backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Bolehkah Obat Hipertensi Diberikan pada Ibu Menyusui?

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Nimas Mita Etika M · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    Bolehkah Obat Hipertensi Diberikan pada Ibu Menyusui?

    Bagi Anda yang punya tekanan darah tinggi (hipertensi), mungkin khawatir ketika harus menyusui si kecil. Ya, tak sedikit ibu dengan hipertensi ragu untuk memberikan ASI pada bayinya, karena takut obat hipertensi yang diminum saat sedang menyusui juga ikut masuk ke dalam ASI dan memengaruhi kesehatan bayi. Akan tetapi, apakah benar obat hipertensi sebaiknya dihindari oleh ibu menyusui? Apakah obat hipertensi tersebut berbahaya bagi kesehatan bayi maupun ibu menyusui? Ini dia jawabannya.

    Bagaimana jika harus minum obat hipertensi saat ibu sedang menyusui?

    Hipertensi adalah gangguan kesehatan kronis yang tidak bisa disembuhkan dan hanya dapat dikendalikan saja. Maka itu, untuk membuat tekanan darah Anda terus normal, dokter menganjurkan untuk minum obat hipertensi. Mungkin sebelum punya bayi, Anda tidak masalah jika harus minum obat tekanan darah tinggi setiap hari. Namun, bagaimana jika harus minum obat hipertensi saat menyusui? Apakah obat tekanan darah tinggi akan masuk ke dalam ASI juga ketika ibu sedang menyusui?

    Banyak ibu yang mengira seperti itu, sehingga mereka enggan menyusui bayinya atau bahkan berhenti minum obat hipertensi tanpa sepengetahuan dokter. Padahal, telah ada bukti ilmiah bahwa memberikan ASI ekslusif dapat membantu menurunkan tekanan darah pada ibu. Jadi, memang sebaiknya tetap berikan si kecil ASI eksklusif meski Anda memiliki tekanan darah tinggi.

    Lagi pula, hampir semua obat hipertensi cenderung aman untuk dikonsumsi ketika menyusui. Bila ada obat hipertensi yang bisa masuk ke ASI, kadarnya hanya sedikit, sehingga ibu menyusui tak perlu khawatir mengenai adanya efek samping obat apa pun pada si kecil.

    Namun, Anda perlu berhati-hati bila bayi Anda lahir prematur. Pemberian ASI yang mengandung suatu obat tertentu, bisa saja memengaruhi kesehatannya karena fungsi tubuhnya, terutama ginjal, belum benar-benar sempurna.

    Jadi, sebaiknya ibu menyusui selalu berkonsultasi dulu pada dokter sebelum menggunakan atau menghentikan obat tekanan darah tinggi. Menghentikan atau mengonsumsi obat tidak sesuai dengan anjuran bisa mengganggu kesehatan Anda maupun sang bayi.

    Apa saja obat hipertensi yang aman untuk diminum ibu menyusui?

    Obat batuk saat menyusui

    Hampir semua obat hipertensi aman untuk dikonsumsi saat menyusui. Namun, hal ini sebenarnya tergantung pada kondisi fisik Anda serta dosis obat yang Anda minum. Semakin parah hipertensi yang dimiliki, maka semakin tinggi dosis obat yang diberikan dokter.

    Beberapa jenis obat hipertensi yang direkomendasikan oleh Drugs.com untuk ibu menyusui adalah methyldopa, beta blocker, calcium channel blocker, ACE inhibitor, dan diuretik.

    Jika ibu menyusui sudah menderita tekanan darah tinggi selama masa kehamilan dan telah mengonsumsi obat hipertensi dari dokter, biasanya obat-obatan tersebut boleh dilanjutkan setelah ibu melahirkan. Namun, tentunya Anda perlu berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter mengenai kombinasi obat-obatan tekanan darah tinggi yang aman untuk ibu menyusui.

    Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai jenis-jenis obat hipertensi yang aman dan direkomendasikan untuk ibu menyusui:

    1. Methyldopa

    Methyldopa termasuk dalam obat hipertensi yang aman dikonsumsi saat menyusui. Obat yang tergolong dalam acting α2-adrenergic agonist ini bekerja dengan cara mengurangi pelepasan catecholamine, kumpulan hormon yang memicu terjadinya vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah).

    Beberapa efek samping yang mungkin dapat timbul dari konsumsi methyldopa adalah kelelahan, sulit tidur, produksi air liur meningkat, serta risiko depresi. Maka itu, obat ini biasanya tidak direkomendasikan untuk ibu menyusui yang pernah atau sedang menderita depresi.

    2. Beta blocker (kecuali atenolol)

    Beta blocker juga merupakan jenis obat hipertensi yang diresepkan dokter untuk ibu menyusui. Obat beta blocker yang umumnya diberikan untuk mengatasi darah tinggi selama menyusui bayi adalah labetalol dan metoprolol

    Labetalol umumnya digunakan untuk mengatasi hipertensi akut yang bersifat parah selama masa menyusui. Selain itu, obat ini dinilai bekerja lebih efektif apabila dibandingkan dengan methyldopa.

    Adapun obat beta blocker lain, yaitu atenolol, tidak dianjurkan untuk ibu menyusui. Menurut Drugs.com, atenolol berpotensi memengaruhi kesehatan bayi, seperti mengalami bradikardia (penurunan detak jantung) atau hipotermia (penurunan suhu tubuh secara drastis).

    3. Calcium channel blocker

    Obat calcium channel blocker, seperti nifedipine dan verapamil sering pula diresepkan untuk membantu mengatasi tekanan darah tinggi pada ibu menyusui. Obat ini bekerja dengan cara merilekskan otot pada pembuluh darah, sehingga aliran darah pun jauh lebih lancar.

    Efek samping yang mungkin dapat timbul dari konsumsi calcium channel blocker meliputi detak jantung tidak beraturan (takikardi atau palpitasi), edema perifer, sakit kepala, dan wajah memerah.

    4. ACE inhibitor

    Obat yang termasuk dalam ACE inhibitor dan digunakan untuk hipertensi pada ibu menyusui adalah captopril, enalapril, dan benazepril.

    ACE inhibitor membantu meringankan gejala hipertensi dengan cara menghambat produksi senyawa angiotensin II. Senyawa tersebut dapat memicu penyempitan pembuluh darah pada penderita hipertensi.

    Efek samping yang berpotensi muncul akibat obat ini adalah sakit kepala, mulut kering, kelelahan, penglihatan buram, tekanan darah rendah, serta berkeringat berlebih.

    5. Diuretik

    Penggunaan diuretik sebagai obat darah tinggi untuk ibu menyusui dinilai aman. Jenis obat diuretik yang umum diberikan pada ibu menyusui adalah hydrochlorothiazide.

    Namun, hydrochlorothiazide diperkirakan dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan diuresis, atau produksi air kencing pada ibu menyusui. Apabila ibu menyusui semakin sering buang air kecil, produksi air susu pun kemungkinan dapat berkurang.

    Akan tetapi, sejauh ini hydrochlorothiazide tidak menyebabkan terjadinya kelainan atau masalah pada bayi yang meminum ASI. Selain hydrochlorothiazide, obat hipertensi diuretik spironolactone juga aman untuk dikonsumsi ibu menyusui.

    Untuk tahu apakah memang aman minum obat darah tinggi saat menyusui, maka sebaiknya bicarakan hal ini pada dokter. Tanyakan juga waktu yang tepat untuk minum obat hipertensi tersebut, apakah ada ketentuan minum sebelum memberikan ASI atau sebaliknya.

    Bagaimana jika bayi mengalami reaksi atau suatu gejala tertentu?

    Meski obat dikonsumsi ibu menyusui cederung aman, tetapi Anda perlu mewaspadai reaksi yang mungkin terjadi pada bayi Anda. Beberapa reaksi tersebut, yaitu:

    • Perubahan pola makan.
    • Perubahan pola tidur.
    • Rewel
    • Masalah kulit tertentu, seperti ruam.

    Bila ini terjadi pada bayi Anda, Anda tidak perlu panik. Gejala atau reaksi yang muncul pada bayi belum tentu berasal dari obat hipertensi yang Anda konsumsi. Namun, jika hal tersebut benar terjadi pada bayi Anda, Anda perlu segera periksakan si kecil ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.

    Selain minum obat hipertensi, ini yang juga perlu dilakukan ibu menyusui

    Meski hipertensi bisa dikontrol melalui obat, ibu menyusui juga perlu menerapkan gaya hidup sehat. Hal ini dapat membantu menurunkan tekanan darah sekaligus melancarkan produksi ASI. Berikut beberapa hal yang perlu ibu menyusui lakukan:

    • Konsumsi makanan yang sehat dan gizi seimbang, dengan tetap mengurangi asupan garam. Perbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh untuk menjaga energi Anda selama menyusui.
    • Minum air yang cukup, termasuk air putih, jus, dan susu agar tetap terhidrasi selama menyusui. Pilihlah susu tanpa lemak agar dapat membantu mengontrol tekanan darah.
    • Kurangi minum alkohol dan kafein yang bisa meningkatkan tekanan darah sekaligus memberikan efek pada bayi Anda.
    • Tidak merokok.
    • Istirahat yang cukup.
    • Mengurangi stres.
    • Rutin olahraga yang ringan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Nimas Mita Etika M · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan