backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis)

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 12/12/2023

ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis)

Apakah Anda sering tersandung atau bahkan hingga terjatuh? Hati-hati bisa jadi ini merupakan gejala dari amyotrophic lateral sclerosis (ALS). Pasalnya, kondisi ini dapat menyebabkan Anda kehilangan kontrol otot, sehingga otot bisa bergerak sendiri. Untuk memahami lebih lanjut, ketahui gejala lain, penyebab, dan cara mengatasinya di bawah ini. 

Apa itu ALS?

ALS atau amyotrophic lateral sclerosis adalah gangguan sistem saraf yang menyerang sel-sel saraf pada otak dan tulang belakang, sehingga penderita kehilangan kontrol terhadap otot-otot lurik (otot yang digerakkan berdasarkan kemauan sendiri). 

Kondisi yang juga sering disebut dengan penyakit Lou Gehrig ini terjadi saat sel-sel saraf tertentu (neuron), di dalam otak dan sumsum tulang belakang, mati secara perlahan.

Seiring berjalannya waktu, otot menjadi lemah dan tidak berfungsi, sehingga terjadi kelemahan otot, kecacatan, dan pada tingkatan yang sudah parah dapat menyebabkan kematian. 

Meski begitu, ALS tidak menyebabkan gangguan pada kemampuan intelektual, penglihatan, dan indera pendengar, penciuman, maupun perasa dari penderita.

Ada dua jenis tipe penyakit ALS, yaitu sebagai berikut. 

  • Neuron motor atas: Sel saraf di otak.
  • Neuron motorik bawah: Sel saraf di sumsum tulang belakang.

Neuron motor ini mengendalikan semua gerakan refleks atau spontan di otot lengan, kaki, dan wajah Anda.

Selain itu, neuron motor juga berfungsi memberikan perintah kepada otot-otot Anda untuk berkontraksi sehingga Anda bisa berjalan, berlari, mengangkat benda ringan di sekitar, mengunyah dan menelan makanan, hingga bernapas.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Amyotrophic lateral sclerosis atau ALS adalah penyakit langka. Penyakit ini umumnya lebih sering memengaruhi pria daripada wanita pada usia 40—60 tahun. 

Tanda dan gejala ALS

cedera pergelangan kaki sindroma sinus tarsi

Gejala atau pertanda dari sklerosis lateral amiotrofik (ALS) bisa berbeda-beda untuk masing-masing individu, tergantung pada neuron yang terdampak.

Oleh sebab itu, gejala dari kondisi ini sangatlah bervariasi, seperti berikut ini.

  • Kesulitan berjalan atau melakukan aktivitas sehari-hari secara normal.
  • Sering tersandung atau terjatuh.
  • Adanya kelemahan pada kaki, telapak kaki, dan mata kaki.
  • Adanya kelemahan pada area tangan.
  • Gangguan bicara dan gangguan menelan.
  • Kram otot dan muncul kedutan di lengan, bahu, dan lidah.
  • Menangis, tertawa, dan menguap di luar kendali.
  • Perubahan sikap.

Biasanya, gejala awal dari ALS muncul pada tangan dan kaki, baru menyebar ke area tubuh lainnya.

Apalagi, saat penyakit berkembang dan sel saraf mengalami kerusakan, otot pun ikut melemah. Hal ini tentu memengaruhi berbagai fungsi tubuh yang tidak bisa bekerja secara normal.

Biasanya, ALS tidak menyebabkan rasa sakit. Namun, seiring berjalannya waktu, rasa sakit akan muncul jika kondisi sudah menjadi semakin parah.

Kapan harus pergi ke dokter?

Anda perlu menghubungi dokter jika Anda mengalami gejala dari penyakit ALS seperti berikut ini.

  • Kesulitan berjalan atau melakukan aktivitas harian.
  • Kaki atau pergelangan kaki melemah atau lumpuh.
  • Menurunnya fungsi tangan.
  • Kesulitan menelan atau berbicara.
  • Kram otot dan lengan, bahu, dan lidah berkedut.
  • Kesulitan mendongakkan kepala atau menjaga postur tubuh.

Penyebab ALS

Penyebab utama dari ALS masih belum dapat dipastikan. Sering kali, dokter dan para ahli tidak dapat menemukan kondisi yang berpotensi menjadi penyebab ALS pada penderitanya.

Mulai dari kebiasaan sehari-hari, pola makan, hingga gaya hidup, tidak ada yang menunjukkan adanya indikasi yang menyebabkan ALS.

Hanya saja, pasien-pasien tersebut biasanya juga tidak memiliki riwayat kesehatan yang jelas.

Di sisi lain, sebagian kecil dari penderita ALS memiliki riwayat kesehatan keluarga yang jelas menunjukkan bahwa ada banyak anggota keluarganya yang pernah atau sedang mengalami ALS.

Itu tandanya, kondisi ini juga bisa dianggap sebagai penyakit keturunan bagi sebagian pasien.

Meski begitu, penyebab utama, khususnya pada pasien yang tidak memiliki riwayat kesehatan keluarga dengan ALS, masih belum dapat ditemukan.

Faktor risiko ALS

mencegah lansia jatuh

Risiko seseorang mengalami ALS akan meningkat bila seseorang memiliki faktor-faktor berikut ini. 

  • Riwayat ALS dalam keluarga. Sebanyak 5% sampai 10% orang dengan penyakit ini punya anggota keluarga yang mengalami penyakit serupa. Pada keluarga dengan penyakit ALS, anak mereka memiliki kemungkinan 50:50 untuk mengembangkan penyakit tersebut. 
  • Usia lanjut. Risiko penyakit ALS meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kondisi ini paling umum terjadi pada usia 40 hingga 60 tahun. 
  • Jenis kelamin laki-laki. Pada kelompok usia <65 tahun, pria lebih berisiko mengalami ALS dibandingkan wanita. Kecenderungan ini menghilang setelah usia 70 tahun. 
  • Kondisi genetik. Terdapat variasi genetik yang membuat orang lebih rentan terhadap penyakit ini.

Faktor lingkungan, seperti yang disebutkan di bawah ini, mungkin dapat memicu penyakit Lou Gehrig.

  • Merokok. Merokok adalah satu-satunya faktor lingkungan yang kemungkinan dapat meningkatkan risiko penyakit ALS. Risiko ini paling besar terjadi pada wanita, terutama setelah menopause. 
  • Paparan racun. Beberapa bukti menunjukkan bahwa paparan terhadap timbal atau zat lain di tempat kerja atau rumah mungkin terkait dengan penyakit ini. 
  • Pelayanan militer. Studi menunjukkan bahwa orang yang bertugas di militer memiliki risiko mengalami penyakit ALS yang lebih tinggi. 

Komplikasi ALS

Jika penyakit berkembang, ALS dapat menyebabkan komplikasi, seperti berikut ini. 

1. Masalah pernapasan

Seiring dengan berjalannya waktu, penyakit ALS dapat melumpuhkan otot-otot yang Anda gunakan untuk bernapas.

Anda mungkin memerlukan alat untuk membantu bernapas pada malam hari, mirip dengan alat yang digunakan penderita sleep apnea

Penyebab kematian paling umum bagi orang-orang dengan penyakit ini adalah kegagalan pernapasan. Rata-rata, kematian terjadi dalam 3 hingga 5 tahun setelah gejala dimulai. 

2. Masalah bicara

Kebanyakan orang dengan penyakit ini mengalami kesulitan bicara.

Kondisi ini biasanya terjadi secara perlahan, dimulai dari kesulitan mengucapkan beberapa kata tertentu, kemudian bertambah parah sehingga tidak bisa berbicara dengan jelas sama sekali. 

Pembicaraan orang dengan penyakit ini menjadi sulit dipahami oleh orang lain. Anda mungkin akan mengandalkan teknologi komunikasi jika ingin berbicara dengan orang lain. 

3. Kesulitan makan

Orang dengan penyakit ALS dapat mengalami masalah malnutrisi dan dehidrasi karena kerusakan pada otot yang digunakan untuk mengunyah.

Orang dengan penyakit ini juga memiliki risiko tinggi memasukkan makanan, cairan, atau air liur ke paru-paru, yang dapat menyebabkan pneumonia. 

4. Demensia

Beberapa orang dengan penyakit ini memiliki masalah dengan ingatan dan pengambilan keputusan.

Pada akhirnya, beberapa dari penderita didiagnosis dengan jenis demensia yang disebut demensia frontotemporal.  

Diagnosis ALS

jenis penyakit katastropik

Dokter mungkin mendiagnosis penyakit ini berdasarkan riwayat pengobatan dan pemeriksaan fisik, terutama saraf dan otot.

Menurut John Hopkins Medicine, untuk melengkapinya, dokter akan melakukan beberapa tes lainnya, seperti berikut ini.  

  • Tes darah dan tes urine.
  • Tes fungsi kelenjar tiroid.
  • Biopsi otot dan saraf.
  • Pemeriksaan cairan pada otak dan sumsum tulang belakang.
  • Pemeriksaan dengan menggunakan sinar X-ray.
  • Magnetic resonance imaging (MRI).
  • Tes elektrodiagnostik untuk memeriksa gangguan pada otot dan sel saraf motorik.

Pengobatan ALS

Kondisi ini bisa diatasi dengan penggunaan obat-obatan dan terapi, seperti berikut ini.

1. Penggunaan obat-obatan

Ada dua obat yang bisa digunakan untuk mengatasi kondisi ini, yaitu riluzole dan edaravone.

Riluzole dikonsumsi dengan cara diminum. Obat ini dapat meningkatkan ekspektasi hidup penderita selama 3 hingga 6 bulan lamanya.

Namun, Anda perlu memperhatikan efek samping yang mungkin muncul, seperti pusing kepala, gangguan pencernaan, atau gangguan fungsi hati.

Sementara itu, edaravone adalah obat yang diberikan melalui infus. Obat ini dapat mengurangi penurunan fungsi tubuh. Meski begitu, obat ini belum tentu memberikan jaminan pasien untuk bisa hidup lebih lama.

Sama halnya dengan obat oral, obat ini juga berpotensi menyebabkan timbulnya efek samping, seperti memar, sakit kepala, dan sesak napas. Biasanya, obat ini diberikan setiap hari dalam kurun waktu 2 minggu setiap bulan.

2. Terapi

Terapi yang disarankan oleh dokter mungkin akan berkaitan dengan gejala ALS yang dialami. Beberapa terapi yang bisa dijalani adalah sebagai berikut.

  • Terapi fisik.
  • Terapi okupasi.
  • Terapi bicara.

Tak hanya itu, penderita ALS mungkin akan membutuhkan dukungan dari orang terdekat untuk membantunya memenuhi kebutuhan nutrisi serta menjaga kondisi mentalnya agar tidak terganggu.

Sebagai contoh, keluarga atau orang terdekat diharapkan dapat menunjang kebutuhan makanan sehat bagi penderita penyakit saraf ini.

Bahkan, keluarga juga diharapkan untuk menyediakan kebutuhan atau alat-alat bantu yang mungkin akan dibutuhkan pada kemudian hari saat pasien tidak bisa mengunyah makanannya sendiri.

Selain itu, keluarga dan orang terdekat dapat memberikan dukungan secara emosional kepada pasien dengan mengusahakan untuk selalu ada di samping pasien.

Pasalnya, masa-masa ini adalah masa pasien paling membutuhkan dukungan dari orang-orang tersayang.

Pengobatan rumahan untuk ALS

makanan diet untuk pemula

Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin dapat membantu mengatasi ALS.

  • Pilih pengobatan yang Anda perlukan untuk mengatasi masalah tertentu seperti bernapas dan makan.
  • Pelajari sebanyak mungkin tentang penyakit ALS dan cara mengurangi gejalanya.
  • Bergabunglah dalam grup pendukung untuk kondisi ALS.
  • Jangan putus harapan. Beberapa orang hidup jauh lebih lama dari 5—10 tahun. Beberapa hidup lebih lama dari 10 tahun atau lebih.

Jika ingin bertanya, konsultasikan kepada dokter untuk mendapatkan solusi terbaik guna mengatasi masalah kesehatan Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 12/12/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan