backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Spironolactone

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 20/10/2022

Spironolactone

Spironolactone (spironolakton) adalah obat yang berguna untuk mengeluarkan cairan berlebih pada tubuh. Obat ini tergolong keras sehingga hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.

Golongan obat: diuretik.

Merek dagang spironolactone: Spirolacton, Carpiaton, Spirola, Letonal, Aldactone.

Apa itu obat spironolactone?

Spironolactone adalah obat untuk mengurangi penumpukan cairan pada berbagai penyakit, seperti:

Selain itu, obat ini juga membantu menurunkan tekanan darah dan membantu mengurangi risiko stroke, gagal jantung, dan gagal jantung.

Kegunaan spronolactone juga untuk penyakit aldosteronisme, tepatnya hiperaldosteronisme atau orang yang memiliki hormon aldosteron terlalu banyak.

Kadar hormon aldosteron yang terlalu banyak membuat kadar natrium pada tubuh meningkat dan kalium menurun.

Akibatnya, pengidapnya pun rentan mengalami tekanan darah tinggi.

Mengutip situs Pubchem, obat ini bekerja dengan cara mengendalikan kadar aldosteron, sehingga natrium berlebih dibuang melalui urine dan menjaga kadar kalium di tubuh.

Ringkasan

Spironolactone adalah obat untuk membuang natrium dan cairan berlebih melalui urine.

Dosis spironolactone

spironolactone untuk hipertensi

Dikutip dari situs Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), spironolakton di Indonesia tersedia dalam bentuk tablet dan tablet salut selaput dengan konsentrasi sebesar 25 mg dan 100 mg. 

Berikut dosis obat spironolactone yang diberikan berdasarkan jenis penyakit yang timbul.

Asites malignan atau ganas

  • Dewasa: dosis awal untuk asites sebesar 100 – 200 mg setiap hari, dosis bisa meningkat hingga 400 mg per hari.
  • Anak: dosis awal sebesar 1 – 3 mg/kg setiap hari, dibagi ke dalam beberapa dosis.
  • Lansia: mulailah dengan dosis terendah dan titrasi ke atas bila diperlukan.

Edema

Berikan dosis spironolactone awal untuk edema sebesar 100 mg pada orang dewasa.

Setelah itu, dosis bisa disesuaikan hingga 400 mg, tergantung pada respons tubuh.

Gagal jantung kongestif dengan edema

  • Dewasa: dosis awal 100 mg per hari atau 25 0 200 mg per hari sebagai dosis tunggal atau terpisah.
  • Anak: dosis awal sebesar 1 – 3 mg/kg setiap hari dalam dosis terpisah.
  • Lansia: mulailah dengan dosis terendah dan titrasi ke atas bila diperlukan.

Sindrom nefrotik

  • Dewasa: dosis untuk sindrom nefrotik umumnya sebesar 100 – 200 mg setiap hari bila glukokortikoid tidak cukup efektif.
  • Anak: dosis awal sebesar 1 – 3 mg/kg setiap hari dengan dosis terbagi, lalu disesuaikan berdasarkan respons dan toleransi tubuh.
  • Lansia: mulailah dengan dosis terendah dan titrasi ke atas bila diperlukan.
  • Diagnosis hiperaldosteronisme primer

    • Dewasa: untuk uji panjang, berikan spironolactone 400 mg setiap hari selama 3 – 4 minggu. Untuk tes singkat, 400 mg setiap hari selama 4 hari.
    • Anak: 1 – 3 mg/kg setiap hari dalam dosis terbagi, disesuaikan dengan respon dan toleransi tubuh.
    • Lansia: mulailah dengan dosis terendah dan titrasi ke atas bila diperlukan.

    Hipertensi

    Dosis awal 25 – 100 mg setiap hari, dosis tunggal atau terbagi. 

    Sebagai suspensi, dosis awal sebesar 20 – 75 setiap hari sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi.

    Dosis dapat dititrasi dengan jarak minum obat selama 2 minggu.

    Penatalaksanaan hiperaldosteronisme sebelum operasi

    • Dewasa: Berikan dosis sebesar 100 – 400 mg.
    • Anak: Dosis awal 1 – 3 mg/kg berat badan dalam dosis terbagi.

    Sirosis hati dengan asites dan edema

    Untuk orang dewasa, mulai dengan titrasi dosis perlahan.

    Jika kadar perbandingan natrium/kalium pada urine >1, dosis awal sebesar 100 mg setiap hari. 

    Bila perbandingan natrium/kalium pada urine <1, dosis awal sebesar 200 – 400 mg setiap hari.

    Sementara itu, dosis anak-anak diawali dengan 1 – 3 mg/kg setiap hari dalam dosis terbagi.

    Pada lansia, mulailah dengan dosis terendah dan titrasi ke atas bila diperlukan.

    Gagal jantung

    Pada orang dewasa, berikan dosis spironolactone awal 25 mg sekali sehari, tambah menjadi 50 mg sekali sehari bila tubuh bisa menoleransi dan sesuai indikasi klinis.

    Sebagai suspensi, berikan sebanyak 20 mg sekali sehari. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 37,5 mg sesuai dengan indikasi klinis.

    Bila mengalami hiperkalemia, kurangi dosis awal dalam bentuk tablet hingga 25 mg atau 20 mg dalam bentuk suspensi setiap hari

    Pada anak-anak, berikan dosis awal sebesar 1 – 3 mg/kg dalam dosis terbagi. Sesuaikan dosis berdasarkan respons dan toleransi tubuh.

    Pada lansia, mulailah dengan dosis terendah dan titrasi ke atas bila diperlukan.

    Aturan pakai spironolactone

    Obat ini harus dikonsumsi dengan makanan setiap hari. Konsumsi pada waktu yang sama setiap hari.

    Ikuti instruksi dari dokter dan label kemasan. 

    Konsumsi obat ini hanya dengan resep dokter dan hindari mengonsumsi dosis berlebih. Hal ini berguna untuk mencegah overdosis.

    Efek samping spironolactone

    efek samping spironolactone

    Seperti obat pada umumnya, obat ini bisa menyebabkan efek samping meskipun tidak semua orang mengalaminya.

    Hentikan mengonsumsi obat ini dan segera ke dokter bila Anda gejala peningkatan kalium pada darah, seperti berikut ini.

    • Otot berkedut atau lemah.
    • Detak jantung tak stabil.
    • Lemah dan lelah tak wajar.
    • Lumpuh dengan atau tanpa kehilangan kekuatan otot.

    Segera temui dokter bila Anda mengalami kondisi berikut.

    • Reaksi alergi, seperti pembengkakan pada wajah, bibir, dan lidah, susah napas dan menelan, pingsan, ruam dan gatal.
    • Gejala sindrom Stevens-Johnson, seperti ruam merata di sekujur tubuh, demam, lenting, dan luka.
    • Tanda nekrolisis epidermal toksik, seperti kulit memerah, mengelupas, bengkak dan tampak seperti luka bakar parah.
    • Gejala Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms (DRESS), seperti gejala menyerupai flu, ruam pada wajah dan meluas, demam, kelenjar getah bening membesar.

    Berikut ini efek samping spironolactone yang sangat umum dan sering dijumpai.

    • Peningkatan jumlah kalium dalam darah (hiperkalemia).
    • Bingung dan pusing.
    • Mual.
    • Betis dan otot kram.
    • Gagal ginjal akut.
    • Payudara membesar pada pria, nyeri payudara, dan payudara terasa menggumpal.
    • Tubuh lemah secara keseluruhan.
    • Ruam kulit dan gatal-gatal.

    Peringatan dan perhatian saat pakai spironolactone

    Jangan gunakan obat ini bila Anda memiliki kondisi berikut.

    • Alergi terhadap spironolakton atau bahan lain yang terkandung di dalam obat ini.
    • Penyakit Addison.
    • Penyakit ginjal parah.
    • Kadar kalium pada darah yang tinggi.
    • Tidak bisa buang air kecil.

    Segera beri tahu dokter bila Anda mempunyai kondisi berikut.

    • Penyakit yang menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit pada darah, seperti kalium atau natrium.
    • Gagal jantung parah.
    • Sirosis hati.
    • Buang air kecil sedikit.
    • Sedang sakit parah.
    • Kadar keasaman tubuh tinggi.
    • Porfiria.
    • Haid abnormal atau nyeri payudara.
    • Penyakit ginjal, terutama pada anak dengan hipertensi atau penyakit liver.

    Simpan obat pada suhu tidak lebih dari 25 ºC. Pastikan obat tetap disimpan pada kemasan aslinya.

    Apakah spironolactone aman untuk ibu hamil dan menyusui?

    Obat ini bisa menembus plasenta. Untuk itu, dokter harus mempertimbangkan kemungkinan risiko pada ibu hamil dan janin. 

    Selalu konsultasikan ke dokter bila Anda ingin mengonsumsi obat ini dalam keadaan hamil atau berencana hamil.

    Obat ini tidak boleh dikonsumsi pada ibu menyusui. Pasalnya, hasil metabolisme obat ini bisa terserap ke ASI.

    Interaksi obat spironolactone dengan obat lain

    Ada beberapa obat yang memengaruhi kinerja obat ini dan sebaliknya. Beri tahu dokter bila Anda menggunakan obat berikut.

    • Captopril.
    • Enalapril.
    • Valsartan.
    • Losartan.
    • Chlorpropamide.
    • Digoxin.
    • Fludrocortisone.
    • Warfarin.
    • Obat diuretik penahan kalium lainnya.
    • Litium.
    • Ciclosporin atau tacrolimus.
    • Obat antiradang nonsteroid, seperti indometacin dan asam mefenamat.
    • Aspirin.
    • Suplemen kalium.
    • Norepinefrin.
    • Anestesi.
    • Carbenoxolone.
    • Abiraterone.
    • Trimethoprim.

    Spironolactone adalah obat yang berguna untuk membuang natrium berlebih dan menjaga kadar kalium di dalam tubuh.

    Obat ini tergolong keras sehingga harus didapat dengan resep dokter.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

    Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


    Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 20/10/2022

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan