backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Atresia Bilier

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 29/11/2023

Atresia Bilier

Saluran empedu pada bayi baru lahir bisa mengalami kelainan yang disebut atresia bilier dan menyebabkan mata dan kulit berwarna kuning. Ini termasuk kondisi yang serius dan perlu ditangani sedini mungkin. Maka dari itu, penting bagi orangtua untuk mengenali tanda dan gejala kelainan ini agar bisa memberi penanganan yang tepat.

Apa itu atresia bilier?

Atresia bilier adalah penyakit hati dan saluran empedu langka pada bayi baru lahir yang membuat saluran empedu bengkak dan mengalami sumbatan.

Saluran empedu pada hati, disebut juga dengan duktus hepatikus, memiliki banyak fungsi.

Saluran empedu bisa berfungsi untuk menghancurkan lemak, menyerap vitamin larut lemak, serta membawa racun dan produk sisa keluar tubuh.

Namun, pada bayi yang mengalami kelainan atau cacat lahir ini, saluran empedu yang ada di luar dan dalam hati tidak berkembang dengan normal, sehingga menjadi bengkak dan tersumbat.

Akibatnya, cairan empedu meningkat di hati dan menyebabkan kerusakan hati. Hal ini membuat hati sulit membuang racun dalam tubuh.

Bahkan bukan tidak mungkin, organ hati bayi berisiko rusak dan mengalami sirosis hati yang dapat berakibat fatal bila tidak ditangani.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Atresia bilier adalah kelainan atau cacat lahir pada bayi yang tergolong jarang terjadi. Tidak diketahui angka pasti dari kelainan atau cacat lahir ini. Namun, berdasarkan laman Cincinnati Children’s, kondisi ini bisa terjadi pada sekitar 1 dari 15.000—20.000 bayi. Kondisi ini bisa dialami oleh hanya salah satu dari sepasang anak kembar atau dari beberapa saudara kandung.

Jenis-jenis atresia bilier

Mengutip dari University of Rochester Medical Center, penyakit ini terbagi menjadi dua jenis, yakni perinatal dan fetal. Berikut penjelasan masing-masing jenisnya.

1. Atresia bilier perinatal (perinatal biliary atresia)

Atresia bilier perinatal adalah jenis yang paling umum. Sesuai dengan namanya, jenis yang satu ini umumnya tampak setelah bayi baru lahir.

Biasanya, gejalanya mulai muncul saat usia bayi sekitar usia 2 minggu sampai usia 4 minggu.

2. Atresia bilier fetal (fetal biliary atresia)

Kebalikan dari jenis sebelumnya, atresia bilier fetal adalah jenis yang kurang umum atau tidak sering terjadi.

Kelainan ini mulai terbentuk saat janin masih berada di dalam kandungan. Itulah mengapa saat bayi lahir, tipe atresia bilier fetal langsung terlihat.

Beberapa bayi, khususnya yang lahir dengan jenis kelainan ini, juga memiliki kecacatan pada jantung, limpa dan usus.

Tanda dan gejala atresia bilier

mata bayi kuning

Gejala awal dari penyakit atresia bilier adalah mata dan kulit yang terlihat berwarna kuning atau disebut sebagai penyakit kuning (jaundice).

Perubahan warna pada kulit dan mata yang menjadi kuning ini disebabkan oleh penumpukan cairan empedu di dalam tubuh akibat organ hati dan saluran empedu yang rusak.

Umumnya, bayi yang lahir dengan sakit kuning ringan mengalami kondisi ini selama usia 1 minggu sampai usia 2 minggu pertama.

Lalu sakit kuning tersebut normalnya akan hilang di usia 2 minggu sampai usia 3 minggu. Sayangnya, pada anak dengan kondisi ini, sakit kuning yang mereka alami dapat bertambah parah.

Gejala atresia bilier seringnya mulai muncul di antara usia 2 minggu sampai usia 8 minggu atau 2 bulan pertama kehidupan bayi.

Berbagai gejala atresia bilier adalah sebagai berikut.

  • Kulit dan mata berwarna kuning (jaundice).
  • Warna urine gelap seperti teh.
  • BAB berwarna terang seperti abu-abu atau agak putih.
  • Perut membengkak.
  • Penurunan berat badan bayi.
  • Pertumbuhan lambat.

Pembengkakan perut bayi bisa terjadi karena ukuran organ hati yang semakin membesar. Sementara perubahan warna pada feses bayi disebabkan oleh tidak adanya cairan empedu atau tidak adanya bilirubin di usus.

Bilirubin adalah cairan yang dihasilkan dari proses pemecahan hemoglobin atau sel darah merah.

Begitu pula dengan perubahan warna urine yang menjadi gelap dikarenakan penumpukan cairan bilirubin di dalam darah.

Selanjutnya, bilirubin disaring oleh ginjal dan dikeluarkan melalui urine sehingga memengaruhi warna urine itu sendiri.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai gejala tertentu yang dialami bayi, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.

Kapan harus periksa ke dokter?

Atresia bilier adalah penyakit yang tidak boleh disepelekan dan harus segera ditangani.

Sebaiknya jangan tunda untuk membawa bayi ke dokter bila pada usia 2—3 minggu setelah lahir, ia masih mengalami sakit kuning dan warna feses tidak normal saat BAB.

Jika Anda melihat bayi memiliki gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya segera konsultasikan kepada dokter.

Penyebab atresia bilier

Atresia bilier adalah penyakit bawaan lahir yang sampai saat ini belum dapat diketahui penyebab pastinya.

Meski begitu, para ahli meyakini bahwa atresia bilier bukan penyakit genetik. Artinya, penyakit ini tidak diturunkan dari orangtua ke anak.

Selain itu, orangtua yang mengidap kondisi ini tidak berisiko menurunkan gen penyebab penyakit kepada anaknya.

Pada beberapa anak, kondisi ini disebabkan oleh pembentukan saluran empedu yang kurang sempurna selama masa kehamilan.

Sementara pada anak-anak lainnya, penyebab atresia bilier adalah karena kerusakan saluran empedu oleh sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi virus saat bayi baru lahir.

Beberapa pemicu yang mungkin dapat berkontribusi menjadi penyebab atresia bilier adalah sebagai berikut.

  • Infeksi virus atau bakteri setelah lahir.
  • Masalah pada sistem imun atau sistem kekebalan tubuh.
  • Mutasi genetik yang membuat perubahan permanen pada struktur genetik.
  • Masalah pada masa perkembangan organ hati dan saluran empedu selama janin masih berada di dalam rahim.
  • Paparan racun atau zat kimia saat ibu sedang hamil.

Faktor risiko atresia bilier

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak mengalami penyakit atresia bilier adalah sebagai berikut.

  • Terkena infeksi virus atau bakteri setelah lahir.
  • Memiliki kelainan autoimun yang menyerang hati atau saluran empedu.
  • Mengalami mutasi atau perubahan genetik pada tubuh.
  • Perkembangan organ hati dan saluran empedu bermasalah.

Namun selain itu, risiko bayi untuk mengalami kelainan atau cacat lahir ini juga dapat semakin meningkat bila berjenis kelamin perempuan.

Sementara untuk bayi berjenis kelamin laki-laki, risiko untuk mengalami kondisi ini cenderung lebih rendah.

Bukan itu saja, bayi dengan ras Asia dan Afrika-Amerika memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini ketimbang ras kaukasia (Amerika dan Eropa).

Bayi prematur juga memiliki kemungkinan yang lebih besar terkait atresia bilier.

Diagnosis atresia bilier

hb rendah pada bayi

Diagnosis atresia bilier dapat dilakukan dokter dengan menanyakan seputar riwayat medis kesehatan bayi dan kesehatan anggota keluarga lainnya.

Pemeriksaan fisik dan melaksanakan tes lainnya adalah serangkaian cara untuk mendiagnosis atresia bilier.

Beberapa tes yang paling umum dilakukan dokter untuk memastikan diagnosis atresia bilier adalah sebagai berikut.

  • Tes darah. Tujuannya untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan pada fungsi organ hati bayi.
  • Pemeriksaan rontgen atau x-ray. Tujuannya untuk melihat apakah terjadi pembesaran pada organ hati dan limpa bayi.
  • Pemeriksaan ultrasonografi (USG). Tujuannya untuk mengetahui kemungkinan adanya kantung empedu kecil.

Pemeriksaan lain yang juga bisa dilakukan untuk mendiagnosis kondisi kelainan ini yakni biopsi hati.

Biopsi hati dilakukan dengan cara mengambil sedikit sampel hati menggunakan jarum, kemudian dilakukan pengamatan lebih lanjut di bawah mikroskop.

Dokter juga dapat melakukan operasi untuk memastikan kebenaran bayi mengalami kondisi ini atau disebut sebagai diagnostic surgery confirms.

Operasi ini bisa membantu dokter untuk melihat secara langsung apakah ada bagian saluran empedu yang bermasalah.

Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bayi kemungkinan mengalami kondisi ini, langkah selanjutnya adalah dilakukan pengobatan.

Pengobatan atresia bilier

Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, kondisi kelainan ini dapat diatasi dengan metode operasi Kasai dan transplantasi hati.

Berikut adalah penjelasan mengenai pengobatan untuk atresia bilier.

1. Prosedur Kasai

Prosedur Kasai biasanya merupakan terapi awal untuk menangani kondisi kelainan ini.

Saat prosedur Kasai berlangsung, dokter bedah akan mengangkat saluran empedu yang tersumbat pada bayi dan mengambil usus untuk menggantinya.

Selanjutnya cairan empedu akan mengalir langsung ke usus kecil. Jika operasi ini berhasil, kesehatan anak dapat membaik dan tidak mengalami masalah terkait organ hati.

Sementara jika operasi Kasai gagal, anak biasanya membutuhkan transplantasi hati dalam 1—2 tahun.

Meskipun setelah terapi berhasil, kebanyakan anak berisiko mengalami penyakit sirosis bilier obstruktif saat dewasa.

Jadi, kesehatan anak perlu dikontrol secara teratur untuk mengetahui kondisi dan perkembangan organ hati serta saluran empedu.

2. Transplantasi hati

Transplantasi hati merupakan prosedur yang dilakukan dengan cara mengambil hati yang rusak dan menggantinya dengan hati baru dari pendonor.

Setelah transplantasi hati dilakukan, fungsi hati yang baru dapat mulai bekerja sebagaimana mestinya sehingga kesehatan anak juga semakin membaik.

Namun, anak disarankan untuk rutin minum obat guna mencegah sistem kekebalan tubuhnya menyerang atau menolak organ hati yang baru.

Tak perlu khawatir karena penolakan ini sebenarnya merupakan cara normal dari sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi virus dan zat asing lainnya.

Pengobatan rumahan untuk atresia bilier

perlak bayi yang bagus

Bayi dengan kondisi ini biasanya mengalami kekurangan zat gizi sehingga membutuhkan aturan khusus untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

Jadi, anak butuh kalori lebih dalam diet hariannya. Anak dengan kondisi ini juga dapat mengalami kesulitan dalam mencerna lemak yang selanjutnya mengakibatkan kekurangan vitamin dan protein.

Jika diperlukan, sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan ahli gizi anak untuk mendapatkan rekomendasi yang tepat mengenai kebutuhan gizi si Kecil setiap harinya.

Setelah transplantasi hati, kebanyakan anak dapat makan dengan normal.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah kepada dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 29/11/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan