backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Nalokson

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 09/12/2021

    Nalokson

    Nalokson (naloxone) adalah obat untuk pasien yang ketergantungan dan overdosis obat golongan opioid. Bila pernapasan seseorang melambat karena overdosis opioid, nalokson cepat memulihkan pernapasan menjadi normal. Namun, naloxone tidak berpengaruh pada orang yang tidak memakai opioid. 

    Golongan obat: Antidot dan obat lain untuk keracunan

    Merek dagang nalokson: Nokoba, kabirevo, suboxone dan targine (kombinasi naloxone dengan obat lain)

    Apa itu nalokson?

    Mengutip dari National Institute on Drugs Abuse, nalokson adalah obat untuk pengobatan overdosis darurat narkotika golongan opioid (heroin, morfin, oksikodon).

    Gejala overdosis serius dari opioid yaitu:

    • tidak sadarkan diri,
    • pupil mata mengecil,
    • pernapasan lambat,
    • muntah,
    • tidak mampu bicara,
    • detak jantung lemah,
    • tangan kaki lemas,
    • kulit pucat, 
    • warna bibir dan kuku ungu.

    Obat ini termasuk dalam kelas antagonis narkotika (opioid) dan bekerja dengan cara menghalangi efek dari narkotika di otak.

    Dosis nalokson

    Mengutip dari MIMS, berikut dosis penggunaan naloxone sesuai dengan usia dan kondisi pasien. 

    Naloxone injeksi

    Dosis naloxone selama operasi untuk mengembalikan efek penekanan sistem saraf pusat akibat pemakaian opioid selama operasi. 

    Orang dewasa, nalokson hidroklorida: 100-200 mcg

    Pemberian tambahan 100 mcg bila pasien memerlukan dengan interval 2-3 menit.

    Dokter akan melakukan pengulangan dosis dalam 1-2 jam tergantung jenis dan interval waktu pemberian opioid terakhir.

    Anak-anak, nalokson hidroklorida: 10-20 mcg/kg (mikrogram per kilogram)

    Pemberian dengan interval 2-3 menit sampai respon membaik. 

    Bila memerlukan dosis tambahan, berikan dengan interval 1-2 jam tergantung pada dosis, jenis, dan interval pemberian opioid terakhir.

    Dosis nalokson intravena dengan kondisi overdosis opioid

    Dewasa, nalokson hidroklorida: 0,4-2 miligram diulang jika perlu dengan interval 2-3 menit

    Bila tidak ada respon setelah pemberian nalokson 10 mg, pertimbangkan kemungkinan overdosis dengan obat lain.

    Anak-anak, nalokson hidroklorida: 10 mcg/kg dosis awal, penambahan 100 mcg/kg bila perlu

    Alternatif lain pemberian obat bisa melalui intramuskular (otot) bila tidak memungkinan melalui intravena.

    Dosis nalokson kondisi depresi pernapasan 

    Dosis anak-anak: 10 mcg/kg lewat injeksi intravena atau intramuskular. Pengulangan dengan interval 2-3 menit bila perlu.

    Pemberian obat atau cairan melalui pembuluh darah. Pasien dengan kondisi depresi pernapasan yang diinduksi opioid pada bayi karena analgesia obstetrik.

    Aturan pakai nalokson

    Naloxone termasuk obat keras yang harus Anda dapatkan dengan resep dokter. Gunakan naloxone seperti yang dokter lakukan saat memberi contoh pertama kali.

    Ikuti petunjuk pada label resep dan baca semua panduan pengobatan atau lembar instruksi pemberian obat.

    Di Indonesia, belum tersedia sediaan naloxone berbentuk pre-filled syringe/auto injector seperti penggunaan insulin pen.

    Untuk mendapatkan obat ini, Anda masih perlu pergi ke fasilitas kesehatan seperti rumah sakit.

    Efek samping nalokson

    Seperti obat pada umumnya, naloxone juga bisa menimbulkan efek samping. Segera menuju unit gawat darurat bila mengalami reaksi alergi terhadap naloxone, seperti:

    • gatal-gatal, 
    • kesulitan bernapas, 
    • pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.

    Mengingat nalokson membalikkan efek opioid, pemberian obat ini bisa menyebabkan gejala lain, seperti:

  • mual dan muntah,
  • nyeri perut sampai diare,
  • demam,
  • tubuh berkeringat,
  • badan lemas dan nyeri,
  • tremor atau menggigil,detak jantung cepat,
  • tekanan darah meningkat,
  • hidung meler,
  • gelisah, gugup, atau mudah tersinggung. 
  • Mengutip dari Drugs, ibu yang mengonsumsi obat naloxone, ada kemungkinan bayi mengalami ketergantungan. 

    Beberapa gejalanya seperti menangis, tubuh kaku, sampai kejang. Segera mendapat bantuan medis darurat bila ragu memberikan naloxone secara tepat.

    Peringatan dan perhatian saat pakai obat nalokson

    Sebelum menggunakan injeksi nalokson, beri tahu dokter dan apoteker jika alergi terhadap obat ini, obat lain, atau salah satu bahan dalam obat. 

    Bila memungkinan, sebelum mendapatkan obat nalokson beritahu dokter bila memiliki masalah jantung, sedang hamil, atau menyusui.

    Pemakaian naloxone pada ibu hamil dan menyusui bisa menyebabkan opioid withdrawal effects pada janin. Overdosis opioid juga bisa berakibat fatal pada ibu dan bayi.

    Jika menerima naloxone injeksi selama kehamilan, dokter mungkin perlu memantau janin dengan hati-hati setelah mengonsumsi obat.

    Apakah naloxone aman untuk ibu hamil dan menyusui?

    Nalokson termasuk ke dalam risiko kehamilan kategori C menurut US Food and Drugs Administration (FDA).

    Artinya, studi pada hewan menunjukkan efek buruk naloxone terhadap janin.

    Akan tetapi, mengutip dari Drugs, naloxone bisa berdampak pada janin bila ibu hamil mengonsumsinya.

    Sebaiknya, sebelum mengonsumsi obat ini, beritahu dokter dan tenaga kesehatan lain kalau Anda sedang mengandung.

    Interaksi nalokson dengan obat lain

    Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat Anda atau meningkatkan risiko efek samping yang serius. 

    Mengutip dari Medicine, bila Anda menerima dosis naloxone sesuai standar, tidak ada interaksi dengan obat bius dan obat penenang.

    Bila Anda mengonsumsi obat penghilang rasa sakit seperti buprenofin, efeknya akan lebih kuat bila mengonsumsinya bersama dengan naloxone.

    Obat lain yang berinteraksi dengan naloxone adalah antihipertensi seperti clonidine yang memengaruhi jantung.

    Selain obat-obatan, ada kesehatan lain yang bisa memengaruhi penggunaan nalokson, terutama:

    Mengingat naloxone adalah termasuk ke dalam obat keras, penggunaannya harus dengan pengawasan dokter.

    Segera menuju unit gawat darurat bila pasien mengalami gejala alergi dan perburukan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

    Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 09/12/2021

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan