backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Bisakah Hepatitis B Menular Melalui Air Liur Saat Ciuman Bibir?

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 15/08/2023

    Bisakah Hepatitis B Menular Melalui Air Liur Saat Ciuman Bibir?

    Hepatitis merupakan penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus. Salah satu jenis virus penyebabnya, yakni virus hepatitis B (HBV), sangat mudah menular melalui perantara cairan tubuh. Lantas, apakah virus hepatitis B dapat menular melalui air liur?

    Benarkah hepatitis B bisa menular melalui air liur?

    penularan meningitis adalah lewat ciuman

    Ada lima jenis virus hepatitis yang menyerang manusia, yakni virus hepatitis A, B, C, D, dan E. 

    Virus hepatitis A (HAV) dan E (HEV) hanya menular melalui rute fecal-oral. Artinya, penularan terjadi karena Anda mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi virus dari kotoran orang yang sakit.

    Virus hepatitis C (HCV) menular melalui kontak dengan darah yang terkontaminasi, sedangkan virus hepatitis D (HDV) hanya terjadi pada mereka yang terinfeksi hepatitis B sebelumnya.

    Hepatitis B paling banyak ditularkan melalui seks. Menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), HBV dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan darah, cairan vagina, air mani, dan cairan tubuh lainnya.

    Virus hepatitis B tidak ditularkan melalui air liur. Hal ini karena jumlah virus HBV di dalam saliva sangat rendah untuk menimbulkan infeksi menurut beberapa penelitian.

    Meski belum ada studi tentang penularan hepatitis B melalui ciuman, Anda tetap berisiko tertular bila melakukan ciuman bibir dengan orang yang terinfeksi.

    Ketika melakukan ciuman bibir yang intens, mungkin muncul goresan luka pada lapisan mukosa bibir. Luka inilah yang menjadi “gerbang masuk” HBV ke dalam pembuluh darah orang lain. 

    Risiko penularan makin tinggi kalau pengidap HBV mengalami sariawan, memiliki luka terbuka dalam mulut dan bibirnya, atau salah satu pasangan mengenakan kawat gigi.

    Faktor risiko penularan hepatitis B

    • Hubungan seks tidak aman, seperti tanpa kondom dan sering gonta-ganti pasangan.
    • Penggunaan satu jarum suntik yang sama dengan orang lain.
    • Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengidap hepatitis B.
    • Transfusi darah yang terkontaminasi virus HBV.

    Pencegahan penularan virus hepatitis B

    berhubungan seks

    Pada dasarnya, penyakit hepatitis sangat mudah menular dan umumnya mematikan. Penyakit infeksi ini sering kali tidak menimbulkan gejala saat masuk ke dalam tubuh.

    Banyak pengidap hepatitis B tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi. Kondisi inilah yang kian mempermudah penularan infeksi virus ini terhadap orang lain.

    Untuk mengurangi risiko penularan hepatitis B, berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan.

    1. Gunakan kondom saat berhubungan intim

    Penggunaan kondom merupakan salah satu prinsip hubungan seks aman yang bisa mencegah penularan hepatitis B dan infeksi menular seksual lainnya.

    Gunakanlah kondom berbahan lateks saat Anda melakukan segala jenis aktivitas seksual, termasuk seks oral atau seks anal.

    Selain itu, pakai juga pelumas berbasis air guna mengurangi kemungkinan kondom robek. Hal ini juga bertujuan mencegah timbulnya luka akibat gesekan penis dalam vagina.

    2. Hindari aktivitas seksual yang berisiko

    Ingatlah selalu bahwa virus hepatitis B menular lewat kontak langsung dengan darah, air mani, cairan vagina, dan luka terbuka pada kulit.

    Oleh sebab itu, hindari aktivitas yang berisiko, seperti berciuman bibir saat sariawan, berhubungan intim saat menstruasi, atau menyentuh bagian tubuh pasangan yang memiliki luka terbuka.

    Hindari pula penggunaan mainan seks (sex toy) secara bergantian dengan pasangan. Setelah digunakan, pastikan Anda selalu mencuci dan membersihkannya.

    3. Setia terhadap satu pasangan

    Apabila Anda terbiasa berganti pasangan seksual, Anda tentu lebih berisiko terhadap bahaya penularan hepatitis B melalui hubungan intim.

    Maka dari itu, jangan bergonta-ganti pasangan seksual. Ingat juga untuk tidak melakukan hubungan intim tanpa kondom dengan orang lain yang status kesehatannya tidak Anda ketahui pasti. 

    Dalam banyak kasus, tanda dan gejala penyakit hepatitis B tidak mudah dikenali.

    4. Lakukan tes hepatitis

    tes darah deteksi kesehatan jantung

    Hepatitis B sering disebut sebagai silent killer. Banyaknya orang yang tidak bergejala membuat penyakit ini terus berkembang parah dan tanpa disadari selama bertahun-tahun.

    Langkah terbaik guna mengetahui apakah Anda atau pasangan terinfeksi virus ini yakni dengan melakukan tes diagnosis hepatitis B.

    Umumnya, tes dilakukan dengan mengecek sampel darah. Jika setelah tes diketahui Anda atau pasangan mengidap hepatitis, segera lakukan vaksinasi pada orang yang sehat.

    5. Vaksinasi

    Vaksinasi menjadi cara paling ampuh untuk mencegah penyakit ini. Para ahli mengklaim vaksin hepatitis B memiliki efektivitas 98–100% untuk menjaga tubuh dari infeksi virus.

    Dosis pertama vaksin hepatitis B diberikan kurang dari 24 jam setelah bayi lahir. Lalu, tiga dosis berikutnya akan diberikan pada saat bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan.

    Jika Anda belum pernah memperoleh dosis atau tidak yakin dengan status vaksinasi Anda, konsultasi dengan dokter untuk mengetahui penanganan yang tepat.

    Kesimpulan

    • Virus hepatitis B (HBV) tidak menular melalui air liur. Jumlah virus HBV di dalam saliva sangat rendah untuk menyebabkan infeksi.
    • Penularan hepatitis B umumnya terjadi melalui kontak langsung dengan darah, cairan vagina, dan air mani melalui hubungan seksual yang tidak aman.
    • Langkah pencegahan bisa dilakukan dengan menerapkan hubungan intim yang aman, setia pada satu pasangan, serta menjalani tes hepatitis dan vaksinasi hepatitis B.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 15/08/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan