backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Metode Time Out, Mendisiplinkan Anak Tanpa Perlu Marah-Marah

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 22/05/2023

Metode Time Out, Mendisiplinkan Anak Tanpa Perlu Marah-Marah

Orangtua akan kesal bila anak melakukan kesalahan, terutama saat Anda sedang lelah. Pada momen ini, orangtua perlu mengendalikan emosi saat menghadapi anak, salah satunya dengan metode time out. Bisakah metode time out membantu mendisiplinkan anak dengan baik dan bagaimana cara menerapkannya? Simak ulasannya, yuk!

Apa itu metode time out?

mengatasi anak manja

Mengutip dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), time out adalah metode mendisiplinkan anak dengan cara memindahkan anak ke satu tempat.

Saat pindah ke satu tempat tersebut, anak akan mendapat konsekuensi tidak boleh bicara dengan siapa pun dan tidak ada yang memperhatikannya.

Lewat metode ini, anak akan merasa bosan karena harus berdiam diri di satu tempat tanpa perhatian.

Rasa bosan tersebut bisa menimbulkan efek jera pada anak dan tidak mengulangi kesalahan.

Metode time out masih banyak perdebatan

Time out adalah sebuah metode dipopulerkan oleh seorang psikolog bernama Arthur Staats pada tahun 1950. Saat itu, hukuman fisik sangat populer sehingga Staats membuat metode untuk menyelesaikan permasalahan tanpa kekerasan pada anak.
Namun, mengutip dari Child Mind Institute, metode time out dapat membuat anak merasa kesepian saat melakukan kesalahan. Ketika anak melakukan kesalahan, ia terpaksa harus mengalami kesulitan sendiri. Padahal, perkembangan emosi anak masih belum stabil.

Cara tepat mendisiplinkan anak dengan metode time out

penyakit saraf pada anak

Meski masih menimbulkan pro dan kontra, metode ini masih bisa ayah dan ibu terapkan dengan cara yang tepat.

Tujuan time out bukan menyiksa anak dengan mengurungnya di suatu tempat. Namun, melatih anak untuk belajar menenangkan diri sekaligus melepaskan kemarahan dan kekesalannya.

Metode ini bisa orangtua terapkan pada anak usia dua tahun ke atas. Sebab pada usia tersebut, si Kecil sudah mampu mengontrol dirinya jauh lebih baik.

Pada usia dua tahun juga anak sudah memahami konsekuensinya jika ia melakukan kesalahan. Ini bisa membuat metode time out berpotensi jadi cara ampuh untuk mendisiplinkan anak.

Jangan khawatir, supaya metode time out berhasil, ada poin penting yang harus orangtua perhatikan.

1. Beri anak peringatan dan penjelasan

Saat anak mulai menunjukkan tanda-tanda tantrum, berikan anak peringatan lebih dulu. Anak perlu memahami batasan kesalahan yang ia lakukan.

Ambil contoh, anak melempar mainan sampai rusak atau mengganggu teman saat sedang bermain.

Ayah atau ibu bisa menjelaskan kalau perilaku tersebut tidak baik, misalnya “Kakak jangan lempar-lempar mainan, nanti mainannya rusak. Kalau nggak mau nurut, masuk kamar, ya.”

Pada saat ini, anak akan belajar tentang konsekuensi dari kesalahan yang ia lakukan.

Jika anak mengabaikan peringatan, minta anak untuk pergi ke area time out. Kemudian, jelaskan kesalahannya dan biarkan si kecil duduk merenung sendiri.

2. Pilih waktu dan tempat yang sesuai

anak tantrum manfaat

Saat menerapkan metode time out, langkah pertama yang perlu orangtua lakukan adalah memilih tempat yang sesuai.

Pastikan anak jauh dari lalu lalang orang rumah, suara televisi, mainan, atau bentuk gangguan lainnya. Tempat yang tenang pasti membuat anak bosan dan mau tidak mau merenungkan kesalahannya.

Walau ayah dan ibu meminta anak untuk “menyendiri”, bukan berarti meninggalkan si Kecil tanpa pengawasan.

Setelah memutuskan area time out, tentukan berapa lama anak harus merenungkan kesalahannya.

Aturan waktu yang paling aman adalah satu menit per tahun dari usia anak. Bila anak  berusia 3 tahun, ia mungkin perlu merenungkan kesalahannya sendiri selama tiga menit.

Jika merasa waktu tersebut tidak cukup, orangtua bisa menambah durasi sebanyak dua menit lagi.

Cara mudah untuk mempraktikkannya adalah pilih sudut kamar kosong, sediakan kursi, dan hadapkan anak menghadap tembok.

2. Pakai metode ini pada momen yang tepat

Meski metode time out ini bisa berhasil, terlalu sering menerapkannya bisa membuat anak jadi kebal. Itu artinya, time out tidak lagi ampuh dan harus mencari cara lain untuk mendisiplinkan anak.

Metode bisa orangtua lakukan jika anak mulai tantrum, memukul atau menggigit temannya, atau melempar barang.

Jika kesalahannya karena main lupa waktu atau buang sampah sembarang, sebaiknya terapkan hukuman lain yang lebih cocok.

Ambil contoh, ayah dan ibu bisa menghukum dengan mengurangi jam main dan memintanya membuang sampah pada tempatnya.

4. Orangtua merespons dengan cepat

metode time out

Terkadang, gerak gerik anak tidak bisa orangtua duga sehingga perlu mengawasi si kecil dengan baik.

Saat orangtua melihat anaknya melakukan kesalahan, seperti mengganggu teman, mencoret dinding rumah orang lain, atau berperilaku buruk, segera bawa si Kecil ke tempat sepi.

Setelah itu, beri penjelasan kepadanya bahwa apa yang anak lakukan tidak benar.

“Tidak boleh mengganggu teman, ya, sekarang kakak diam kursi taman ini saja. Ibu melakukan ini karena kakak mengganggu teman. Duduk di sini 3 menit, ya!”

Sambil anak duduk, ibu bisa memperhatikannya sesekali untuk memantau kondisi si kecil.

5. Ajari anak untuk mengakui kesalahan dan minta maaf

Setelah waktu time out habis, ibu bisa menghampirinya lalu bertanya tentang kesalahan yang anak lakukan.

Jika anak mengakui, minta untuk meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya.

Setelah anak mengucapkan maaf dan menunjukkan penyesalan, jangan lupa mengajari dan beri contoh anak untuk memaafkan kesalahan orang lain.

Kemudian, peluk dan tunjukkan kembali kasih sayang ayah dan ibu. Hukuman dan mendisiplinkan anak dengan metode time out cukup sampai di situ, Anda tidak perlu lagi mengoceh panjang lebar.

Biarkan anak kembali beraktivitas seperti biasanya dan suasana jadi hangat kembali.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 22/05/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan