backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Bisinosis, Masalah Pernapasan pada Pekerja Industri Tekstil

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 18/04/2023

Bisinosis, Masalah Pernapasan pada Pekerja Industri Tekstil

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap pekerjaan memiliki risikonya masing-masing, termasuk terkait kesehatan. Pada industri tekstil, terutama kapas, pekerjanya memiliki risiko lebih besar terkena gangguan pernapasan yang disebut bisinosis. Apa itu?

Apa itu bisinosis (byssinosis)?

Bisinosis adalah penyakit pada saluran pernapasan akibat sering menghirup debu dari kapas, rami, atau linen.

Kondisi yang juga dikenal dengan brown lung disease, mill fever, hingga cotton worker’s lung ini memang lebih banyak ditemukan pada pekerja yang langsung bersinggungan dengan berbagai serat nabati tersebut.

Dibandingkan dengan kapas yang sudah diproses menjadi benang, kain, atau bahan jadi lainnya, pekerja yang mengolah kapas mentah memiliki risiko paling tinggi terkena bisinosis.

Tanda dan gejala bisinosis

sesak napas saat berhenti merokok

Gejala byssinosis biasanya muncul setelah satu minggu seseorang bekerja dan akan membaik pada akhir minggu. Itulah mengapa penyakit ini juga disebut monday fever.

Hampir menyerupai asma, gejala umum dari bisinosis yaitu:

  • sesak pada dada,
  • batuk,
  • mengi (napas terdengar nyaring), dan
  • sesak napas.

Gejala tersebut mungkin memburuk ketika Anda kembali bekerja setelah istirahat pada akhir pekan. Saat Anda kembali bekerja, gejala tersebut dapat muncul 1–2 jam setelahnya.

Sementara itu, pekerja yang sudah cukup lama terpapar debu pengolahan kapas mungkin akan merasakan gejala yang lebih serius, seperti:

  • demam terus-menerus,
  • batuk parah,
  • nyeri sendi,
  • kelelahan, dan
  • batuk kering.
  • Gejala yang dirasakan oleh setiap orang mungkin berbeda. Jika Anda bekerja di bidang yang rawan terpapar bisinosis, sebaiknya lakukan pemeriksaan secara berkala.

    Pasalnya, byssinosis yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi serius berupa bronkitis kronis.

    Penyebab bisinosis

    Mengutip dari laman Chest Foundation, bisinosis disebabkan oleh paparan debu dari kapas, rami, atau linen yang kemudian menyumbat saluran kecil pada paru-paru (bronkiolus).

    Jangka waktu antara lamanya seseorang bekerja di industri kapas dan menyadari adanya byssinosis bisa cukup beragam.

    Beberapa dari mereka bahkan mungkin baru didiagnosis dengan bisinosis setelah 10 tahun bekerja. Meski begitu pada tahap ini, kondisi mereka umumnya sudah cukup parah.

    Gangguan pernapasan ini memang bisa dirasakan oleh semua orang, tetapi beberapa faktor berikut akan membuat Anda lebih berisiko.

    • Bekerja di tempat pengolahan kapas, rami, atau linen.
    • Alergi atau sangat sensitif terhadap bahan tekstil tertentu.
    • Merokok secara aktif.
    • Memiliki riwayat penyakit asma.

    Diagnosis bisinosis

    diagnosis pemeriksaan sesak napas

    Langkah pertama yang kerap dilakukan dokter untuk mendiagnosis penyakit bisinosis adalah bertanya seputar pekerjaan Anda dan gejala yang sudah Anda rasakan.

    Untuk memastikan diagnosis, berikut merupakan beberapa tes yang dapat dilakukan oleh dokter.

  • Rontgen dada: mengetahui kondisi rongga dada Anda, termasuk ada-tidaknya debu yang bersarang di dalamnya.
  • CT scan dada: memperjelas hasil rontgen dada.
  • Tes fungsi paru: menguji kinerja paru-paru, termasuk seberapa banyak dan cepat udara bisa masuk dan keluar dari paru-paru.
  • Dokter mungkin juga akan meminta Anda menggunakan peak flow meter untuk memeriksa paru-paru selama hari kerja. Alat ini akan menunjukkan seberapa cepat paru-paru Anda mengeluarkan udara.

    Jika pernapasan Anda berubah pada saat-saat tertentu, dokter dapat mengetahui kapan dan di mana Anda terkena faktor pemicu byssinosis.

    Pengobatan bisinosis

    Pakai oksigen

    Penanganan utama dari bisinosis adalah menghindari paparan debu yang menjadi pemicunya. Setelah itu, dokter akan menyesuaikan pengobatan sesuai dengan kondisi Anda.

    Berikut adalah beberapa jenis pengobatan byssinosis. Setiap orang mungkin membutuhkan pengobatan yang berbeda, tergantung kondisi kesehatan dan gejala yang menyertai.

    1. Bronkodilator dan kortikosteroid hirup

    Pada bisinosis dengan gejala ringan, dokter mungkin meresepkan obat-obatan asma seperti bronkodilator untuk membuka saluran pernapasan yang menyempit.

    Jika gejala yang Anda alami sudah cukup serius, kortikosteroid hirup mungkin diberikan untuk mengatasi peradangan.

    Namun, mengingat kortikosteroid hirup berisiko menyebabkan infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan, usahaka segera berkumur setelah menggunakannya.

    2. Terapi oksigen

    Apabila kadar oksigen dalam darah Anda cukup rendah, Anda mungkin memerlukan terapi oksigen.

    Selain itu, perawatan dengan nebulizer mungkin juga diperlukan jika keluhan Anda sudah berlangsung cukup lama.

    Sebagai perawatan tambahan, dokter mungkin menyarankan aktivitas fisik secara rutin dan mengajarkan latihan pernapasan.

    Pada beberapa kasus, dokter bahkan perlu menyarankan pasien untuk berganti pekerjaan.

    Pasalnya, meski gejala dapat membaik pada akhir pekan, paru-paru Anda tetap akan terpapar kembali setelahnya.

    Pada paparan jangka panjang, Anda mungkin tetap merasakan gejala penyakit bisinosis meski tidak berada di tempat kerja.

    Bagi Anda yang bekerja di tempat-tempat yang rawan akan paparan debu, pastikan untuk menggunakan masker saat bekerja.

    Kesimpulan

    • Bisinosis lebih banyak ditemukan pada seseorang yang bekerja pada pengolahan kapas, rami, atau linen.
    • Gejalanya menyerupai asma, tetapi pada kondisi yang lebih serius juga disertai demam terus-menerus, kelelahan, batuk kering, dan nyeri sendi.
    • Pengobatan meliput pemberian bronkodilator, kortikosteroid hirup, atau terapi oksigen.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 18/04/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan