backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

Tak Perlu Bingung, Ini 7 Pilihan KB yang Aman untuk Ibu Menyusui

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 04/09/2023

    Tak Perlu Bingung, Ini 7 Pilihan KB yang Aman untuk Ibu Menyusui

    Ada jeda waktu tertentu sampai Anda boleh hamil kembali setelah melahirkan. Selama masa menyusui ini, Ibu biasanya membutuhkan alat kontrasepsi atau KB yang aman untuk mencegah kehamilan. Namun, jangan sembarangan memilih alat kontrasepsi atau KB untuk ibu menyusui. Apa saja pilihan yang aman dan bagus? Berikut informasinya. 

    Pilihan KB yang aman untuk ibu menyusui

    Salah satu manfaat pemberian ASI, yaitu menunda terjadinya kehamilan. Hal ini dikenal dengan nama amenore laktasi.

    Namun, menyusui saja mungkin tidak bisa diandalkan untuk mencegah kehamilan dalam jangka panjang.

    Padahal, salah satu tantangan menyusui yang kerap dihadapi Ibu yakni menyusui saat hamil. Oleh karena itu, alat kontrasepsi dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.

    Melansir Planned Parenthood, semua alat kontrasepsi atau KB umumnya aman untuk digunakan oleh ibu menyusui. 

    Meski begitu, alat kontrasepsi atau KB yang mengandung hormon estrogen dapat menurunkan produksi ASI ibu menyusui.

    Atas dasar itulah ibu menyusui dianjurkan untuk lebih cermat dalam memilih alat kontrasepsi atau pil KB guna menunda kehamilan.

    Berikut beberapa jenis KB atau alat kontrasepsi untuk ibu menyusui.

    1. Alat kontrasepsi pil

    pil kb progestin

    Pil KB merupakan satu dari beberapa pilihan alat kontrasepsi bagi ibu menyusui. Kontrasepsi dengan metode pil ini menawarkan dua pilihan yang berbeda.

    Berikut dua jenis alat kontrasepsi pil KB untuk ibu menyusui.

    Pil KB kombinasi

    Pil KB kombinasi, yaitu jenis kontrasepsi yang berisi hormon estrogen dan progestin. Jenis KB ini perlu dikonsumsi rutin setiap hari agar optimal dalam mencegah kehamilan.

    Namun, jenis KB ini dinilai dapat menurunkan produksi ASI karena kandungan estrogen di dalamnya, sehingga jangka waktu pemberian ASI eksklusif bisa lebih singkat dari seharusnya.

    Atas dasar inilah, pil KB kombinasi biasanya tidak terlalu disarankan untuk diminum oleh ibu menyusui.

    Apalagi pil KB kombinasi dapat menyebabkan penggumpalan darah untuk ibu menyusui jika dikonsumsi dalam beberapa minggu setelah kelahiran atau di masa awal menyusui.

    Inilah mengapa dokter biasanya baru memberikan pil KB kombinasi dalam 5—6 minggu setelah melahirkan.

    Pil KB mini

    Pil KB mini (minipill) hanya mengandung progestin di dalamnya, mengutip dari Mayo Clinic, sehingga lebih aman untuk ibu menyusui dibandingkan dengan pil KB kombinasi.

    Ini karena tidak ada kandungan estrogen di dalam pil KB mini yang dipercaya menurunkan produksi ASI. Justru, progestin di dalamnya dapat membantu melancarkan produksi ASI.

    Biasanya, ibu menyusui bisa mulai menggunakan pil KB mini sekitar 6—8 minggu usai melahirkan. Pil KB mini umumnya bisa diperoleh atas resep dokter.

    Cara minum pil KB mini yang aman untuk ibu menyusui pada dasarnya sama seperti pil KB kombinasi, yaitu rutin setiap hari pada waktu yang sama.

    Aturan minum ini perlu ditaati agar kadar hormon di dalam tubuh Ibu tetap stabil. Pasalnya, pil KB mini mengandung lebih sedikit hormon progestin ketimbang pil KB kombinasi.

    Ini dapat menyebabkan kerja hormon progestin dalam pil KB mini hanya mampu bertahan selama 24 jam pada lendir serviks. Lendir serviks bertugas menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim saat berhubungan intim.

    Dampak tidak minum pil KB tepat waktu

    Ketika ibu menyusui lupa minum pil KB atau tidak diminum tepat waktu, kemungkinan dapat berisiko menyebabkan kehamilan. Segera minum dosis pil KB mini yang terlewat ketika Anda ingat. Tidak masalah untuk minum dua pil ini sekaligus dalam satu hari, asal tidak lebih dari 12 jam pada hari yang sama. Setelahnya, lanjutkan untuk minum dosis pil ini seperti biasa selama Ibu sedang menyusui.

    2. IUD

    hamil pakai IUD

    Alat kontrasepsi IUD (intrauterine device) merupakan alat KB jangka panjang yang tidak permanen. Dokter akan memasukkan alat berbentuk seperti huruf T ini ke dalam rahim Anda.

    Pemasangan alat kontrasepsi atau KB IUD untuk ibu menyusui setidaknya dilakukan dalam waktu 6 minggu setelah melahirkan. 

    Sama halnya seperti pil KB, alat kontrasepsi atau KB IUD yang aman dan bagus untuk ibu menyusui juga terbagi atas dua jenis.

    • IUD tembaga. KB IUD dari tembaga tidak mengandung hormon sehingga tidak memengaruhi produksi ASI ibu menyusui. Jenis KB ini bekerja dengan cara mencegah sperma membuahi sel telur. KB IUD tembaga yang aman dan bagus untuk ibu menyusui dapat membantu mencegah kehamilan hingga 10 tahun.
    • IUD yang berisi hormon progesteron (progestin). KB IUD hormonal mengandung kadar hormon progesteron yang rendah, sehingga tidak menyebabkan masalah pada produksi ASI untuk ibu menyusui. Masa kerja IUD hormonal untuk mencegah kehamilan yakni selama 3—5 tahun.

    Keduanya bisa Anda pilih sebagai alat kontrasepsi atau KB yang aman dan bagus digunakan untuk ibu menyusui karena tidak memengaruhi produksi ASI.

    3. Implan

    KB implan susuk yang aman untuk ibu menyusui

    Jika Ibu tidak suka ada alat yang dimasukkan ke dalam rahim, seperti IUD, Anda bisa mencoba alat kontrasepsi atau KB berupa KB implan untuk masa menyusui.

    Alat kontrasepsi atau KB implan bagi ibu menyusui mengandung hormon progesteron (progestin).

    Jenis KB ini perlu ditempatkan di bawah kulit pada lengan atas untuk mendapatkan manfaatnya dalam mencegah kehamilan.

    Alat kontrasepsi atau KB implan yang aman bisa dipakai untuk mencegah kehamilan pada ibu menyusui selama sekitar tiga tahun.

    Penggunaan KB implan yang aman tidak akan memengaruhi produksi ASI untuk ibu menyusui karena hanya mengandung hormon progesteron.

    4. KB suntik

    kb pandemi covid-19

    Alat kontrasepsi KB suntik bisa diberikan kepada ibu menyusui setiap tiga bulan sekali di penyedia layanan kesehatan.

    Alat kontrasepsi KB suntik ini aman untuk ibu menyusui karena hanya mengandung hormon progesteron yang tidak akan mengganggu produksi ASI.

    Namun, kelemahannya adalah kesuburan ibu menyusui lebih sulit untuk kembali setelah berhenti mendapatkan suntikan dari alat kontrasepsi KB suntik ini.

    Ibu menyusui mungkin membutuhkan waktu sekitar 1 tahun untuk mengembalikan masa subur setelah menggunakan alat kontrasepsi KB suntik.

    5. Patch atau koyo

    telat suntik kb

    Ibu menyusui bisa menempel patch KB di punggung, lengan, perut, atau bokong selama seminggu guna membantu menunda kehamilan.

    Sayangnya, patch KB mengandung hormon estrogen dan progesteron.

    Ini artinya, alat kontrasepsi atau KB ini mungkin bukan pilihan terbaik bagi ibu menyusui karena mengandung hormon estrogen yang dapat memengaruhi produksi ASI.

    Namun, jika ibu ingin menggunakannya, sebaiknya tunggulah sampai enam minggu setelah melahirkan.

    6. Cincin vagina

    kb non hormonal yang aman untuk ibu menyusui

    Ibu menyusui bisa menggunakan alat kontrasepsi atau KB cincin dengan cara menempatkannya di dalam vagina dalam kurun waktu tiga minggu.

    Cincin vagina ini mengandung hormon estrogen dan progesteron.

    Artinya, metode alat kontrasepsi atau KB ini juga merupakan pilihan yang kurang baik bagi ibu menyusui karena berisi hormon estrogen.

    Jika Anda ibu menyusui ingin menggunakan alat kontrasepsi atau KB ini, tunggulah waktu sampai enam minggu setelah melahirkan guna menunda kehamilan.

    7. KB dengan metode penghalang

    pakai kondom bisa hamil / kesalahan pakai kondom

    Metode penghalang bertujuan untuk menghalangi sperma masuk ke dalam rahim Anda.

    Alat kontrasepsi atau KB dengan metode penghalang tidak mengandung hormon sama sekali sehingga tidak masalah jika digunakan oleh ibu menyusui. Berikut beberapa di antaranya.

    • Kondom. Kondom termasuk KB yang aman dan mudah untuk ibu menyusui dan dipakai setiap kali berhubungan seksual.
    • Diafragma. Alat ini dirancang untuk menutup serviks sehingga menghalangi sperma masuk. Ibu menyusui bisa menggunakannya 5 minggu atau lebih setelah melahirkan. Hal ini karena penggunaan diafragma harus disesuaikan dengan ukuran tubuh Anda. 
    • Kap serviks. Metode KB atau alat kontrasepsi dengan kap ini juga berfungsi untuk menutupi serviks.Serviks akan melebar sedikit selama melahirkan sehingga mungkin ibu menyusui perlu menunggu setidaknya 6 minggu setelahnya untuk menggunakan KB ini.

    Perlu Anda Ketahui

    Jika ibu menyusui juga menggunakan alat kontrasepsi atau KB berupa spermisida (foam atau krim yang dapat membunuh sperma), kemungkinannya cukup kecil untuk hamil lagi. KB dengan spermisida juga tidak mengandung hormon sehingga aman digunakan untuk ibu menyusui.

    Tetap perhatikan penggunaan KB yang aman untuk ibu menyusui

    tantangan menyusui

    Ibu menyusui sebaiknya memilih alat kontrasepsi atau KB yang tidak mengandung hormon estrogen untuk menunda kehamilan.

    Lagi-lagi, hormon estrogen dapat menurunkan produksi ASI sehingga jadwal menyusui bisa saja menjadi lebih singkat.

    Namun, tidak semua ibu menyusui menggunakan alat kontrasepsi mengandung estrogen mengalami penurunan produksi ASI.

    Agar lebih aman, ada baiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi alat kontrasepsi atau KB yang bagus dan aman saat ibu sedang menyusui.

    Jika Anda mengalami masalah ibu menyusui dan sedang menggunakan alat kontrasepsi hormonal, sebaiknya hentikan terlebih dahulu penggunaannya. 

    Hal ini bertujuan untuk melihat apakah alat kontrasepsi yang Anda gunakan memengaruhi produksi ASI Anda.

    Biasanya, ibu menyusui kerap mengeluhkan produksi ASI sedikit sehingga sulit menambah berat badan bayi.

    Anda bisa mencoba meningkatkan produksi ASI dengan makan makanan ibu menyusui maupun rutin menggunakan pompa ASI untuk mengeluarkan ASI.

    Tak lupa, pastikan Anda menerapkan cara menyimpan ASI yang benar agar tidak cepat basi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 04/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan