backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Segala Hal tentang Toilet Training Anak yang Perlu Ortu Tahu

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui seminggu yang lalu

Berikut adalah daftar produk yang bisa bermanfaat untuk Anda. Perlu diketahui, kami bisa saja mendapatkan sedikit komisi setiap kali Anda membeli produk via link ini. Tenang, tidak ada penambahan biaya. Pelajari lebih lanjut soal konten produk marketing kami di sini.

Segala Hal tentang Toilet Training Anak yang Perlu Ortu Tahu

Seiring bertambahnya usia, perkembangan balita juga semakin bertambah. Salah satunya kemampuan buang air di toilet. Mengenalkan toilet training pada anak umumnya bisa mulai dilakukan ketika anak sudah bisa mengendalikan rasa buang air kecil dan besar.

Namun, kapan waktu yang tepat dan bagaimana cara mengenalkan toilet training pada anak? Berikut ulasannya.

Usia berapa perlu mengenalkan toilet training pada anak?

Mengutip dari Mayo Clinic, tingkat keberhasilan memperkenalkan toilet training tidak hanya dilihat dari usia, tapi tergantung pada perkembangan, perilaku, dan kebiasaan anak. 

Meski umumnya anak-anak sudah terlihat siap untuk potty training pada usia 18 bulan sampai anak usia 2 tahun, tapi rata-rata dari mereka bisa dilatih buang air di toilet saat usia 2—3 tahun.

Meski begitu, Anda perlu memahami bahwa setiap anak tidak sama. Bila anak usia 3 tahun belum terlihat tanda siap, tidak perlu terburu-buru.

Mungkin anak Anda masih butuh waktu untuk mulai buang air di toilet secara langsung. Jadi, jangan hanya berpatokan pada usia, perhatikan pula tanda-tanda anak siap potty training.

Tanda anak sudah siap melakukan toilet training

Pernah mendapati popok si Kecil dalam keadaan kering semalaman? Ini adalah salah satu tanda kalau anak Anda sudah bisa mengendalikan rasa buang air kecil dan siap untuk toilet training

Namun, setiap anak memiliki tanda berbeda. Berikut adalah beberapa tanda anak sudah siap potty training. 

  • Anak bisa bilang sudah selesai atau ingin buang air besar atau kecil.
  • Anak tidak betah saat popok kotor dan ingin diganti.
  • Popok anak kering selama 2 jam atau lebih. 
  • Anak sudah bisa melepas celana sendiri.
  • Waktu buang air lebih teratur.
  • Menunjukkan ketertarikan pada orang lain yang menggunakan toilet.
  • Dapat mengikuti instruksi sederhana.

Persiapan yang perlu dilakukan untuk melakukan toilet training

latihan menggunakan toilet

Masa transisi yang baik sangat penting dalam proses pengubahan kebiasaan anak agar ia tidak mengalami trauma.

Jadi, ketika Anda sudah melihat tanda-tanda si Kecil siap potty training, ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan. Berikut beberapa di antaranya.

1. Beri penjelasan tentang buang air di toilet

Beri penjelasan pada anak bahwa toilet merupakan tempat untuk buang air, termasuk kotoran agar tidak menumpuk di dalam popok yang membuatnya tidak nyaman.

Katakan pula padanya kalau toilet adalah tempat yang menyenangkan. Minta anak untuk menyiram (flush) toilet agar ia tahu kalau buang air di toilet adalah kegiatan yang seru.

Saat menjelaskan tentang hal ini, disarankan untuk menggunakan kata-kata yang sebenarnya, seperti buang air besar (BAB) dan buang air kecil atau pipis, untuk mendukung perkembangan bahasa anak.

2. Memilih dudukan toilet yang tepat

Agar anak Anda bersemangat untuk masuk ke fase baru, yaitu buang air di toilet dewasa, Anda bisa memberi dudukan toilet sebagai “hadiah”.

Beberapa anak lebih menyukai menggunakan toilet dewasa sambil memakai dudukan toilet dengan model lucu sesuai kesukaan anak. Ajak anak untuk memilih dudukan toiletnya sendiri.

Namun, pastikan dudukan toiletnya memiliki kualitas baik, seperti stabil ketika ditempel di kloset atau terdapat injakan kaki atau sandaran punggung yang membuat anak nyaman.

3. Kenalkan cara memakai toilet

Anak adalah peniru ulung. Sebelum memulai toilet training, tunjukkan pada anak cara menggunakan toilet.

Ini termasuk bagaimana duduk atau jongkok di toilet serta membersihkan bokong (cebok) dan menyiramnya. 

Jika Anda punya lebih dari satu anak, biarkan anak Anda melihat kakaknya saat menggunakan toilet.

4. Ganti popok di kamar mandi

Pada masa transisi, untuk mengenalkan anak dengan toilet, Anda bisa mengganti popok anak di kamar mandi. Biarkan si Kecil melihat Anda membuang kotoran yang ada di popoknya ke toilet.

Ini sebagai cara untuk “pendekatan” antara anak dan toilet sehingga ia bisa lebih mengetahui tentang tempatnya buang air.

Sambil mengganti popok, ceritakan bahwa nanti dia akan buang air di toilet dan apa saja yang harus ia lakukan di sana. 

Cara mengenalkan toilet training di rumah

bab berdarah pada anak

Tanda-tanda kesiapan sudah terlihat dan persiapan telah dilakukan, saatnya memulai toilet training. Namun, bagaimana caranya?

Berikut beberapa cara melakukan toilet training di rumah.

1. Latihan duduk di atas dudukan toilet

Latih si Kecil untuk duduk di atas dudukan toilet atau berjongkok di atasnya jika menggunakan toilet jongkok.

Lakukan cara ini beberapa kali dalam sehari, setidaknya selama 2—3 menit setiap kalinya, sampai ia terbiasa. Ingat, jangan paksa anak jika ia belum mau. 

Meski ia tidak ingin pipis atau buang air besar, kebiasaan ini membuat anak menemukan posisi yang nyaman di atas toilet.

2. Rutinkan anak ke toilet

Setelah merasa nyaman dan terbiasa, saatnya mulai rutinkan si Kecil ke toilet untuk buang air kecil dan besar.

Awalnya, Anda bisa bawa anak ke toilet setiap bangun tidur, setelah makan, ketika akan tidur, dan setiap 2 jam pada siang hari. Ajak juga ia ke toilet pada waktu ia biasanya buang air besar.

Nantinya setelah terbiasa, Anda dapat menanyakan langsung pada si Kecil apakah ia butuh ke toilet untuk buang air atau tidak.

3. Kenali tanda anak akan buang air

Di luar jam rutinnya ke toilet, perhatikan tanda-tanda anak ingin buang air kecil dan besar. Jika anak memegang area kemaluannya, menyilangkan kaki, atau jongkok, segera bawa ia ke toilet.

Hal ini dapat memberi tahu anak Anda bahwa ketika sinyal atau tanda buang air muncul, segera hentikan apa yang sedang dilakukan kemudian pergilah ke toilet.

Bantu juga anak Anda untuk mengenali apa saja tanda-tanda ingin buang air kecil dan besar ini. Lama kelamaan, ia akan bicara langsung kepada Anda kapan ia perlu buang air.

4. Pakai pakaian yang mudah dilepas

Agar proses di atas mudah, pastikan anak menggunakan pakaian yang mudah dilepas selama melakukan potty training.

Anda bisa memakaikan si Kecil celana yang longgar dengan karet elastis di bagian pinggangnya agar ia dapat melepas sendiri celananya saat akan buang air kecil dan besar.

Hindari memakaikan pakaian yang sulit dilepas, seperti jumper atau baju yang menggunakan kancing di selangkangan.

5. Terapkan kebersihan

Setelah setiap buang air kecil dan besar, basuh area genital si Kecil dengan air lalu siram toiletnya.

Memang membutuhkan waktu sampai anak Anda dapat membersihkan area genitalnya sendiri setiap habis buang air. Jadi, jangan paksa anak untuk membersihkannya sendiri pada masa ini.

Namun, tetap beri tahu anak bahwa tahap mencebok ini penting untuk menghindari penyebaran kuman. Ajarkan pula pada anak untuk selalu mencuci tangannya setiap habis buang air.

6. Bermain dengan melibatkan toilet

Anda bisa mendorong anak untuk menggunakan toilet dengan permainan. Setiap anak menggunakan toilet, Anda bisa berikan poin, misalnya berupa bintang. 

Semakin banyak bintang, semakin besar kesempatan anak memperoleh hadiah. Dengan demikian anak akan terdorong untuk menggunakan toilet lebih sering.

Berikan juga pujian kepada anak setiap ia berhasil buang air di toilet sebagai bentuk apresiasi. Hal ini juga akan membuat anak semangat untuk toilet training.

7. Melepas popok dan pakaikan celana dalam

Setelah beberapa hari atau minggu, Anda bisa mulai melepaskan popok si Kecil dan pakaikan ia celana dalam atau training pants paling tidak selama siang hari.

Beri penekanan bahwa anak tidak boleh pipis atau buang air kecil di celana karena sudah tidak memakai popok.

Umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama sampai anak tidak mengompol saat tidur. Jadi, popok atau kain pelindung kasur bisa digunakan saat si Kecil terlelap.

8. Jangan berikan hukuman saat ia mengompol

Mungkin suatu saat, anak Anda melakukan kesalahan seperti mengompol atau buang air besar di celana. 

Jika ini terjadi, jangan memberi hukuman pada anak atau memarahinya. Bersihkan saja bekas ompol anak serta bantu dan tunggu sampai ia benar-benar tidak lagi mengompol.

Melansir NHS, jika Anda tidak memarahi anak saat ia mengompol, ia tidak akan merasa cemas dan tantrum serta lebih mungkin berhasil pada lain waktu.

Bagaimana melakukan toilet training di luar rumah?

toilet training

Menerapkan toilet training memang lebih mudah dilakukan di rumah. Meski begitu, ada waktu di mana Anda dan si Kecil mungkin perlu pergi ke luar rumah. 

Melansir Raising Children Network, ke mana pun Anda pergi, Anda sebaiknya memeriksa di mana letak toilet terdekat.

Jangan lupa pula untuk membawa celana dalam dan baju ganti, serta plastik atau kantong tahan air untuk menaruh pakaian basah.

Toilet training di daycare

Bila anak Anda pergi ke tempat penitipan anak atau daycare, bicarakan dengan pihak penitipan anak tentang waktu dan program potty training yang sedang Anda lakukan di rumah. 
Beri tahu kapan biasanya anak Anda buang air kecil dan besar agar pengasuh di penitipan bisa mencocokkan dan mendampingi anak, sehingga ia tidak mengompol.

Bagaimana melakukan toilet training pada malam hari?

Ketika anak Anda sudah bisa buang air sendiri di toilet ketika siang hari, mungkin berbeda dengan malam hari. 

Terkadang anak butuh berbulan-bulan kadang tahunan untuk tidak mengompol ketika malam hari. Rata-rata anak berhasil toilet training pada malam hari ketika usia 5—7 tahun. 

Semua butuh waktu, sehingga sangat penting untuk bersabar dalam melatih anak ketika toilet training.

Anda bisa membiasakan anak buang air kecil sebelum tidur dan tidak mengonsumsi menu makanan anak yang terlalu banyak air saat makan malam.

Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan toilet training

melatih anak buang air di toilet

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua saat mulai mengenalkan toilet training pada anak, yaitu sebagai berikut. 

1. Lihat kesiapan anak untuk toilet training

Kesiapan potty training tidak hanya berlaku untuk anak, tapi juga orang tua. Biarkan anak Anda yang mengendalikan dan memimpin keinginan dalam latihan buang air di toilet.

Coba untuk tidak menyamakan keberhasilan dan kesulitan anak lain ketika sedang potty training. Lambat atau cepatnya toilet training tidak terkait dengan kecerdasan anak.

2. Jangan paksa anak

Lihat kondisi anak dan pastikan anak tidak merasa terpaksa saat akan memulai fase training ini. Memaksanya justru dapat mengganggu perkembangan emosional anak.

Jika sudah 4 minggu menjalankan potty training tapi tidak ada perkembangan, jangan paksa. Lebih baik tunggu beberapa waktu dan kemudian coba kembali.

3. Waspadai sembelit

Sembelit bisa saja terjadi pada anak ketika sedang mulai potty training. Untuk menghindarinya, berikan menu makanan anak kaya serat dan perbanyak minum air putih.

Selain memenuhi kebutuhan gizi balita, makanan kaya serat dapat membantu melunakkan feses. Berikan juga pemahaman pada anak agar ia tidak menahan BAB saat tanda-tandanya muncul.

Jika anak mengalami sembelit yang tak kunjung sembuh, segera konsultasikan pada dokter. Selamat mencoba toilet training!

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui seminggu yang lalu

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan