backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Deviasi Septum Nasal

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Ajeng Pratiwi · Tanggal diperbarui 17/01/2022

Deviasi Septum Nasal

Pengertian deviasi septum nasal

Deviasi septum nasal, atau yang disebut juga dengan deviated nasal septum, adalah kelainan hidung yang terjadi saat septum bergeser menjauh dari garis tengah hidung.

Di dalam anatomi hidung, septum adalah tulang lunak yang membagi rongga hidung menjadi dua.

Septum hidung yang normal adalah terletak persis di tengah, memisahkan bagian kiri dan kanan hidung menjadi dua saluran dengan ukuran yang sama.

Septum yang bergeser atau bengkok (deviasi) ini dapat menyebabkan aliran udara yang keluar dan masuk melalui hidung terhambat, sehingga mengakibatkan terganggunya pernapasan.

Gejala biasanya terasa lebih buruk pada satu sisi hidung, dan terkadang bahkan terjadi di sisi yang berlawanan dari arah bengkoknya septum.

Dalam sejumlah kasus, septum yang bengkok dapat mengganggu pengeringan sinus, mengakibatkan infeksi sinus (sinusitis) yang kambuh secara berulang.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Deviasi septum nasal merupakan kondisi yang cukup umum. Menurut American Academy of Otolaryngology – Head and Neck, organisasi dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) di Amerika, 80% septum nasal mengalami deviasi dengan derajat tertentu.

Diperkirakan 80 persen dari semua septum hidung manusia berada tidak tepat di tengah. Namun, kondisi ini biasanya tidak disadari atau tidak menimbulkan gejala-gejala yang cukup parah.

Gejala deviasi septum nasal

Kebanyakan kelainan bentuk septum tidak menimbulkan gejala, dan Anda bahkan mungkin tidak menyadari bahwa Anda memiliki septum yang menyimpang.

Namun, sebagian kelainan bentuk septum dapat menimbulkan tanda-tanda dan gejala berikut:

1. Penyumbatan salah satu atau kedua lubang hidung

Penyumbatan ini dapat membuat sulit untuk bernapas melalui satu atau kedua lubang hidung.

Kondisi ini mungkin akan lebih terasa ketika Anda mengalami pilek, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), atau alergi yang dapat menyebabkan saluran hidung Anda membengkak dan menyempit.

2. Sakit kepala

Karena udara tidak dapat masuk dan keluar dengan lancar dari hidung yang tersumbat, Anda mungkin akan merasakan sakit kepala yang menusuk.

Rasa sakit akibat deviasi septum nasal juga mungkin bisa menjalar hingga ke wajah Anda.

3. Mimisan

Septum atau tulang hidung yang bengkok menyebabkan udara tidak dapat masuk ke rongga hidung dengan baik.

Akibatnya, permukaan dinding dalam hidung bisa menjadi kering, sehingga meningkatkan risiko terjadinya perdarahan hidung alias mimisan.

4. Gangguan tidur

Saluran hidung yang tertekan oleh septum yang bengkok akan tersumbat, dan mengakibatkan Anda kesulitan bernapas saat tidur. Kondisi ini disebut dengan sleep apnea.

Selain itu, Anda juga cenderung lebih sering mendengkur atau ngorok saat tidur karena tersumbatnya saluran pernapasan.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Diagnosis dan pengobatan dini dapat mencegah memburuknya deviasi septum nasal dan mencegah keadaan darurat medis lainnya.

Oleh karena itu, konsultasikan pada dokter sesegera mungkin untuk mencegah kondisi serius ini.

Jika Anda mengalami satupun tanda atau gejala yang disebutkan di atas, atau memiliki pertanyaan apapun, konsultasikanlah pada dokter.

Tubuh setiap orang mengalami gejala-gejala yang bervariasi. Selalu lebih baik untuk mendiskusikan apa yang terbaik untuk keadaan Anda dengan dokter.

Penyebab deviasi septum nasal

Deviasi septum nasal dapat disebabkan oleh:

1. Kelainan saat lahir

Dalam beberapa kasus, tulang hidung yang bengkok ini terjadi selama masa perkembangan janin dan terlihat jelas pada saat lahir.

Tulang hidung bengkok yang terjadi saat lahir biasanya sering terlihat seperti huruf S atau C. Luasnya deviasi atau pembengkokan tersebut dapat meningkat atau berubah secara alami seiring dengan bertambahnya usia.

2. Keturunan

Menurut para ahli, bentuk hidung bisa diturunkan dari orangtua ke anak cucu.

Itulah mengapa biasanya dalam satu keluarga mungkin saja bentuk hidung anggota keluarganya mirip semua.

Namun, bukan berarti kalau orangtua mengalami hidung bengkok maka anak-anaknya juga pasti punya kondisi yang sama.

3. Cedera pada hidung

Deviasi septum nasal juga bisa menjadi akibat dari cedera yang menyebabkan septum hidung berpindah keluar dari posisinya. Pada bayi, cedera seperti ini dapat terjadi saat persalinan.

Sementara pada anak-anak dan orang dewasa, beragam kecelakan bisa menjadi penyebab dari cedera hidung dan berujung menjadi tulang hidung bengkok.

Cedera pada hidung ini paling sering terjadi selama olahraga kontak (seperti tinju), terbentur benda keras, atau kecelakaan lalu lintas.

4. Kondisi kesehatan tertentu

Penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, seperti sinusitis dan rhinitis juga berpotensi menyebabkan bengkoknya tulang hidung.

Selain itu, dalam beberapa kasus, pilek bisa juga menjadi salah satu penyebab tulang hidung bengkok untuk sementara waktu.

Orang yang sedang pilek mungkin memicu peradangan hidung yang sifatnya sementara.

Pilek menimbulkan gangguan aliran udara ringan yang terkait dengan seseorang dengan tulang hidung yang bengkok.

Namun, setelah pilek dan peradangan hidung reda, gejala tulang hidung yang bengkok pun akan hilang juga.

Diagnosis dan pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Selama pemeriksaan, dokter akan menanyakan terlebih dahulu apa saja tanda-tanda dan gejala yang Anda mungkin alami.

Selanjutnya, dokter mulai memeriksa bagian dalam hidung Anda dengan menggunakan nasal speculum, alat yang dilengkapi dengan senter untuk membuka lubang hidung Anda lebih lebar.

Bila diperlukan, dokter mungkin akan memeriksa lebih dalam bagian hidung Anda dengan scope panjang berbentuk selang.

Sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan ini, Anda akan diberikan obat semprot hidung dekongestan.

Apa saja pengobatan untuk deviasi septum nasal?

Setelah memeriksa bagaimana kondisi tulang hidung Anda, dokter akan menentukan metode pengobatan yang sesuai dengan kondisi Anda.

Obat-obatan

Pilihan pertama untuk mengatasi deviasi septum adalah obat-obatan resep dokter, seperti:

  • Dekongestan, untuk meredakan pembengkakan jaringan dalam hidung. Obat ini bertujuan agar saluran pernapasan Anda terbuka lebih lebar, sehingga Anda bisa bernapas dengan lega.
  • Antihistamin, untuk deviasi septum yang berkaitan dengan hidung meler akibat alergi. Obat antihistamin akan mengurangi reaksi alergi dalam tubuh Anda, sehingga Anda bisa bernapas lebih baik.
  • Semprotan hidung steroid, untuk mengurangi peradangan dan pembengkakan di dalam hidung.

Operasi

Jika Anda masih merasakan gejala-gejala meski sudah menggunakan obat dari dokter, Anda mungkin perlu mempertimbangkan metode pengobatan selanjutnya, yaitu operasi atau septoplasty.

Septoplasty merupakan cara yang efektif untuk menyembuhkan tulang hidung bengkok secara tuntas. Dengan prosedur septoplasty, dokter bedah akan meluruskan dan memposisikan tulang hidung Anda kembali ke tengah.

Septoplasty umumnya merupakan prosedur yang aman. Namun, seperti prosedur medis lainnya, tetap ada risiko yang perlu diwaspadai. Risiko prosedur ini adalah timbulnya gangguan-gangguan pada hidung, seperti:

  • perubahan bentuk hidung
  • perdarahan yang berlebihan
  • penurunan indra penciuman
  • mati rasa sementara pada gusi dan gigi atas
  • hematoma (penumpukan darah di luar pembuluh darah) septum

Pengobatan di rumah

Anda dapat mencegah cedera pada hidung yang dapat menyebabkan deviasi septum nasal dengan langkah-langkah ini:

  • Gunakan helm atau masker khusus ketika bermain olahraga dengan kontak tubuh, seperti hockey atau tinju.
  • Gunakan pengaman saat membawa kendaraan, seperti sabuk pengaman ketika mengendarai mobil dan helm saat menaiki motor.

Jika Anda memiliki pertanyaan, konsultasikanlah pada dokter untuk mendapatkan solusi terbaik untuk Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Ajeng Pratiwi · Tanggal diperbarui 17/01/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan