backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Benarkah Langkah Orangtua Memberi Hukuman Mengurung Anak?

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 16/08/2021

    Benarkah Langkah Orangtua Memberi Hukuman Mengurung Anak?

    Selama masa perkembangan, terkadang anak melakukan kesalahan. Saat itu terjadi, beberapa orangtua lebih memilih memberi hukuman mmengurung anak di kamar, daripada memberikan hukuman pada anak yang bersifat fisik. Tujuannya agar anak bisa merenungi dan mau memperbaiki kesalahannya. Lantas, apakah hukuman mengurung anak di kamar ini baik di lakukan? Berikut penjelasannya.

    Apakah tepat memberi hukuman mengurung anak?

    Hukuman mengurung anak sering dipakai orangtua sebagai salah satu teknik mendisiplinkan anak. Hal ini dilakukan ketika anak melakukan hal yang tidak baik, tidak pantas, atau melakukan kesalahan. Psikolog menyebut bentuk hukuman ini sebagai isolasi sosial.

    Isolasi sosial dilakukan dengan memisahkan anak dari orangtua dan anak-anak lain di sebuah ruangan atau tempat tertentu. Melalui isolasi sosial, secara tidak sengaja orangtua memberi pesan kepada anak bahwa kesalahannya tidak bisa diterima.

    Secara psikologis, memberi hukuman mengurung anak sebenarnnya bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan orangtua. Psikolog Mary C. Lamia mengatakan dengan mengurung anak di kamar, orangtua akan sulit mengarahkan kembali atau membantu anak memahami tentang kesalahannya.

    Hal ini bisa terjadi karena anak sudah terlanjur berpikir bahwa orangtua menjauhi atau meninggalkannya saat pengurungan dilakukan. Bukannya memperbaiki kesalahan, anak cenderung untuk merespons hal tersebut dengan menyerang diri sendiri, menyerang orang lain, menarik diri, atau menghindar. Dengan demikian, arahan dari orangtua tidak akan lagi mempan pada anak.

    Institute for Family Studies melansir, pada dasarnya anak-anak, dapat mengatasi setiap masalah dengan baik bila mendapat dukungan dari orang-orang di sekitar mereka.

    Oleh karena itu, anak sebenarnya tidak perlu ditegur saat melakukan kesalahan. Mereka membutuhkan pemahaman dari orangtuanya. Dengan demikian, memberi hukuman mengurung anak di kamar hanya akan membuat mereka merasa menderita sendirian.

    Apa dampak hukuman mengurung anak yang mungkin terjadi?

    Beberapa ahli mengatakan anak yang diisolasi atau dikurung atas kesalahannya, bisa mengalami peningkatan pada aliran darahnya. Kondisi ini sama seperti ketika anak merasakan sakit secara fisik. Dengan demikian, dampak hukuman mengurung anak sama halnya dengan menyakiti anak secara fisik.

    Selain itu, anak yang dikurung juga bisa memberikan dampak negatif lainnya, yaitu:

  • Membuat anak menjadi lebih marah.
  • Mengurangi kapasitas anak untuk mengembangkan coping skill untuk menyelesaikan masalah
  • Merusak hubungan antara orangtua dan anak.
  • Mengabaikan alasan yang mendasari perilaku orangtua.
  • Membuat anak menjadi lebih egois karena mereka kurang memikirkan perilakunya. Justru anak lebih banyak berpikir bahwa apa yang terjadi padanya tidak adil.
  • Membuat anak merasa bahwa dirinya tidak berharga, karena orangtua mengabaikan kebutuhan anak saat mereka paling membutuhkan.
  • Apa alternatif hukuman untuk anak yang efektif ?

    Sebenarnya dibandingkan memberi hukuman mengurung anak, lebih baik untuk anak diberikan bimbingan.

    Oleh karena itu, saat anak berbuat kesalahan, gunakan kesempatan tersebut untuk menyelesaikan permasalahan bersama antara orangtua dan anak. Orangtua perlu menunjukkan rasa empati dan perspektif yang benar mengenai perilaku anak.

    Daripada dikurung, ajaklah anak bicara atas kesalahan yang dibuatnya. Dengan melibatkan percakapan dan kerja sama antara orangtua dan anak, anak akan lebih bisa mengembangkan empati anak, dan demikian juga pemikiran anak. Selain itu, langkah ini pun dapat membangun hubungan yang baik antara orangtua dan anak.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 16/08/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan