backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Meningitis pada Anak & Bayi, Infeksi Selaput Otak dan Tulang Belakang

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 20/06/2021

Meningitis pada Anak & Bayi, Infeksi Selaput Otak dan Tulang Belakang

Selain orang dewasa, bayi dan anak juga bisa mengalami penyakit meningitis karena tergolong mudah menular. Maka dari itu, orangtua perlu segera membawa anak ke dokter agar cepat ditangani. Simak penjelasan mengenai gejala, penyebab, hingga pengobatan meningitis pada anak di bawah ini.

Apa itu meningitis pada anak?

Meningitis adalah kondisi yang menyebabkan peradangan pada selaput tipis yang menutupi otak (meninges) dan sumsum tulang belakang.

Perlu Anda ketahui bahwa bayi dan balita adalah kelompok yang paling rentan mengalami meningitis. Pasalnya, lebih dari 50 persen kasus meningitis terjadi pada kelompok ini.

Tak perlu khawatir berlebihan karena apabila dokter melakukan penanganan dengan cepat dan tepat, anak dapat sembuh dari penyakit meningitis ini.

Maka dari itu, anak perlu mendapatkan vaksinasi sesuai jadwal dan secara rutin untuk mencegah penyakit infeksi seperti meningitis.

Gejala meningitis pada anak

Mengutip dari Stanford Children’s Health, gejala meningitis pada bayi dan anak bisa berbeda-beda tergantung dari usia dan penyebabnya.

Apalagi, gejala meningitis awalnya memang tidak terlihat mengkhawatirkan. Beberapa anak mungkin hanya terlihat rewel, lelah, atau seperti mengalami flu.

Namun, setelah itu meningitis bisa berkembang secara tiba-tiba sekaligus menjadi serius dengan cepat sehingga berbagai gejala kemudian akan bermunculan.

Infeksi penyebab meningitis terjadi dari gangguan saluran pernapasan. Pada anak, setelah flu ia akan mengalami infeksi pada sinus serta telinga.

Gejala meningitis pada bayi

  • menjadi lebih rewel dari biasanya,
  • demam,
  • lebih banyak tidur,
  • sulit mengonsumsi ASI,
  • tangisan lebih kencang,
  • terdapat ruam serta bercak berwarna ungu,
  • mengalami kejang dan muntah, serta
  • bintik-bintik lembut yang menonjol di kepala (fontanel).

Gejala meningitis pada anak

  • sakit leher dan punggung,
  • sakit kepala,
  • lebih mudah mengantuk,
  • mudah rewel dan cepat marah,
  • demam,
  • tingkat kesadaran berkurang,
  • mata sensitif terhadap cahaya (fotofobia),
  • kejang,
  • mual dan muntah,
  • terdapat ruam dan bercak keunguan, hingga
  • tingkat kesadaran perlahan berkurang.

Kapan perlu ke dokter?

Jika anak sudah mengalami demam, terlihat sakit, serta muncul ruam, segera cari perawatan medis karena gejala meningitis sering muncul tiba-tiba dan mirip dengan penyakit lainnya.

Hal lainnya yang perlu orangtua perhatikan mengenai gejala meningitis pada anak:

  • jangan menunggu hingga muncul ruam baru pergi ke dokter,
  • tidak semua anak atau bayi mengalami keseluruhan gejala,
  • komplikasi infeksi bisa terjadi dengan atau tanpa meningitis, serta
  • percaya pada insting Anda agar bertindak cepat.

Apa saja komplikasi yang bisa terjadi?

Penanganan dari penyakit ini harus ditangani segera, karena jika tidak akan menyebabkan masalah kesehatan lainnya. Beberapa masalah kesehatan yang berujung pada komplikasi akibat meningitis adalah:

  • hilangnya fungsi pendengaran,
  • perkembangan yang terlambat,
  • kerusakan otak,
  • gagal ginjal,
  • mengalami kejang, dan
  • kematian.

Penyebab meningitis pada anak

Penyebab umum terjadinya meningitis pada anak adalah adanya infeksi dari bakteri, virus, jamur, atau parasit. Infeksi ini berpindah ke cairan tulang belakang serebral (CSF). Sementara CSF merupakan cairan yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang.

Bakteri meningitis biasanya lebih berbahaya daripada virus meningitis. Akan tetapi, apabila gejala meningitis mulai terlihat, apa pun penyebabnya tetap membutuhkan perawatan medis sesegera mungkin.

Beberapa jenis penyebab meningitis dapat menyebar seperti kebanyakan penyakit infeksi pada anak, yaitu melalui sentuhan benda, batuk, bersin dari orang yang terinfeksi.

Virus penyebab meningitis

  • Non-polio enteroviruses, paling sering menyebar melalui kontak dengan kotoran, ludah, atau ingus dari hidung.
  • Virus influenza menyebar melalui batuk, bersin, dan kontak dengan orang yang sedang terinfeksi influenza.
  • Virus herpes simplex (HSV), seseorang dapat menyebarkan HSV ke anak bahkan bayi baru lahir.
  • Virus varicella-zoster, tergolong sangat menular dan menyebabkan cacar dan ruam.
  • Campak dan gondong, virus dari penyakit ini pun sangat menular dan bisa menyebar sewaktu berbicara, batuk, bersin.

Bakteri penyebab meningitis

  • Streptococcus grup B, ini ditularkan dari ibu ke bayi yang baru lahir.
  • Escherichia coli, menyebar dari ibu ke bayi selama persalinan jika terkontaminasi bakteri ini dari makanan.
  • Streptococcus pneumoniae dan Hemophilus influenzae tipe B, bakteri ini umumnya menyebar melalui batuk dan bersin.
  • Listeria monocytogenesis, menyebar melalui makanan yang terkontaminasi.
  • Neisseria meningitidis, bakteri ini bisa menyebar melalui air liur orang dewasa ke bayi.

Orangtua juga perlu tahu bahwa anak lebih berisiko mengalami meningitis jika ia terkena infeksi serta sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Diagnosis meningitis pada anak

Dokter akan bertanya kepada Anda mengenai riwayat kesehatan serta gejala. Apabila setelah pemeriksaan fisik dokter mencurigai meningitis pada anak, maka dokter akan melakukan CT scan, pemeriksaan darah, tes urine, dan pungsi lumbal.

Pemeriksaan tersebut perlu dokter lakukan untuk mendeteksi keberadaan bakteri di cairan otak anak.

  • Lumbal pungsi, satu-satunya tes untuk memeriksa cairan otak dan sumsum tulang belakang.
  • Tes darah, untuk membantu mendiagnosis infeksi penyebab meningitis.
  • CT scan, melihat apakah ada kondisi lainnya yang mirip dengan gejala meningitis.
  • MRI, melihat apakah ada perubahan inflamasi pada area meninges anak.

Pengobatan meningitis pada anak

Pengobatan serta perawatan meningitis pada anak dan bayi akan dokter lakukan sesuai dengan gejala, usia, serta kondisi kesehatan sebelumnya.

Sebagai contoh, jika penyebab meningitis adalah bakteri, dokter akan memberikan antibiotik melalui intravena (IV) serta obat kortikosteroid untuk mengurangi peradangan.

Sedangkan jika penyebab meningitis adalah virus, dokter hanya bisa memberikan obat pereda nyeri untuk meredakan gejala. Hal ini karena meningitis virus umumnya pulih dalam 7 – 10 hari.

Pencegahan meningitis pada anak

Meningitis adalah penyakit yang jarang terjadi, tetapi penyakit ini dapat menjadi penyebab  infeksi serius pada otak, sumsum tulang belakang, dan darah penderitanya.

Tidak hanya itu saja, infeksi akan cepat berkembang menjadi sangat berbahaya, bahkan dapat mematikan hanya dalam beberapa jam saja.

Ini yang membuat orangtua perlu mengetahui gejala meningitis serta melakukan pencegahan seperti tidak melewatkan pemberian vaksin pada anak. 

Vaksin untuk mencegah meningitis

Centers for Disease, Control, & Prevention merekomendasikan vaksin MenACWY pada bayi yang berusia 2 hingga 10 bulan.

Sementara itu, pada anak berusia 10 tahun ke atas, CDC merekomendasikan pemberian vaksin MenB.

Lalu, untuk mencegah gejala meningitis pada anak remaja usia 11 hingga 12 tahun, CDC merekomendasikan vaksin MenACYW.

Kemudian, melakukan vaksinasi tambahan (booster) pada usia 16 tahun. Di Indonesia, vaksin meningitis tidak masuk dalam daftar 5 imunisasi wajib untuk anak.

Pasalnya, salah satu imunisasi wajib tersebut seperti imunisasi DPT dapat memberikan perlindungan bagi bayi maupun anak. Yaitu, perlindungan dari bakteri Haemophylus influeza tipe B (HiB) yang merupakan satu dari beberapa penyebab meningitis.

Namun, sebelum melakukan vaksin sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Ada beberapa kondisi yang membuat anak atau bayi tidak dianjurkan untuk mendapatkan vaksin.

Selain melakukan vaksin lengkap, penting juga untuk selalu menjaga kebersihan anak sebagai cara mencegah penyebaran virus.

Hal di bawah ini dapat mencegah penyebaran serta gejala meningitis pada anak, seperti:

  • Cuci tangan dengan tepat setelah melakukan hal apapun. Ajari pula anak untuk mencuci tangan dengan benar.
  • Hindari berbagi minuman, makanan, alat makan, sikat gigi dengan bayi.
  • Bersihkan permukaan mainan anak dan barang lainnya dengan desinfektan.
  • Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 20/06/2021

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan