tangan ke area dubur anak Anda.

    Hal ini dokter lakukan sambil menekan perut anak Anda dengan tangan lainnya.

    Selain dua pemeriksaan tersebut, dokter juga mungkin akan merekomendasikan rontgen perut atau barium enema untuk memeriksa penumpukan feses di usus besar.

    Bila masalah emosional dicurigai sebagai penyebabnya, evaluasi psikologis juga mungkin akan dokter rekomendasikan.

    Bagaimana cara mengobati enkopresis?

    sakit perut pada anak

    Semakin cepat dokter mengobati encopresis, semakin besar kemungkinannya akan berhasil. Adapun dalam mengobati kondisi ini, ada beberapa langkah yang akan dokter lakukan.

    Adapun masing-masing langkah memiliki beberapa pilihan metode.

    Metode yang dokter pilih akan tergantung pada gejala, usia, riwayat kesehatan, serta tingkat keparahan encopresis anak Anda.

    Berikut adalah langkah-langkahnya.

    1. Membersihkan usus dari penumpukan feses

    Untuk langkah ini, dokter mungkin akan meresepkan obat pencahar.

    Pilihan obat tersebut seperti enema (cairan yang dimasukkan lewat rektum untuk melembutkan tinja yang keras dan kering) atau suppositoria (obat padat lewat dubur).

    2. Mendorong pergerakan usus yang sehat

    Setelah feses yang menumpuk keluar, dokter mungkin meresepkan obat yang dapat membantu pergerakan usus anak untuk mencegah penumpukan kembali.

    Selain obat, berikut beberapa hal perlu anak Anda lakukan untuk menjaga pergerakan usus yang sehat.

    • Perbanyak makan makanan tinggi serat.
    • Minum air putih yang cukup.
    • Menghindari junk food atau makanan dengan tinggi lemak dan gula.
    • Melatih anak untuk ke toilet sesegera mungkin saat ingin buang air besar.
    • Batasi minum susu sapi jika memiliki intoleransi terhadap minuman ini.

    Pada beberapa kasus, psikoterapi mungkin akan dokter rekomendasikan jika encopresis terjadi akibat masalah emosional atau.

    Ambil contohnya, membantu rasa malu, bersalah, depresi, atau percaya diri anak rendah yang terkait dengan encopresis. 

    Bisakah mencegah enkopresis pada anak?

    Berikut adalah beberapa hal yang dapat Anda dan anak Anda lakukan untuk mencegah sembelit pada anak serta terjadinya encopresis. 

    • Makanan makanan tinggi serat.
    • Cukupi kebutuhan cairan.
    • Ajak anak untuk berolahraga.
    • Hindari melatih toilet training terlalu dini, sebaiknya tunggu hingga anak siap.
    • Mengobati enkopresis sesegera mungkin.

    Jika masih ada pertanyaan seputar encopresis, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter, ya, Bu.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 06/10/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan