backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

8 Cara Memberi Obat untuk Anak yang Susah Minum Obat

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 29/08/2021

    8 Cara Memberi Obat untuk Anak yang Susah Minum Obat

    Saat anak sedang sakit, memberi obat adalah tantangan tersendiri. Orangtua perlu mencari cara agar anak mau minum obat tanpa perlu memaksa. Sebab, tidak sedikit anak yang melepeh obat walau obatnya sudah manis. Ini memang membuat ayah dan ibu kesal, tetapi sebaiknya redam emosi Anda! Simak panduan berikut agar anak yang susah minum obat jadi mau tanpa perlu merengek.

    Cara agar anak mau minum obat

    adenoidektomi

    Memaksa anak minum obat bukan cara yang baik karena si kecil justru akan semakin berontak dan menolak. Anak juga berisiko tersedak bila ayah dan ibu memaksanya. 

    Bahkan, memaksa anak minum obat bisa membuatnya trauma sampai nanti ia dewasa. Tentu itu bukan yang orangtua harapkan, kan?

    Untuk memudahkan, berikut langkah-langkah yang bisa orangtua lakukan agar anak mau minum obat tanpa drama.

    1.Memberitahu anak terlebih dahulu

    Hal yang perlu orangtua ketahui adalah pendekatan minum obat pada anak sangat penting.

    Mengutip dari Nationwide Children’s, anak bisa merasakan apa yang orangtuanya rasakan. 

    Jika ayah dan ibu mengatakan pada anak bahwa ia harus minum obat, tetapi Anda ragu dan kasihan, perasaan itu bisa sampai ke si kecil.

    Penting bagi orangtua untuk memberitahu anak tentang tujuan memberi obat. Ambil contoh, ayah dan ibu bisa bilang “Adik perlu minum obat biar cepat sembuh dan main lagi, yuk!”

    Tentu tidak pasti berhasil dalam satu kali penyampaian. Ibu dan ayah bisa memberi pemahaman kepada anak bahwa obat ini akan memberi efek baik untuk tubuhnya.

    2. Memberi obat dalam keadaan sadar

    Sadar di sini maksudnya adalah kondisi bayi dalam keadaan terjaga dan tidak mengantuk.

    Kesalahan memberikan obat pada anak yang orangtua lakukan adalah memberinya saat anak sedang tidur karena si kecil lebih tenang.

    Padahal, kalau memberikan obat saat anak sedang tidur dan mendudukkannya, ini berisiko membuat anak tersedak

    Pasalnya, anak tidak dalam posisi siap menelan obat sehingga ia bisa tersedak. Oleh karena itu, saat sedang memberi obat pastikan si kecil dalam keadaan sadar.

    3. Pilih obat sirup

    Cara lain agar anak mau minum obat adalah memberikan obat berbentuk cair karena rasanya lebih manis dan mudah ditelan daripada tablet atau kapsul.

    Sebelum memberikan obat, siapkan segelas air putih dan biskuit untuk membilas rasa obat yang masih menempel di lidah.

    Jika obat hanya tersedia dalam bentuk tablet, sebaiknya tanyakan dulu ke dokter apakah boleh menggerus atau melarutkannya dengan air agar lebih mudah anak minum. 

    Pasalnya, ada beberapa obat tablet dan kapsul tidak boleh dihancurkan untuk menjaga khasiatnya tetap optimal.

    Hindari jenis obat yang sebaiknya tidak anak konsumsi, seperti aspirin dan sembarang obat flu.

    ispa pada anak

    4. Menggunakan alat bantu

    Memberikan anak obat akan lebih mudah bila memakai alat bantu. Ada beberapa jenis alat bantu yang biasanya tersedia bersamaan dengan kemasan obat, seperti:

    • sendok takar bentuk oval,
    • cangkir kecil, dan
    • pipet.

    Biasanya, setiap kemasan obat sudah memiliki alat bantu di dalam kemasan lengkap dengan garis batas untuk memberikan dosis yang tepat. 

    Pipet biasanya dokter resepkan untuk bayi usia kurang dari dua tahun. 

    Bila menggunakan pipet, obat yang ke mulut jadi lebih dekat dengan tenggorokan sehingga anak mau tidak mau langsung menelan obatnya.

    Sementara itu, untuk sendok takar dan cangkir kecil lebih sering digunakan bagi anak usia dua tahun ke atas. 

    5. Dudukkan anak saat memberi obat

    Cara berikutnya agar anak mau minum obat adalah dengan memposisikan anak duduk tegak.

    Posisi badan yang terlalu miring atau condong bisa membuatnya tersedak dan melepehkan obatnya dari mulut.

    Ayah dan ibu bisa juga mengganjal punggungnya dengan bantal agar posisi duduknya bisa lebih tegak, baru beri si kecil obat.

    6. Menambahkan sirup pemanis

    Dokter bisa meresepkan sirup pemanis sebagai salah satu cara agar anak mau minum obat. Biasanya, sirup pemanis ini dicampurkan dengan obat jenis puyer.

    Sirup pemanis ini hanya bisa orangtua berikan pada bayi usia lebih dari 6 bulan. Dokter akan menyesuaikan pemberian obat dengan usia si kecil.

    cara meningkatkan imun anak yang sering sakit

    7. Campur obat dengan makanan atau minuman

    Jika anak tidak mau minum obat, siasat terakhir yang bisa Anda lakukan adalah mencampur obat dengan makanan.

    Umumnya, obat tablet atau kapsul bisa Anda selipkan dalam pisang atau nasi. 

    Namun, untuk mencampur obat dengan susu, teh, jus, atau makanan cair lainnya, lebih baik konsultasi dulu dengan dokter mengenai aturan pakai.

    Ada beberapa jenis obat yang tidak boleh diminum bersama teh atau susu karena takut berinteraksi dan menyebabkan risiko efek samping tertentu.

    Mengutip dari Kids Health, jenis obat antibiotik tidak bisa dicampur dengan susu atau minuman lain.

    8. Beri anak pujian

    Minum obat bukan hal menyenangkan, apalagi kalau rasanya pahit. Saat anak berhasil menelan obat, beri apresiasi atau pujian kalau ia sudah melakukan hal yang luar biasa.

    “Hore, sudah minum obat. Terima kasih, ya, biar adik cepat sembuh!” Mungkin ini terkesan sepele, tetapi bisa meningkatkan rasa percaya diri anak.

    Mengutip dari Kids Health, rasa percaya diri bisa membuat anak merasa orangtua menghargai atas apa yang ia lakukan.

    Memberi minum obat pada anak memang menantang, tetapi harus tetap ayah dan ibu lakukan dengan cara yang tepat.

    Hindari untuk mengatakan obat adalah permen karena bisa membuat anak merasa dibohongi ketika rasanya pahit.

    Sementara jika manis, anak akan terus meminta obat tersebut. Tentu ini bukan langkah yang baik, ya, Bu.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 29/08/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan