backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Diltiazem

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 26/10/2022

Diltiazem

Diltiazem adalah obat untuk mengatasi tekanan darah tinggi dan mengendalikan nyeri dada atau angina. Obat ini tergolong keras sehingga harus didapat menggunakan resep dokter.

Golongan obat: antihipertensi, obat kardiovaskuler.

Merek dagang diltiazem: Herbesser, Diltiazem generik, Dilmen, Diltiazem HCl, Farmabes, Cordila.

Apa itu diltiazem?

Diltiazem adalah obat penurun tekanan darah tinggi atau hipertensi sekaligus mengontrol nyeri dada. 

Obat ini tergolong ke dalam kelas obat calcium-channel blockers atau penghambat saluran kalsium.

Dalam menurunkan tekanan darah, obat darah tinggi ini bekerja dengan cara menghambat kalsium menuju otot pada jantung dan pembuluh darah. 

Hal ini membuat otot melemas sehingga jantung tidak perlu memompa darah terlalu keras. Efeknya, tekanan darah pun turun.

Pada angina, diltiazem bekerja dengan memperlebar pembuluh darah jantung sehingga mendapatkan lebih banyak oksigen. 

Hal ini membuat pembuluh darah lemas dan melebar rasa nyeri pun berkurang.

Obat ini diberikan agar mengurangi risiko komplikasi hipertensi yang lebih berbahaya.

Ringkasan

Diltiazem adalah obat untuk mengatasi hipertensi dan mengurangi nyeri dada. Obat ini menghambat saluran kalsium sehingga pembuluh darah lemas dan aliran darah menjadi lancar.

Dosis diltiazem

Diltiazem untuk hipertensi

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), diltiazem tersedia dalam bentuk serbuk injeksi, tablet, kapsul pelepasan lambat, dan cairan injeksi.

Konsentrasi dialtezam yang terkandung sebesar 5 mg, 30 mg, 50 mg, 60 mg, 90 mg, 100 mg, 180 mg, dan 200 mg.

Untuk obat injeksi, konsentrasi yang tersedia sebesar 5 mg/ml.

Mengetahui dosis obat penting untuk mencegah overdosis atau dosis berlebih yang bisa menimbulkan bahaya.

Berikut dosis obat berdasarkan keluhan yang timbul.

Aritmia jantung

Obat diberikan secara intravena atau menggunakan infus. Dosis awal sebesar 250 mcg/kg melalui injeksi bolus selama 2 menit. 

Selanjutnya, dosis bisa ditambah menjadi 350 mcg/kg setelah 15 menit bila diperlukan.

Pada pasien dengan fibrilasi atrium atau flutter, berikan infus setelah injeksi bolus dengan kecepatan 5 – 10 mg/jam. 

Dosis bisa ditingkatkan sebanyak 5 mg/jam hingga dosis maksimal sebesar 15 mg/jam. Infus bisa dilanjutkan hingga 24 jam.

Angina pektoris

Berikan tablet minum sebesar 30 mg sebanyak 4 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan dan dibagi dengan rentang waktu 1 – 2 hari sampai tubuh bisa mendapatkan hasil yang diharapkan.

Dosis maksimal adalah 360 mg setiap hari dalam dosis terbagi.

Untuk kapsul lepas lambat, berikan dosis awal sebesar 60 mg sehari, lalu dosis bisa ditingkatkan menjadi 360 mg setiap hari dalam dosis terbagi. 

Jika dibutuhkan, dosis bisa bertambah menjadi 480 mg per hari. Penyesuaian dosis dan jumlah minum dalam sehari bisa beragam.

Pada lansia, berikan tablet atau kapsul lepas lambat dengan dosis awal sebesar 60 mg dua kali sehari. 

Dosis bisa ditingkatkan secara hati-hati menjadi 240 mg sekali sehari bila denyut jantung tetap berada di >50 denyut per menit.

Hipertensi

Pada orang dewasa, berikan kapsul pelepasan lambat dengan dosis awal sebesar 90 – 120 mg 2 kali sehari. 

Dosis dapat bertambah menjadi 180 mg 2 kali sehari bila perlu. Dosis maksimal sebesar 360 mg per hari.

Pada lansia, obat yang diberikan berupa kapsul lepas lambat dengan dosis awal sebesar 60 mg dua kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 240 mg sehari sekali.

Aturan pakai diltiazem

Konsumsi obat tablet dan kapsul lepas lambat dengan cara menelan dengan utuh menggunakan air minum. 

Hindari pula menghancurkan, mengunyah, atau menggerus obat kapsul dan tablet. Obat diminum sebelum atau saat Anda makan.

Sementara itu, obat injeksi hanya boleh diberikan dengan dokter atau perawat saat Anda di rumah sakit atau tempat praktik.

Efek samping diltiazem

Sama seperti obat pada umumnya, diltiazem bisa memicu efek samping meskipun tidak semua orang mengalaminya.

Hentikan pengobatan dan temui dokter bila Anda mengalami efek samping berikut.

  • Reaksi alergi seperti ruam, sulit menelan atau bernapas, dan pembengkakan pada area wajah.
  • Asma semakin parah.
  • Sulit bernapas, napas berbunyi, dan dada sesak.
  • Sindrom Stevens-Johnson ditandai dengan kulit melepuh atau mengelupas di sekitar bibir, mata, mulut, hidung, dan kelamin. Muncul pula gejala flu dan demam.
  • Nekrolisis epidermal toksik ciri-cirinya yaitu lepuh parah yang membuat kulit terkelupas di sekujur tubuh. Anda juga mengalami demam, menggigil, dan nyeri otot.
  • Eritema multiforme, yaitu kulit ruam dan luka yang membentuk seperti lingkaran merah, terasa gatal, bersisik, dan berisi cairan.

Segera beri tahu dokter bila Anda mengalami efek samping yang umum dialami berikut.

  • Detak jantung melambat atau tidak stabil.
  • Pembengkakan betis bawah.
  • Sakit perut, maag, sembelit, dan diare.
  • Sakit kepala.
  • Tubuh terasa panas.
  • Mual dan muntah.
  • Meriang.
  • Tubuh lemas dan mudah lelah.
  • Pusing.
  • Hidung tersumbat.
  • Kulit kemerahan.

Berikut ini efek samping yang umum dan sering dijumpai bila Anda menggunakan obat intravena.

  • Pandangan buram.
  • Kebingungan.
  • Pusing, pingsan, atau terasa seperti melayang saat berdiri dari duduk atau tidur.
  • Berkeringat.
  • Peringatan dan perhatian saat pakai diltiazem

    Efek samping alergi diltiazem

    Jangan gunakan obat ini bila Anda memiliki kondisi berikut.

    • Alergi obat diltiazem atau kandungan lain yang ada pada komposisi obat.
    • Detak jantung sangat lambat, lebih dari 50 denyut per menit.
    • Gagal jantung dan masalah aliran darah ke jantung.
    • Penyakit jantung serius, seperti detak jantung tak stabil.

    Sementara itu, beri tahu dokter bila Anda memiliki kondisi berikut.

    • Penyakit jantung.
    • Berencana operasi.
    • Berisiko mengalami gangguan mood, seperti depresi.
    • Berisiko punya masalah usus.

    Bila baru memulai pengobatan, dokter akan mengecek lebih detail bila Anda memiliki kondisi berikut.

    • Berusia di atas 65 tahun.
    • Masalah liver atau ginjal.
    • Diabetes.
    • Riwayat asma.

    Simpanlah obat pada suhu di atas 25°C. Simpanlah pada kemasan aslinya dan letakkan pada kotak obat kedap udara.

    Apakah diltiazem aman untuk ibu hamil dan menyusui?

    Anda tidak boleh menggunakan obat ini bila sedang hamil. Obat ini bisa menimbulkan masalah serius pada janin. 

    Jangan menyusui saat Anda menggunakan diltiazem.

    Bila sedang menyusui atau berencana menyusui, beri tahu dokter sebelum mendapatkan pengobatan.

    Interaksi diltiazem dengan obat lain

    Sebelum menggunakan diltiazem, beri tahu dokter bila Anda sedang mengonsumsi obat berikut.

    • Dantrolene.
    • Ivabradine.
    • Lomitapide.
    • Asunaprevir.
    • Ciclosporin.
    • Phenytoin.
    • Carbamazepine.
    • Clopidogrel.
    • Aspirin.
    • Iohexol.
    • Doxazosin
    • Tamsulosin. 
    • Atenolol. 
    • Propranolol.
    • Acebutolol.
    • Theophylline.
    • Lithium.
    • Triazolam.
    • Midazolam.
    • Methylprednisolone.
    • Cilostazol.
    • Amiodarone.
    • Digoxin.
    • Glyceryl trinitrate.
    • Isosorbide trinitrate.
    • Rifampicin
    • Cimetidine
    • Ranitidine.

    Diltiazem adalah obat untuk mengatasi hipertensi dan angina. Obat ini harus menggunakan resep dokter. 

    Bila dokter memberikan obat lewat infus, pastikan hanya dokter dan tenaga kesehatan kompeten yang melakukannya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

    Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


    Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 26/10/2022

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan