Kesulitan untuk tidur di malam hari atau insomnia. Kesulitan bernapas saat tidur. Penurunan berat badan. Pneumonia. Anak-anak lebih rentan mengalami komplikasi yang disebabkan oleh pertusis. Komplikasi dapat mengalami napas yang berhenti sementara (apnea).
Bahkan, jika terus berlangsung, otak bisa mengalami hipoksia, yaitu kekurangan pasokan oksigen.
Sekitar setengah dari jumlah bayi berusia kurang 1 tahun yang terinfeksi batuk pertusis harus menjalani perawatan rumah sakit akibat komplikasi pernapasan serius, seperti pneumonia atau gangguan fungsi otak.
Selain itu, sebuah penelitian dari University Aarhus N Denmark juga mengungkap bahwa bayi yang terserang batuk rejan berisiko lebih tinggi untuk mengalami epilepsi pada masa kanak-kanak nanti.
Komplikasi yang paling fatal akibat batuk rejan berkepanjangan yakni dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah, sehingga terjadi pendarahan di dalam otak.
Diagnosis batuk rejan
Pada tahap awal diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, menganalisis riwayat kesehatan, dan mencoba mengidentifikasi gangguan kesehatan yang menyerupai gejala pertusis.
Dari sini, dokter mungkin saja mendiagnosis kondisi lain selain pertusis karena dalam banyak kasus gejala yang muncul mirip dengan penyakit pilek atau flu biasa.
Oleh karena itu, dokter biasanya akan mulai mencari analisis pembanding dengan menanyakan separah apa batuk yang dialami atau mendengarkan bunyi batuk untuk mendeteksi adanya suara mengi.
Untuk memperoleh hasil diagnosis yang lebih pasti, dokter biasanya meminta anak untuk menjalani beberapa tes kesehatan sebagai berikut.
- Tes dahak atau sputum: pemeriksaan laboratorium untuk menganalisis sampel lendir yang diambil dari tenggorokan dan hidung sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya bakteri Bordetella pertussis.
- Tes darah: untuk mengetahui jumlah elemen sel darah, terutama sel darah putih. Jika jumlahnya tinggi, maka mengindikasikan terdapat infeksi.
- Tes rontgen dada: mengambil gambar bagian dalam dada menggunakan X-ray untuk memeriksa adanya peradangan atau cairan pada paru-paru.
Pengobatan batuk rejan
Pengobatan pertusis sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setidaknya pada 1—2 minggu pertama sebelum gejala yang lebih serius muncul.
Berikut pengobatan sesuai kondisi pasien.
1. Antibiotik
Karena batuk rejan atau pertusis disebabkan infeksi bakteri, maka jenis obat yang tepat digunakan adalah antibiotik.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), jenis antibiotik yang efektif diguanakan sebagai obat untuk membasmi infeksi bakteri penyebab batuk rejan adalah golongan makrolida, seperti berikut ini.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar