backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Risperidone

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 07/09/2023

Risperidone

Risperidone merupakan obat untuk membantu mengatasi beberapa gejala gangguan mental. Obat ini tidak menyembuhkan penyakit, tetapi membantu mengontrol gejala.

Golongan obat: antipsikotik

Merek dagang risperidone: Risperdal Consta, Neripros, Persidal, Risperidone, Noprenia, Respirex, Rizodal, Nuperdal, Noprenia

Apa itu obat risperidone?

Risperidone adalah obat untuk mengatasi gejala gangguan mental. Beberapa kondisi yang bisa diatasi dengan konsumsi obat ini di antaranya:

  • pola perilaku berulang (conduct disorder),
  • skizofrenia pada orang dewasa dan remaja 13 tahun ke atas,
  • episode mania dan campuran pada pengidap gangguan bipolar,
  • gangguan perilaku (perilaku agresif, menyakiti diri sendiri, dan perubahan mood mendadak), dan
  • autisme pada anak berusia 5 hingga 16 tahun.
  • Risperidone termasuk ke dalam golongan antipsikotik. Cara kerja obat ini yaitu membantu memperbaiki keseimbangan senyawa kimia tertentu dalam otak.

    Dosis risperidone

    risperidone

    Risperidone tersedia dalam bentuk injeksi dan tablet salut selaput. Dilansir dari Electronic Medicines Compendium, berikut dosis penggunaannya secara umum.

    Bipolar (intramuskular)

    • Dewasa: sebelum disuntik, pasien harus mengonsumsi risperidone secara oral terlebih dahulu hingga tubuhnya mampu menerima obat. Setelahnya, dosis awal diberikan sebanyak 25 mg setiap dua minggu. Dosis dapat ditingkatkan maksimal menjadi 50 mg per dua minggu sesuai kondisi pasien.

    Skizofrenia (intramuskular)

    • Dewasa: sebelum disuntik, pasien harus mengonsumsi risperidone secara oral terlebih dahulu hingga tubuhnya mampu menerima obat. Setelahnya, dosis awal diberikan sebanyak 25 mg setiap dua minggu. Dosis dapat ditingkatkan maksimal menjadi 50 mg per dua minggu sesuai kondisi pasien.

    Bipolar (oral)

    • Dewasa: dosis awal 2 mg per hari. Dosis dapat ditambah atau dikurangi tergantung respons tubuh pasien.
    • Lansia: dosis awal 0,5 mg, diberikan dua kali dalam sehari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 1 hingga 2 mg sesuai kondisi pasien.

    Skizofrenia (oral)

    • Dewasa: dosis awal 2 mg per hari, dan bisa ditingkatkan menjadi 4 mg pada hari kedua. Dosis dapat ditambah atau dikurangi tergantung respons tubuh.
    • Lansia: dosis awal 0,5 mg, diberikan dua kali dalam sehari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 1 hingga 2 mg sesuai kondisi pasien.

    Perilaku agresif terkait demensia

    • Dewasa: dosis awal 0,25 mg, diberikan dua kali dalam sehari. Dosis dapat ditambah atau dikurangi tergantung respons tubuh. Penggunaan obat tidak boleh lebih dari 6 minggu.

    Iritabilitas terkait autisme

    • Anak dengan berat 15–20 kg: dosis awal 0,25 mg per hari, dapat ditingkatkan menjadi 0,5 mg setelah empat hari. Jika kondisi tidak kunjung membaik, dosis dapat ditambah sebanyak 0,25 mg per harinya.
    • Anak dengan berat 20 kg atau lebih: dosis awal 0,5 mg per hari, dapat ditingkatkan menjadi 1 mg setelah empat hari. Jika kondisi tidak kunjung membaik, dosis dapat ditambah sebanyak 0,5 mg per harinya.

    Conduct disorder

    • Anak dengan berat badan kurang dari 50 kg: dosis awal 0,25 mg diberikan satu kali dalam sehari. Dosis dapat ditingkatkan 0,25 mg per harinya tergantung kondisi pasien.
    • Anak dengan berat badan 50 kg atau lebih: dosis awal 0,5 mg diberikan satu kali dalam sehari. Dosis dapat ditingkatkan 0,5 mg per harinya tergantung kondisi pasien.

    Dosis di atas tidak bisa dijadikan pedoman pasti dalam penggunaan obat ini. Untuk mendapatkan dosis yang sesuai, konsultasikan dengan dokter.

    Aturan pakai risperidone

    Risperidone merupakan obat yang biasa digunakan satu atau dua kali dalam sehari. Pastikan Anda mengikuti resep yang diberikan oleh dokter.

    Jangan menambah atau mengurangi dosis obat tanpa persetujuan dokter. Tindakan tersebut berpotensi membuat gejala gangguan mental bertambah parah.

    Jangan menggunakan teh atau soda saat minum obat ini. Anda disarankan untuk mengonsumsinya dengan air putih, baik dalam keadaan perut kosong atau terisi.

    Dokter mungkin akan memulai pengobatan dengan memberikan dosis rendah terlebih dahulu. Dosis dapat ditingkatkan tergantung respons tubuh terhadap obat.

    Risperidone tidak mengobati penyakit, tetapi membantu mengendalikan gejala. Manfaat obat mungkin baru akan dirasakan beberapa minggu setelah pengobatan.

    Jangan berhenti menggunakan obat tanpa persetujuan dokter. Berhenti minum obat ini dapat memperparah kondisi dan membuat penyakit Anda semakin sulit untuk diobati.

    Efek samping risperidone

    Sama seperti obat lain, penggunaan risperidone dapat memicu kemunculan efek samping. Efek samping yang umum terjadi meliputi:

    • sakit kepala, 
    • tubuh terasa panas atau dingin, 
    • pusing, 
    • timbul rasa kantuk, 
    • mulut kering
    • tubuh terasa lelah, 
    • sulit tidur, hingga 
    • muncul ruam kulit halus.

    Dalam beberapa kasus, pemakaian obat ini juga dapat menimbulkan efek samping serius. Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami kondisi berikut.

    • Otot kaku.
    • Linglung.
    • Detak jantung cepat atau tidak beraturan.
    • Mimisan.
    • Bibir terlihat pucat.
    • Perasaan ingin pingsan.
    • Sakit saat ereksi yang bertahan selama 4 jam atau lebih.

    Efek samping yang dirasakan oleh masing-masing orang mungkin berbeda. Beberapa orang bahkan mungkin tidak merasakan efek apa pun setelah menggunakan obat ini.

    Peringatan dan perhatian saat pakai risperidone

    Sebelum memakai risperidone, beberapa hal perlu diperhatikan untuk mengurangi risiko efek samping yang mungkin ditimbulkan. Sampaikan kepada dokter jika Anda memiliki kondisi berikut.

    • Riwayat alergi terhadap risperidone atau obat sejenis.
    • Memiliki riwayat atau memiliki kondisi seperti kecanduan alkohol, penyakit Parkinson, gangguan sistem saraf, detak jantung tidak teratur, tekanan darah tinggi atau rendah, sakit jantung, diabetes, gangguan hati, atau masalah ginjal.
    • Sedang menjalani pengobatan atau mengonsumsi obat dan vitamin tertentu.
    • Berencana atau sedang hamil.
    • Hendak melakukan operasi, termasuk operasi gigi.

    Nantinya, dokter akan mempertimbangkan apakah Anda boleh menggunkan obat ini atau tidak. Penggunaan obat tanpa izin dokter dapat berbahaya bagi Anda.

    Apakah risperidone aman untuk ibu hamil dan menyusui?

    risperidone untuk ibu hamil

    Hingga kini, belum diketahui apakah risperidone termasuk obat yang aman untuk ibu hamil. Namun, pengobatan serupa bisa meningkatkan risiko bayi lahir dengan gangguan seperti agitasi, tremor, hingga sulit bernapas.

    Sementara pada ibu menyusui, obat ini dapat masuk ke dalam air susu ibu (ASI). Paparan obat ini berpotensi memicu gejala susah makan, kantuk, dan gerakan tak biasa pada bayi.

    Melihat dampak yang bisa ditimbulkan, Anda sebaiknya berkonsultasi ke dokter jika hendak menggunakan risperidone. Dengan begitu, dokter bisa memberikan alternatif obat yang lebih aman.

    Interaksi obat risperidone dengan obat lain

    Risperidone dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain. Sampaikan pada dokter apabila Anda mengonsumsi:

    • obat darah tinggi
    • carbamazepine
    • clozapine
    • fluoxetine atau paroxetine, dan 
    • levodopa.

    Daftar di atas mungkin tidak mencakup semua obat yang dapat berinteraksi dengan risperidone. Maka dari itu, pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter sebelum memakai obat ini.

    Serba-serbi risperidone

    • Digunakan untuk mengendalikan gejala gangguan mental seperti skizofrenia, bipolar, hingga autisme.
    • Dosis berbeda-beda tergantung kondisi yang mendasari dan tingkat keparahan gejala.
    • Tidak disarankan untuk ibu hamil dan menyusui karena dapat memicu kemunculan masalah tertentu pada janin dan bayi.
    • Obat berfungsi untuk mengendalikan gejala, bukan mengobati penyakit.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

    Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


    Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan