backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Kelebihan Gizi Pada Anak Bisa Berbahaya, Ini yang Harus Dipahami Ortu

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 16/06/2022

    Kelebihan Gizi Pada Anak Bisa Berbahaya, Ini yang Harus Dipahami Ortu

    Tentu saja orangtua harus memerhatikan nutrisi anak demi tumbuh kembangnya. Akan tetapi, terlalu sering memberikan makanan terlebih dalam porsi yang besar, justru berisiko membuat berat badan anak melonjak drastis. Alhasil, anak bisa mengalami gizi lebih yang dapat berakibat buruk bagi kesehatannya. Dalam kondisi seperti ini, penanganan seperti apa yang tepat untuk memperbaiki gizi lebih pada anak? Yuk, simak ulasan lengkap mengenai gizi lebih melalui ulasan ini!

    Apa itu gizi lebih?

    anak kegemukan

    Jika selama ini Anda sering mendengar mengenai kurang gizi yang disebabkan oleh minimnya asupan gizi anak, gizi lebih kebalikan dari itu. Gizi lebih adalah kondisi yang terjadi ketika jumlah asupan makanan anak terlalu banyak, sehingga melampaui kebutuhan gizi hariannya.

    Atau dengan kata lain, energi dari makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak sebanding dengan energi yang dipakai untuk beraktivitas. Anak yang mengalami gizi lebih biasanya cenderung hobi makan, bahkan dengan porsi yang banyak.

    Sayangnya, hal tersebut biasanya tidak disertai dengan aktivitas fisik yang rutin dan setara. Akibatnya, sisa energi yang tidak berhasil dibakar oleh tubuh terus mengendap hingga menjadi lemak. Penumpukan lemak inilah yang membuat berat badan anak meningkat, bahkan bisa jauh dari rentang normalnya.

    Apa saja permasalahan gizi lebih pada anak?

    Menurut WHO, ada beberapa masalah yang timbul ketika anak mengalami gizi lebih, yakni:

    1. Overweight (kelebihan berat badan)

    obesitas pada anak

    Berat badan lebih atau lebih akrab disebut sebagai overweight, merupakan kondisi ketika bobot badan anak melebihi tinggi badannya. Hal ini yang kemudian membuat perawakan anak kurang ideal karena tampak gemuk.

    Pada anak usia kurang dari 5 tahun, untuk mengetahui apakah sang buah hati alami kelebihan berat badan dengan indikator perbandigan berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB). Indikator dari penilaian status gizi ini kemudian menggunakan grafik pertumbuhan dari WHO 2006 (cut off z score)

    Anak dikatakan mengalami overweight atau kegemukan, ketika hasil pengukurannya berada di rentang nilai >2 SD sampai dengan 3 SD (standar deviasi). Sementara untuk anak di atas 5 tahun, akan menggunakan grafik dari CDC 2000 (ukuran persentil). 

    Jika mengacu pada grafik CDC, maka anak yang kelebihan berat badan akan berada pada rentang persentil 85 sampai kurang dari 95.

    Selain tubuh yang gemuk dan besar, berikut berbagai gejala yang muncul jika anak mengalami gizi lebih karena kegemukan:

    Ukuran lingkar pinggang dan pinggul besar

    Besarnya ukuran lingkar pinggang dan pinggul menunjukkan simpanan lemak perut yang berlebih. Tanpa disadari, tumpukan lemak di bagian ini dapat meningkatkan risiko serangan penyakit kronis di kemudian hari.

    Nyeri sendi

    Dibandingkan anak dengan berat badan normal, gizi lebih pada anak membuat tulang dan sendinya harus menopang beban ekstra. Tentu saja beban ekstra tersebut berasal dari tumpukan lemak di tubuhnya.

    Akibatnya, anak kerap mengeluhkan nyeri pada otot dan persendian karena tekanan yang diberikan oleh tubuhnya selama beraktivitas.

    Mudah lelah

    Kelebihan bobot tubuh dari rentang normalnya, membuat anak dengan gizi lebih mau tidak mau harus mengeluarkan tenaga lebih saat beraktivitas. Kondisi inilah yang kerap membuat anak menjadi mudah lelah, bahkan mungkin tidak seaktif teman-teman sebayanya.

    Bukan hanya itu. Kelebihan berat badan juga memberikan kerja tambahan bagi organ-organ tubuh, salah satunya paru-paru.

    Anak dengan gizi lebih karena kegemukan dapat mengalami peradangan kronis akibat kondisinya ini. Lambat laun, muncul peradangan pada saluran pernapasan, sehingga membuatnya sulit bernapas dengan lega.

    Kegemukan pada anak tidak bisa dibiarkan begitu saja. Pasalnya, kondisi kegemukan ini bisa berkembang hingga menjadi obesitas di kemudian hari.

    2. Obesitas

    Obesitas adalah status gizi anak yang sudah lebih parah dari sekadar overweight atau kelebihan berat badan. Anak dengan obesitas bisa dibilang mengalami kegemukan. Artinya, kategori gizi lebih pada anak yang mengalami obesitas terpaut jauh dari rentang normal yang seharusnya.

    Mungkin pada awalnya sang buah hati Anda mengalami kelebihan berat badan atau overweight saja. Namun, karena tidak diatur pola makannya dan terus-terusan diberikan makanan yang berlebihan, berat badan anak akan kian bertambah.

    Hal tersebut yang kemudian membuat si kecil berubah dari overweight menjadi obesitas. Sama seperti overweight, obesitas terjadi akibat asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh anak jauh lebih banyak ketimbang kalori yang dipakai sehari-hari untuk beraktivitas.

    Namun, masih ada beragam penyebab obesitas lainnya, seperti:

    • Gemar makan makanan tinggi lemak dan kalori.
    • Males bergerak atau beraktivitas.
    • Kurang tidur. Mengakibatkan perubahan hormon sehingga memicu timbulnya rasa lapar, dan ngidam makanan berkalori tinggi.

    Gejala obesitas pada anak tidak jauh berbeda dengan overweight. Hanya saja, gizi lebih akibat obesitas pada anak membuat ukuran tubuhnya jauh lebih besar ketimbang anak overweight.

    Jika diukur menggunakan grafik WHO 2006 (cut off z score) untuk anak usia kurang dari 5 tahun, indikator berat badan berdasarkan tinggi badannya akan menunjukkan angka lebih dari 3 SD. Sedangkan jika diukur dengan aturan CDC 2000 (ukuran persentil), anak dikatakan obesitas ketika melebihi persentil 95. 

    Oleh karena postur tubuhnya yang sangat gemuk, gizi lebih karena obesitas pada anak dapat membuatnya sulit melakukan berbagai aktivitas. Bahkan meski baru melakukan kegiatan yang ringan saja, anak sangat mudah mengalami kelelahan.

    Bahkan, bahaya obesitas membuat anak berisiko tinggi mengalami penyakit kronis. Mulai dari penyakit jantung, stroke, diabetes, dan lain sebagainya.

    Aturan pola makan untuk mengatasi gizi lebih pada anak

    anak obesitas

    Secara umum, pengaturan makanan harian untuk gizi lebih pada anak, baik itu overweight maupun obesitas, sebenarnya sama. Mengutip dari buku Penuntun Diet Anak yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pengaturan makan ini bertujuan untuk mengurangi asupan harian anak.

    Jadi, Anda harus mengatur jadwal, jenis, dan porsi makannya supaya berat badannya tidak bertambah dan cenderung menurun. Tentu saja target penurunan berat badannya akan disesuaikan dengan tinggi serta tumbuh kembang si kecil.

    Prinsip aturan makan untuk mengatasi gizi lebih pada anak

    Kebutuhan energi anak harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan berat badan ideal sesuai dengan tinggi badannya. Asupan energi sebaiknya dikurangi sekitar 200-500 kkal per hari, tergantung dari total asupannya dan berat badan anak.

    Anak usia 0-3 tahun

    Jika gizi lebih terjadi pada anak usia ini, maka asupan kalorinya tidak perlu dikurangi. Yang terpenting pola dan porsinya diatur supaya berat badannya tidak kian meningkat.

    Namun, jika memang asupan kalorinya harus dikurangi, maka dokter dan ahli gizi akan merancang menu khusus supaya si kecil tetap dapat asupan gizi yang cukup. Sebab hal tersebut dapat memengaruhi proses tumbuh kembang anak.

    Anak usia 4-6 tahun

    Asupan energi diberikan sesuai kebutuhan, dengan mengembalikan pola makan yang tepat sesuai usianya. Asupan kalori baru dikurangi jika ditemukan adanya masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan atau sulit bergerak.

    Total kalori yang bisa dipangkas yakni sekitar 200-300 kkal, dari asupan makanan harian sampai sesuai dengan kebutuhan dan berat badan ideal. Namun, hal ini harus dilakukan atas rekomendasi dari dokter atau ahli gizi dengan pengawasan ketat.

    Anak usia 7-19 tahun

    Memasuki usia ini, penurunan berat badan anak obesitas sudah bisa direncanakan. Umumnya, penurunan berat badan akan ditargetkan sekitar 1-2 kg setiap bulannya. Sementara asupan kalori akan dikurangi sekitar 300-500 kalori dari makanan harian dan dilakukan dengan cara bertahap.

    Target dari pengaturan makan ini bukannya ingin memangkas semua kelebihan berat badan pada si kecil. Namun, sebaiknya berat badan diturunkan hingga mencapai 20 persen di atas berat badan ideal.

    Misalnya, anak laki-laki Anda berusia 10 tahun memiliki berat sebesar 50 kilogram. Padahal berat badan ideal untuk anak 10 tahun adalah sekitar 34 kilogram. Maka setelah dilakukan pengaturan makan ini, anak Anda diharapkan mencapai 20 persen di atas berat badan idealnya atau sekitar 40 kilogram. Dalam kasus ini, target penurunan berat badannya adalah sebanyak 10 kilogram.

    Bukan tanpa alasan menyisakan sedikit berat badannya tersebut. Hal ini tentu saja mempertimbangkan pertumbuhan tinggi yang masih terus berlanjut. Di samping jumlah energi yang diatur, berikut aturan asupan zat gizi dan pola makan lainnya:

  • Asupan karbohidrat berkisar 50-60 persen dari total kebutuhan energi.
  • Asupan protein berkisar 15-20 persen dari total kebutuhan energi.
  • Asupan lemak kurang dari 25-30 persen dari total. kebutuhan energi.
  • Asupan vitamin dan mineral disesuaikan dengan angka kecukupan gizi (AKG) anak.
  • Asupan cairan minimal sesuai AKG.
  • Frekuensi makan sebanyak 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan.
  • Susu diberikan 1-2 gelas per hari, dalam bentuk susu rendah lemak.
  • Pada anak di atas 3 tahun, dianjurkan untuk memberikan makanan sumber serat.
  • Pemberian makanan sebaiknya bervariasi sesuai dengan pola makan anak.
  • Makanan yang dianjurkan dan tidak untuk anak gizi lebih

    makanan junk food bikin imun agresif

    Sebenarnya, hampir semua makanan boleh diberikan pada anak tapi tetap sesuai jumlah yang sudah ditentukan oleh dokter atau ahli gizi Anda. Akan tetapi pada prinsipnya, anak tetap harus menghindari makan makanan dengan kandungan kalori dan lemak yang tinggi.

    Ambil contoh berupa makanan dan minuman manis seperti softdrink, makanan junkfood, dan gorengan. Sebagai gantinya, anak lebih dianjurkan untuk makan sayur dan buah-buahan dalam bentuk utuh. Pasalnya, sumber makanan tersebut mengandung banyak vitamin dan serat yang bisa membantu proses penurunan berat badan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 16/06/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan