Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None
Selain orang dewasa, bayi dan anak juga bisa mengalami penyakit meningitis karena tergolong mudah menular. Maka dari itu, orangtua perlu segera membawa anak ke dokter agar cepat ditangani. Simak penjelasan mengenai gejala, penyebab, hingga pengobatan meningitis pada anak di bawah ini.
Meningitis adalah kondisi yang menyebabkan peradangan pada selaput tipis yang menutupi otak (meninges) dan sumsum tulang belakang.
Perlu Anda ketahui bahwa bayi dan balita adalah kelompok yang paling rentan mengalami meningitis. Pasalnya, lebih dari 50 persen kasus meningitis terjadi pada kelompok ini.
Tak perlu khawatir berlebihan karena apabila dokter melakukan penanganan dengan cepat dan tepat, anak dapat sembuh dari penyakit meningitis ini.
Maka dari itu, anak perlu mendapatkan vaksinasi sesuai jadwal dan secara rutin untuk mencegah penyakit infeksi seperti meningitis.
Mengutip dari Stanford Children’s Health, gejala meningitis pada bayi dan anak bisa berbeda-beda tergantung dari usia dan penyebabnya.
Apalagi, gejala meningitis awalnya memang tidak terlihat mengkhawatirkan. Beberapa anak mungkin hanya terlihat rewel, lelah, atau seperti mengalami flu.
Namun, setelah itu meningitis bisa berkembang secara tiba-tiba sekaligus menjadi serius dengan cepat sehingga berbagai gejala kemudian akan bermunculan.
Infeksi penyebab meningitis terjadi dari gangguan saluran pernapasan. Pada anak, setelah flu ia akan mengalami infeksi pada sinus serta telinga.
Jika anak sudah mengalami demam, terlihat sakit, serta muncul ruam, segera cari perawatan medis karena gejala meningitis sering muncul tiba-tiba dan mirip dengan penyakit lainnya.
Hal lainnya yang perlu orangtua perhatikan mengenai gejala meningitis pada anak:
Penanganan dari penyakit ini harus ditangani segera, karena jika tidak akan menyebabkan masalah kesehatan lainnya. Beberapa masalah kesehatan yang berujung pada komplikasi akibat meningitis adalah:
Penyebab umum terjadinya meningitis pada anak adalah adanya infeksi dari bakteri, virus, jamur, atau parasit. Infeksi ini berpindah ke cairan tulang belakang serebral (CSF). Sementara CSF merupakan cairan yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang.
Bakteri meningitis biasanya lebih berbahaya daripada virus meningitis. Akan tetapi, apabila gejala meningitis mulai terlihat, apa pun penyebabnya tetap membutuhkan perawatan medis sesegera mungkin.
Beberapa jenis penyebab meningitis dapat menyebar seperti kebanyakan penyakit infeksi pada anak, yaitu melalui sentuhan benda, batuk, bersin dari orang yang terinfeksi.
Orangtua juga perlu tahu bahwa anak lebih berisiko mengalami meningitis jika ia terkena infeksi serta sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Dokter akan bertanya kepada Anda mengenai riwayat kesehatan serta gejala. Apabila setelah pemeriksaan fisik dokter mencurigai meningitis pada anak, maka dokter akan melakukan CT scan, pemeriksaan darah, tes urine, dan pungsi lumbal.
Pemeriksaan tersebut perlu dokter lakukan untuk mendeteksi keberadaan bakteri di cairan otak anak.
Pengobatan serta perawatan meningitis pada anak dan bayi akan dokter lakukan sesuai dengan gejala, usia, serta kondisi kesehatan sebelumnya.
Sebagai contoh, jika penyebab meningitis adalah bakteri, dokter akan memberikan antibiotik melalui intravena (IV) serta obat kortikosteroid untuk mengurangi peradangan.
Sedangkan jika penyebab meningitis adalah virus, dokter hanya bisa memberikan obat pereda nyeri untuk meredakan gejala. Hal ini karena meningitis virus umumnya pulih dalam 7 – 10 hari.
Meningitis adalah penyakit yang jarang terjadi, tetapi penyakit ini dapat menjadi penyebab infeksi serius pada otak, sumsum tulang belakang, dan darah penderitanya.
Tidak hanya itu saja, infeksi akan cepat berkembang menjadi sangat berbahaya, bahkan dapat mematikan hanya dalam beberapa jam saja.
Ini yang membuat orangtua perlu mengetahui gejala meningitis serta melakukan pencegahan seperti tidak melewatkan pemberian vaksin pada anak.
Centers for Disease, Control, & Prevention merekomendasikan vaksin MenACWY pada bayi yang berusia 2 hingga 10 bulan.
Sementara itu, pada anak berusia 10 tahun ke atas, CDC merekomendasikan pemberian vaksin MenB.
Lalu, untuk mencegah gejala meningitis pada anak remaja usia 11 hingga 12 tahun, CDC merekomendasikan vaksin MenACYW.
Kemudian, melakukan vaksinasi tambahan (booster) pada usia 16 tahun. Di Indonesia, vaksin meningitis tidak masuk dalam daftar 5 imunisasi wajib untuk anak.
Pasalnya, salah satu imunisasi wajib tersebut seperti imunisasi DPT dapat memberikan perlindungan bagi bayi maupun anak. Yaitu, perlindungan dari bakteri Haemophylus influeza tipe B (HiB) yang merupakan satu dari beberapa penyebab meningitis.
Namun, sebelum melakukan vaksin sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Ada beberapa kondisi yang membuat anak atau bayi tidak dianjurkan untuk mendapatkan vaksin.
Selain melakukan vaksin lengkap, penting juga untuk selalu menjaga kebersihan anak sebagai cara mencegah penyebaran virus.
Hal di bawah ini dapat mencegah penyebaran serta gejala meningitis pada anak, seperti:
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar