backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Penyebab Bayi Kurus Tidak Selalu Kurang Gizi, Ini Faktanya

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 19/02/2024

    Penyebab Bayi Kurus Tidak Selalu Kurang Gizi, Ini Faktanya

    Ibu pernah mendapat komentar kurang menyenangkan seputar kondisi berat badan bayi yang kurang? Mulai dari si Kecil terlihat kurus sampai saran untuk menaikkan berat badan bayi yang sebenarnya sudah ibu lakukan. Memang semua pertanyaan dan komentar itu terasa menyesakkan. Secara garis besar, apa penyebab bayi kurus, ya? Ini penjelasannya.

    Berbagai kemungkinan penyebab bayi kurus

    Mengutip dari Pregnancy, Birth & Baby, bayi masuk kategori kurus bila lahir dengan kondisi berat badan rendah (BBLR) kurang dari 2.500 gram.

    Meski begitu, anak kurus bukan berarti kurang gizi karena ini adalah dua kondisi berbeda. Untuk lebih jelas, ini penyebab bayi kurus meski gizinya sudah tercukupi dengan baik.

    1. Bayi lahir prematur

    bayi prematur

    Janin bisa termasuk kategori prematur ketika ia lahir sebelum usia 37 minggu. Umumnya, kelahiran bayi normal berlangsung sekitar usia kehamilan 37—40 minggu.

    Pada bayi lahir prematur, ia butuh waktu untuk menambah berat badan sedikit lebih lama daripada bayi lahir berat normal. 

    Akan tetapi, tidak perlu khawatir saat penyebab bayi kurus karena bayi yang lahir dengan berat rendah.

    Pasalnya, berat badan bayi rendah, normal, bahkan tinggi, akan menjalani perkembangan yang berbeda-beda.

    Ibu perlu mengetahui cara merawat bayi prematur agar kesehatan dan kondisi si Kecil tetap terjaga.

    Ambil contoh, untuk menyusui bayi prematur, ibu bisa mencoba metode kangguru. Ini adalah cara menggendong bayi yang melibatkan kontak kulit antara ibu dan bayi. 

    Metode kangguru ini bisa menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat dan mendorongnya menyusu dengan baik.

    Saat bayi menyusu dengan lebih semangat, berat badan bayi yang tidak naik perlahan akan bertambah.

    2. Cara menyusui bayi

    Pernah dengar bayi menyusui ASI cenderung lebih kurus dari yang minum susu formula? Mungkin ibu merasa seperti mitos, tetapi ini adalah faktanya. 

    Berdasarkan penelitian Archives Of Pediatrics & Adolescent Medicine, penyebab bayi kurus adalah pemberian ASI eksklusif selama tahun pertama kehidupannya. 

    Studi tersebut menemukan bahwa semakin banyak bayi menyusui ASI, semakin sedikit berat badan yang ia dapat pada usia 3, 5, 7, dan 12 bulan. 

    Sementara itu, bayi yang minum susu formula memiliki kenaikan berat badan yang lebih cepat pada usia tersebut.

    Namun, perlu ibu ingat. Ini bukan berarti bayi yang menyusui ASI yang menjadi penyebab tubuhnya kurus tidak memiliki perkembangan yang sehat.

    Hal ini karena bayi yang minum susu formula sejak baru lahir justru mengalami kelebihan berat badan bahkan sampai obesitas. 

    Maka dari itu, bila ibu memberikan ASI pada si Kecil dan ia terlihat kurus, tidak perlu khawatir. Asalkan perkembangan bayi sesuai dengan grafik yang sudah IDAI tentukan.

    3. Pola makan yang kurang tepat

    Anak kurus memang belum tentu sakit, tetapi orangtua juga perlu evaluasi pola makan sehari-hari. Mungkin berat badan bayi kurang karena cara makan yang kurang tepat.

    Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), jenis dan pola makan yang tepat bisa meningkatkan status gizi bayi.

    Setidaknya, anak yang kurus tetapi grafik pertumbuhan tetap normal akan membuat tubuhnya mampu menangkal infeksi serta penyakit.

    Pada usia 6 bulan ke atas, ASI tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi harian bayi. Maka dari itu, bayi usia 6 bulan ke atas perlu mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI).

    Rekomendasi IDAI untuk pola makan yang tepat untuk bayi usia 6 bulan ke atas yaitu sebagai berikut.

    • Usia 6—8 bulan: 70% ASI, 30% MPASI.
    • Bayi usia 9—11 bulan: 50% ASI, 50% MPASI.
    • Anak usia 12—23 bulan: 70% MPASI, 30% ASI.

    Hindari membuatnya terbalik, misalnya 70% ASI dan 30% MPASI untuk bayi 1—2 tahun. Hal ini karena susu bisa membuatnya lebih cepat kenyang dan tidak mau makan.

    4. Masalah kesehatan

    dokter laktasi

    Saat bayi ibu kurus tetapi grafik pertumbuhan di KMS (Kartu Menuju Sehat) berada pada garis yang sesuai, tandanya kondisi si Kecil masih normal.

    Namun, bila berat badan sudah di bawah garis merah, masalah kesehatan gagal tumbuh bisa menjadi penyebab bayi kurus.

    Mengutip dari American Academy of Family Physicians, bayi masuk kategori gagal tumbuh bila berada di bawah garis -3 SD pada grafik pertumbuhan standar.

    Kasus ini biasanya terjadi karena pemberian ASI yang kurang tepat, misalnya durasi menyusui terlalu sebentar atau botol ASI yang tidak steril. 

    Memang terdengar menakutkan dan membuat ibu merasa gagal sebagai orangtua. Akan tetapi, kondisi ini masih bisa ibu ubah. 

    Ibu bisa menyusui si Kecil lebih lama, sekitar lebih dari 15 menit, sehingga ia mendapatkan lemak dalam ASI (hindmilk).

    Untuk jadwal MPASI, ibu bisa membuatnya lebih teratur dan berikan camilan tinggi kalori. Ambil contoh, mac and cheese yang dilumatkan atau jus pisang.

    5. Penyakit tertentu karena genetik

    Grafik pertumbuhan setiap anak sangat berhubungan dengan kondisi genetik orangtua dan keluarganya. Beberapa penyakit yang menjadi penyebab bayi kurus adalah:

    Pada anak dengan tuberculosis (TB), gejalanya tidak selalu harus batuk atau sesak napas. Berat badan bayi yang tidak naik dan kurang selama beberapa bulan bisa menjadi tanda TB pada bayi.

    Selain itu, untuk anak berkebutuhan khusus, terdapat perbedaan grafik pertumbuhan yang dokter gunakan. 

    Maka dari itu, sebaiknya orangtua konsultasikan ke dokter untuk melihat penyebab bayi kurus dan berat badan tidak naik.

    Kapan perlu ke dokter saat bayi kurus?

    Ketika bayi tampak kurus, terutama jika itu tidak sesuai dengan pola pertumbuhan normalnya, ada beberapa gejala yang mungkin menandakan bahwa Anda perlu membawa bayi Anda ke dokter. Berikut adalah beberapa gejala yang perlu diwaspadai.
    • Penurunan berat badan yang signifikan.
    • Kurang nafsu makan.
    • Lemas atau lesu.
    • Perubahan pada kotoran dan urine.
    • Perubahan pola tidur, seperti tidur lebih banyak dari biasanya atau memiliki kesulitan tidur.
    • Muntah berlebihan.
    • Diare berkepanjangan.
    • Batuk terus-menerus.
    Jika bayi Anda menunjukkan salah satu atau beberapa dari gejala di atas, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi kepada dokter atau petugas kesehatan anak.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 19/02/2024

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan