backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Anak Sering Menggertakkan Gigi Saat Tidur, Apa Artinya?

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/09/2023

Anak Sering Menggertakkan Gigi Saat Tidur, Apa Artinya?

Orangtua perlu lebih waspada bila belakangan ini anak mulai menggertakkan gigi saat tidur. Selain karena alasan medis, penyebab anak menggertakkan gigi saat tidur bisa berkaitan dengan masalah mental dan bullyingg.

Mengapa hal ini bisa anak Anda alami? Simak pembahasannya di bawah ini.

Anak menggertakkan gigi saat tidur bisa jadi tanda bullying

korban bullying

Para ahli meyakini bahwa sebagian besar kasus bruxism, termasuk pada anak, dipicu oleh rasa takut, stres, marah, frustrasi, dan kecemasan.

Itu semua merupakan emosi negatif yang bisa dialami korban bullying. Maka dari itu, bruxism pada anak sering kali dikaitkan dengan dampak bullying.

Anak-anak merupakan kelompok usia yang rentan mengalami bruxism atau kebiasaan menggertakkan gigi, terutama saat tidur. Kondisi ini bisa memengaruhi sebanyak 5,9–49,6% anak-anak di seluruh dunia.

Kondisi ini sering terjadi bersamaan dengan gangguan tidur lain, seperti mengorok dan sleep apnea pada anak.

Sebuah studi dalam Journal of Oral Rehabilitation (2017) pernah mengamati remaja usia 13–15 tahun yang menjadi korban bullying dengan kasus sleep bruxism yang dilaporkan sendiri atau oleh orangtuanya.

Hasilnya, para peneliti menemukan remaja yang menggertakkan gigi saat tidur lebih mungkin mengalami bullying ketimbang anak-anak yang tidak melakukan kebiasaan ini.

Korban bullying biasanya tidak berani memberi tahu siapa pun karena diancam oleh si penindas. Akibatnya, anak jadi terus-menerus memendam emosi sendirian. 

Lama-kelamaan, hal ini dapat mengganggu fungsi otak anak dan menjadi penyebab bruxism saat tidur tanpa pernah disadari olehnya.

Faktor lain yang menjadi penyebab anak menggertakkan gigi saat tidur

Tak hanya stres dan emosi yang dipicu bullying, kasus bruxism pada anak-anak menurut Sleep Foundation juga bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti gangguan tidur dan kesehatan mental, gigi berantakan, penggunaan alat ortodontik, hingga paparan asap rokok.

Tanda dan gejala bruxism pada anak-anak

Kasus bruxism yang terjadi saat tidur biasanya jarang disadari oleh anak. Akan tetapi, orangtua mungkin bisa langsung mengetahui bahwa si kecil sering menggertakkan giginya saat tidur.

Selain itu, berikut ini tanda dan gejala bruxism pada anak-anak yang mungkin Anda perhatikan.

  • Menggemeretakkan gigi cukup keras saat tidur, sampai diri sendiri atau orang yang tidur di dekatnya terbangun.
  • Gigi anak lebih pipih, patah, tercuil, atau bahkan goyang.
  • Permukaan gigi anak jadi lebih rata dan tipis.
  • Mengeluhkan gigi sensitif.
  • Merasakan sakit pada dagu, rahang, atau wajahnya, terutama saat bangun tidur.
  • Merasakan sakit pada telinga, padahal tidak bermasalah saat diperiksa oleh dokter.
  • Merasakan sakit kepala ringan, terutama pada daerah sekitar pelipis.
  • Mengalami luka pada gusinya.

Apakah perlu ke dokter bila anak mengalami bruxism?

perbedaan dokter gigi anak

Suara yang dihasilkan oleh gertakan gigi biasanya dapat menyebabkan gangguan tidur bagi anak-anak atau orangtua yang tidur bersamanya di kamar tidur. 

Bruxism pada anak-anak juga meningkatkan risiko gigi goyang atau patah, gangguan sendi temporomandibular, gangguan makan, hingga depresi dan kecemasan.

Maka dari itu, jika anak Anda menggertakkan gigi saat tidur, sebaiknya segera periksa ke dokter untuk mengetahui penyebab dan cara menanganinya.

Anda perlu mengunjungi dokter umum atau dokter gigi anak bila terdapat kondisi berikut.

  • Gigi anak terasa lebih tumpul, rusak, atau sensitif.
  • Bagian dagu, telinga, atau wajah anak terasa sakit.
  • Anak tidak mampu membuka dan menutup rahang secara sempurna.
  • Ada keluhan dari anak atau orang lain yang tidur di dekatnya tentang suara berisik dari kebiasaan menggertakkan gigi saat tidur.
  • Tanda-tanda bullying, baik fisik (lebam atau luka tanpa penyebab jelas) atau perubahan emosional dan perilaku.

Tanda bullying lainnya yang perlu diwaspadai orangtua

bullying pada remaja

Pada dasarnya, bruxism pada anak bukan tanda pasti dari bullying. Akan tetapi, Anda perlu waspada bila kebiasaan ini baru belakangan terjadi dan sebelumnya tidak pernah anak-anak alami.

Selain anak menggeretakkan gigi saat tidur, berikut ini tanda-tanda lain yang harus Anda perhatikan bila mencurigai anak menjadi korban bullying di lingkungannya.

  • Mengalami gangguan tidur, seperti sulit untuk tidur (insomnia) atau sulit bernapas saat tidur (sleep apnea).
  • Merasakan kesulitan untuk berkonsentrasi saat di kelas atau dalam kegiatan apa pun.
  • Sering membuat alasan untuk bolos sekolah, misalnya dengan membuat-buat gejala penyakit, seperti pusing atau sakit perut.
  • Tiba-tiba menjauhkan diri dari aktivitas yang disukai sebelumnya, misalnya ekskul sepak bola atau bermain sepulang sekolah.
  • Tampak gelisah, lesu, muram, putus asa terus-menerus, kehilangan kepercayaan diri, mudah cemas, dan menutup diri dari orang-orang sekitar.
  • Sering mengeluh kehilangan barang atau barang-barangnya rusak, misal buku, pakaian, sepatu, barang elektronik, atau aksesori (jam tangan, gelang, dan kacamata).
  • Nilai menurun, tidak mau mengerjakan tugas sekolah, atau tidak ingin masuk sekolah.
  • Melihat luka memar pada wajah, tangan, dan punggung tiba-tiba tanpa alasan, tetapi anak-anak mungkin beralasan ia terjatuh saat pulang dari sekolah.

Bullying mungkin menjadi salah satu penyebab anak menggertakkan gigi saat tidur. Kondisi ini bisa dipicu oleh rasa takut, marah, hingga stres pada orang-orang yang merundungnya.

Namun, memang tidak ada cara mudah untuk benar-benar mengetahui apa benar anak Anda menjadi korban bullying di sekolah atau lingkungan sekitarnya.

Pasalnya, banyak tanda dan gejala dari korban bullying mirip dengan perilaku remaja pada umumnya.

Jika Anda mencurigai anak mengalami bullying

Segera hubungi KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) di (021) 319-015-56; SIKAP (Solidaritas Aksi Korban Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan) di (021) 319-069-33; atau Unit Layanan Terpadu Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi) di 117 atau e-mail [email protected].

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/09/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan