backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Kenali Tanda-Tanda Kekerasan & Pelecehan Seksual pada Anak

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Kenali Tanda-Tanda Kekerasan & Pelecehan Seksual pada Anak

    Kasus kekerasan dan pelecehan seksual pada anak remaja seperti tidak ada habisnya. Tidak semua anak berani untuk menceritakan pengalamannya jika ia pernah mengalaminya. Sebagai orangtuan, Anda perlu lebih peka untuk bisa mengenali perilaku yang tidak tampak seperti biasanya pada anak. Berikut adalah tanda-tanda kekerasan dan pelecehan seksual pada anak yang harus Anda perhatikan dan waspadai.

    Apa saja bentuk kekerasan seksual pada anak?

    Merujuk data Komisi Perlindungan Anak (KPAI) tahun 2015, tercatat ada 21,6 juta kasus pelanggaran hak anak sepanjang tahun 2010-2014. Dari jumlah ini, 58 persennya dikategorikan sebagai kejahatan seksual yang diikuti oleh pembunuhan.

    Kekerasan seksual dapat berupa kekerasan fisik maupun non fisik, berikut di antaranya:

    Kekerasan seksual pada anak secara fisik

    • Menyentuh area intim atau kemaluan anak untuk memenuhi gairahnya.
    • Membuat anak menyentuh bagian privat atau kemaluan pelaku.
    • Membuat anak ikut bermain dalam permainan seksualnya.
    • Memasukkan sesuatu ke dalam kemaluan atau anus anak.

    Kekerasan seksual pada anak non fisik

    • Menunjukkan hal-hal yang bersifat pornografi pada anak, entah itu video, foto, atau gambar.
    • Menyuruh anak berpose tidak waja.
    • Menyuruh anak untuk menonton video porno.
    • Mengintip atau menonton anak yang sedang mandi atau sedang berada di dalam toilet.

    Apa saja bentuk pelecehan seksual terhadap anak?

    Dikutip dari Komnas Perempuan, pelecehan seksual merujuk pada tindakan bernuansa seksual yang disampaikan melalui kontak fisik maupun non fisik, yang menyasar pada bagian tubuh seksual atau seksualitas seseorang.

    Pelecehan seksual terhadap anak atau siapapun bukan semata tentang seks. Inti dari masalah ini adalah penyalahgunaan kekuasaan atau otoritas.

    Pelaku mungkin mencoba untuk meyakinkan korban bahwa perilaku pelecehan yang ia lakukan sebenarnya adalah ketertarikan seksual dan keinginan romantis semata.

    Kebanyakan pelecehan seksual dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan.

    Namun, ada juga kasus pelecehan perempuan terhadap laki-laki, dan juga dengan sesama jenis (baik sesama laki-laki maupun perempuan).

    Jenis-jenis pelecehan seksual

    Menurut kategorinya, pelecehan seksual pada anak remaja atau siapapun dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:

    1. Pelecehan gender:

    Pernyataan dan perilaku seksis yang menghina atau merendahkan jenis kelamin. Termasuk komentar yang menghina, gambar atau tulisan yang merendahkan, lelucon cabul atau humor tentang seks pada umumnya.

    2. Perilaku menggoda

    Perilaku seksual yang menyinggung dan tidak pantas. Seperti mengulangi ajakan seksual yang tidak diinginkan, memaksa untuk kencan, mengirimkan surat dan panggilan telepon yang tak henti-henti meski sudah ditolak.

    3. Penyuapan seksual

    Permintaan aktivitas seksual atau perilaku terkait seks lainnya dengan janji imbalan. Rencana mungkin dilakukan secara terang-terangan atau secara halus.

    4. Pemaksaan seksual

    Pemaksaan aktivitas seksual atau perilaku terkait seks lainnya dengan ancaman hukuman. Contohnya seperti evaluasi kerja yang negatif, pencabutan promosi kerja, dan ancaman pembunuhan.

    5. Pelanggaran seksual

    Pelanggaran seksual berat (seperti menyentuh, merasakan, atau meraih secara paksa) atau penyerangan seksual.

    Menurut perilakunya, pelecehan seksual dibagi menjadi 10 jenis, yaitu:

    • Komentar seksual tentang tubuh
    • Ajakan seksual
    • Sentuhan seksual
    • Grafiti seksual
    • Isyarat seksual
    • Lelucon kotor seksual
    • Menyebarkan rumor tentang aktivitas seksual orang lain
    • Menyentuh diri sendiri secara seksual di depan orang lain
    • Berbicara tentang kegiatan seksual sendiri di depan orang lain
    • Menampilkan gambar, cerita, atau benda seksual

    Bagaimana cara mengetahui anak mengalami kekerasan atau pelecehan seksual?

    Kekerasan atau pelecehan seksual dalam bentuk apapun dapat menimbulkan trauma bagi para korbannya, terutama pada anak remaja.

    Banyak orang mengira bahwa pelaku kekerasan atau pelecehan seksual pada anak sudah pasti orang asing yang belum pernah ditemui atau dikenal anak sebelumnya.

    Faktanya, pelecehan seksual bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk kerabat terdekat bahwa keluarga inti.

    Tekanan yang ia dapat membuatnya tidak berani menceritakan kejadian yang ia alami, bahkan pada Anda sebagai orangtuanya.

    Hal ini membuat ia cenderung menarik diri dan menjadi pendiam. Maka dari itu, Anda harus peka dan memerhatikan perubahan perilaku yang mungkin saja terjadi.

    Tanda awal dari kekerasan seksual yang terjadi pada anak

    Lalu, apa saja tanda dari kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak? Berikut di antaranya:

    • Sering mengalami mimpi buruk hingga mengalami masalah tidur.
    • Perilaku berubah, misalnya menggunakan mainan atau benda sebagai rangsangan seksual.
    • Menjadi sangat tertutup dan pendiam.
    • Dalam keadaan marah, emosinya akan sangat meledak dan tak terkendali.
    • Menyebutkan kata-kata atau istilah yang tidak pantas.
    • Melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.
    • Menceritakan teman barunya yang berusia lebih tua dan menyebutkan kalau ia mendapatkan banyak hadiah dari orang tersebut tanpa alasan yang jelas.
    • Tiba-tiba merasa ketakutan jika diajak ke suatu tempat tertentu atau ketika bertemu dengan orang lain padahal sebelumnya baik-baik saja.
    • Anak mungkin menunjukkan tanda-tanda pemberontakan.
    • Anak menjadi tidak nafsu makan.
    • Anak mungkin mencoba untuk bunuh diri.
    • Sering melamun atau menyendiri, padahal awalnya sangat ceria misalnya.

    Jika Anda melihat tanda-tanda ini pada anak, sebaiknya dekati ia dan usahakan untuk membuatnya cerita apa yang terjadi pada dirinya.

    Meskipun memang tanda-tanda tersebut bisa saja terjadi ketika ia mengalami hal lain dalam hidupnya.

    Seperti ketika menghadapi masalah perceraian orangtua, sedang berduka akibat ada anggota keluarga yang meninggal, atau sekadar memiliki masalah dengan teman.

    Namun, tak ada salahnya untuk menggali terus informasi pada anak dan buat ia nyaman agar ia mau menceritakan apa yang dirasakan saat itu.

    Selain tanda tersebut, ada beberapa tanda fisik dari kekerasan seksual pada anak yang harus diwaspadai. Biasanya, tanda fisik ini dapat terlihat bila kekerasan seksual cukup parah.

    Bahkan, ada kemungkinan telah dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga meninggalkan bekas pada tubuh anak.

    Tanda fisik akibat kekerasan seksual pada anak

    Berikut berbagai tanda fisik akibat kekerasan seksual pada anak:

    • Anak merasa sakit, terjadi perdarahan, atau keluar cairan dari kemaluan, anus, atau mulutnya.
    • Merasa sakit yang berulang-ulang, setiap ia buang air kecil.
    • Menjadi sering mengompol kembali.
    • Nyeri atau kesulitan berjalan atau duduk.
    • Terdapat darah di pakaian dalamnya.
    • Memar di tempat-tempat yang tidak biasa, tanpa alasan jelas.

    Dampak kekerasan atau pelecehan seksual pada anak

    pelecehan seksual anak

    Kekerasan serta pelecehan seksual terhadap anak remaja tidak hanya berdampak pada masa sekarang.

    Namun juga bisa berpotensi bahaya untuk masa depannya. Berikut beberapa dampak yang perlu Anda ketahui:;

    Dampak kekerasan terhadap anak pada tumbuh kembangnya

    Studi embriologi dan pediatri telah menyatakan bahwa otak berkembang dengan kecepatan yang luar biasa selama tahap perkembangan awal bayi, anak-anak, juga remaja.

    Paparan berulang terhadap kekerasan dan tekanan mental berat dapat memengaruhi respon stres otak, sehingga membuatnya menjadi lebih reaktif dan kurang adaptif.

    Penelitian juga telah menemukan bahwa ada kaitan antara kekerasan serta pelecehan pada anak dengan sejumlah masalah kesehatan di kemudian hari, seperti:

    • Perkembangan otak yang terbelakang.
    • Ketidakseimbangan antara kemampuan sosial, emosional dan kognitif.
    • Gangguan berbahasa yang spesifik.
    • Kesulitan dalam penglihatan, bicara dan pendengaran.
    • Peningkatan risiko terkena penyakit kronis seperti penyakit jantung, kanker, penyakit paru kronis, penyakit hati, obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi.
    • Kebiasaan merokok, ketergantungan alkohol, dan penyalahgunaan obat-obatan.

    Dampak kekerasan pada anak terhadap kesehatan mentalnya

    Anak-anak yang pernah mengalami kekerasan dan pelecehan seksual cenderung tidak percaya diri dan tidak percaya pada orang dewasa.

    Mereka mungkin tidak bisa mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, sehingga mengalami gangguan dalam mengendalikan emosi.

    Trauma kekerasan juga pelecehan adalah salah satu faktor risiko dari gangguan kecemasan dan depresi kronis.

    Beberapa kemungkinan efek samping kekerasan anak pada kesehatan mental mereka dapat meliputi:

    Apa yang bisa dilakukan orangtua jika anak mengalami kekerasan seksual?

    Sebagai orangtua yang telah menyadari adanya kekerasan atau pelecehan seksual pada anak, tetap tenang dan tarik napas dalam-dalam.

    Jangan sekali-kali menyalahkan anak karena akan membuatnya semakin terpuruk.

    Berikut langkah bijak yang sebaiknya dilakukan orangtua:

    1. Tetap tenang dan berikan rasa percaya

    Anak akan melihat perilaku Anda sebagai isyarat bahwa mereka akan baik-baik saja.

    Kekerasan dan pelecehan seksual pada anak dapat mengubah pandangan anak terhadap dunia, terutama jika terjadi di usia remaja.

    Namun, terlepas dari seberapa hancur hati Anda, yakinkan anak bahwa ia akan baik-baik saja. Katakan bahwa tidak ada yang berubah darinya. Katakan bahwa ia masih sama seperti yang dulu.

    3. Berikan rasa aman

    Memulihkan rasa aman pada anak merupakan hal yang sangat penting. Kekerasan dan pelecehan seksual pada anak dapat membuatnya kehilangan kontrol sehingga merasa ketakutan bahkan di rumah sendiri.

    Maka dari itu, katakan padanya bahwa Anda akan selalu berada di sisinya. Sampaikan juga bahwa tidak semua orang bersikap jahat. Yakinkan bahwa di dunia ini masih banyak orang baik.

    Hal ini dilakukan agar anak tidak merasa insecure di kemudian hari saat misalnya ia harus kembali berkegiatan di luar rumah.

    4. Jangan biarkan anak menyalahkan diri

    Buatlah anak percaya bahwa bukan dia yang menyebabkan terjadinya kekerasan atau pelecehan seksual.

    Katakan ia tidak bisa disalahkan karena tidak mengetahui bahwa peristiwa itu akan terjadi. Hal ini untuk menghindari terjadinya depresi pada anak terutama remaja.

    Banyak juga orangtua yang menyalahkan anak karena menyembunyikan peristiwa tersebut atau tidak memberi tahu lebih cepat.

    Ingat, anak memiliki beban psikologis tersendiri seperti ketakutan pada dirinya yang telah dijelaskan.

    5. Minta bantuan ahli

    Pertama-tama, tenangkan diri Anda dan selidiki apa yang sebenarnya terjadi dengan bertanya kepada anak mengenai rangkaian peristiwa yang telah dialami olehnya.

    Jika anak sudah memberikan diri untuk menceritakan traumanya, segera laporkan ke pihak berwajib dan minta untuk menjalani visum di rumah sakit.

    Selanjutnya dokter dapat merancang rencana perawatan fisik dan terapi khusus untuk memulihkan kondisi anak.

    Menangkap pelaku kekerasan dan pelecehan seksual memang penting. Namun, memulihkan kondisi kejiwaan anak seperti semula jauh lebih penting.

    Untuk itu, fokuslah pada pemulihan anak Anda dan dampingi selalu agar ia merasa aman dan dilindungi.

    Jika Anda mencurigai anak atau kerabat terdekat Anda mengalami kekerasan seksual dalam bentuk apapun, amat disarankan untuk menghubungi nomor darurat polisi 110KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) di (021) 319-015-56; Komnas Perempuan di (021) 390-3963; SIKAP (Solidaritas Aksi Korban Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan) di (021) 319-069-33; LBH APIK di (021) 877-972-89; atau menghubungi Pusat Krisis Terpadu – RSCM di (021) 361-2261.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan