- Tes darah. Memeriksa adanya tanda-tanda infeksi, kondisi genetik, atau kemungkinan penyakit lain selain epilepsi.
- Pemeriksaan neurologis (saraf). Menguji kemampuan motorik, fungsi mental, dan perilaku anak untuk menentukan jenis epilepsi.
- Elektroensefalogram (EEG). Tes paling umum mendiagnosis epilepsi dengan cara menempelkan elektroda ke kulit kepala untuk melihat aktivitas otak.
- Tes pencitraan, seperti CT scan dan MRI. Tes ini dilakukan untuk menentukan area otak mana yang mengalami masalah.
Tes kesehatan tersebut dilakukan bukan hanya untuk mendapatkan diagnosis, tapi juga menentukan jenis obat, tipe epilepsi, dan kondisi penyakitnya.
Jika si kecil dinyatakan posistif memiliki epilepsi, ia harus minum obat antikejang.
Menurut laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, sebagian besar gejala epilepsi pada anak memerlukan pengobatan selama 2 tahun hingga akhirnya bebas kejang.
Dijelaskan pula bahwa angka kekambuhan kejang akan semakin kecil jika si kecil minum obat 2 hingga 3 tahun.
Apabila pada pemeriksaan ulang EEG masih terdapat gelombang kejang, maka pengobatan epilepsi harus diteruskan hingga anak bebas dari kejang.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar