backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

5

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Tes Mantoux (Uji Kulit Tuberkulin)

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 04/11/2023

Tes Mantoux (Uji Kulit Tuberkulin)

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang ditularkan melalui udara yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Orang yang diduga terkena infeksi bakteri ini disarankan untuk melakukan tes Mantoux untuk mendiagnosis penyakit tuberkulosis.

Apa itu tes Mantoux?

Tes Mantoux adalah salah satu pengujian yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit tuberkulosis. Tes ini dilakukan pada kulit sehingga disebut juga sebagai tes kulit TBC (tuberculosis skin test/TST).

Mantoux test dilakukan dengan menyuntikkan cairan tuberkulin. Itu sebabnya, pemeriksaan TBC yang satu ini juga disebut sebagai uji tuberkulin.

Menurut Dirjen Pelayanan Kesehatan RI, tes Mantoux atau uji tuberkulin dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya bakteri penyebab TBC  di dalam tubuh seseorang.

Tes ini juga sangat berguna untuk mendeteksi penyakit TBC sejak dini pada orang yang akan bepergian ke negara dengan kasus TBC tinggi atau orang yang bekerja di fasilitas kesehatan.

Kapan saya perlu menjalani Mantoux test?

penderita diabetes perlu tes tbc

Mantoux test adalah suatu metode diagnosis atau pemeriksaan TBC yang dapat diikuti oleh siapa saja. Namun, tentunya terdapat beberapa faktor yang membuat Anda harus menjalani tes ini.

Jika Anda memiliki faktor yang membuat Anda berisiko tertular TBC seperti di bawah ini, sebaiknya Anda sesegera pergi ke rumah sakit atau pusat layanan kesehatan yang menyediakan uji tuberkulin.

  • Melakukan kontak yang cukup dekat dengan penderita TB aktif.
  • Tinggal di negara dengan kasus kejadian TBC yang tinggi, seperti negara-negara di Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Selatan.
  • Bekerja atau tinggal di panti, klinik, rumah sakit, penjara, atau penampungan yang terdapat penderita TB aktif.

Orang yang memiliki penyakit tertentu yang memengaruhi sistem imun, seperti HIV/AIDS, rheumatoid arthritis, dan diabetes, juga perlu segera cek TBC.

Persiapan sebelum menjalani Mantoux test

Sebelum memutuskan untuk menjalani tes kulit TBC, ada beberapa hal yang harus Anda lakukan terlebih dahulu.

Pertama-tama, Anda harus memberi tahu dokter atau tim medis jika Anda pernah menderita tuberkulosis dan menjalani pengobatan TBC sebelumnya.

Selain itu, dokter juga biasanya akan menanyakan apakah Anda pernah menjalani tes Mantoux sebelumnya.

Jika pernah, Anda perlu memberi tahu apakah ada efek samping atau reaksi yang parah setelah Anda menjalani tes, misalnya muncul luka, lenting, atau syok anafilaktik.

Anda juga perlu memberi tahu dokter jika baru saja menerima vaksin BCG dalam waktu satu bulan ke belakang. Pasalnya, vaksin BCG justru bisa membuat tes Mantoux menunjukkan hasil yang keliru.

Jeda waktu antara pemberian vaksin dan tes Mantoux

Sebaiknya, berikan jeda sekitar satu bulan antara waktu vaksinasi dan tes kulit. Hal yang sama juga berlaku jika Anda pernah menerima vaksinasi untuk penyakit yang disebabkan oleh virus, misalnya vaksin cacar. Anda setidaknya perlu menunggu selama 4–6 minggu sebelum menjalani tes Mantoux.

Prosedur tes Mantoux

tanda KB suntik gagal

Tes Mantoux biasanya akan dilakukan dalam dua tahap. Pertama, dokter akan menyuntikkan sejumlah kecil larutan steril yang mengandung tuberkulin.

Tuberkulin adalah sebagian kecil protein murni yang berasal dari Mycobacterium tuberculosis. Jika seseorang terinfeksi TBC, sistem kekebalan tubuhnya akan bereaksi terhadap cairan tuberkulin yang disuntikkan.

Suntikan biasanya diberikan pada lengan bawah bagian dalam. Ketika tes Mantoux dilakukan dengan benar, titik injeksi akan membentuk benjolan kecil pada kulit yang disebut indurasi.

Tes kulit TBC tahap kedua harus dilakukan antara 48–72 jam setelah injeksi tuberkulin pertama dilakukan. Dokter akan memeriksa untuk melihat apa yang terjadi pada kulit dan bagaimana tubuh meresponnya.

Dalam tahap kedua tes Mantoux ini, dokter akan mengukur diameter benjolan indurasi di lengan bawah secara searah dengan diameter panjang tangan.

Ukuran indurasi biasanya dicatat dalam satuan milimeter. Setelahnya, dokter mengajukan beberapa pertanyaan untuk memastikan kondisi kesehatan Anda.

Apa yang harus dilakukan setelah tes Mantoux?

Anda dapat kembali beraktivitas normal tepat setelah tes kulit TBC dilakukan. Namun, berikut adalah beberapa hal yang harus Anda perhatikan.

  • Hindari menggaruk atau menggosok bagian bekas suntikan tuberkulin.
  • Biarkan bagian bekas suntikan terbuka. Jangan ditutupi dengan perban, plester, atau diolesi salep.
  • Jika muncul lenting pada bekas suntikan yang menyebabkan rasa tidak nyaman, Anda dapat mengompresnya dengan air dingin.

Mantoux test adalah tes yang bersifat aman dan sangat jarang menimbulkan efek samping serius.

Jika efek samping muncul, kondisi yang mungkin akan Anda rasakan berupa bengkak, kemerahan, lenting, dan rasa gatal. Efek samping pun hanya berlangsung untuk sementara waktu.

Pemeriksaan tindak lanjut mungkin diperlukan setelah memperoleh hasil uji tuberkulin. Dokter akan menjelaskan alasan dan metode pemeriksaan lanjutan apa yang diperlukan.

Penjelasan dari hasil tes

Wanita konsultasi KB suntik dengan dokter

Setelah 2–3 hari, hasil pemeriksaan tes Mantoux atau uji tuberkulin dapat memperlihatkan peluang Anda untuk terjangkit penyakit TBC.

Jika pada lokasi uji atau bagian yang disuntik hanya berwarna kemerahan saja tanpa indurasi atau benjolan, mungkin Anda negatif atau tidak terinfeksi bakteri TBC.

Sebaliknya, jika muncul benjolan merah, kemungkinan Anda telah terinfeksi bakteri tuberkulosis.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, pembacaan hasil Mantoux test dapat diinterpretasi atau diklasifikasikan sebagai reaksi tuberkulin positif dengan syarat berikut ini.

1. Ukuran indurasi >5 mm

Hasil tes dapat dikatakan positif pada orang-orang yang memiliki kriteria sebagai berikut.

  • Memiliki HIV positif.
  • Berkontak dengan orang yang memiliki tuberkulosis aktif.
  • Pernah menderita TBC dan sudah dinyatakan sembuh.
  • Penerima transplantasi organ dan pernah menerima obat imunosupresan, seperti siklofosfamid atau metotreksat.
  • Pasien yang menjalani terapi kortikosteroid sistemik jangka panjang (lebih dari enam minggu) dan mereka yang menggunakan dosis prednison sebelum 15 mg/hari atau setara.
  • Penyakit ginjal stadium akhir.
  • 2. Ukuran indurasi >10 mm

    Hasil tes dapat dikatakan positif pada orang-orang yang memiliki kriteria sebagai berikut.

    • Penduduk yang tinggal di negara-negara dengan kasus TBC tinggi, termasuk Indonesia.
    • Pengguna narkoba suntik.
    • Penduduk di tempat-tempat berisiko tinggi (misalnya di penjara, panti jompo, rumah sakit, tempat penampungan tunawisma).
    • Petugas lab dengan pasien tuberkulosis.
    • Orang dengan kondisi klinis yang menempatkan mereka pada risiko tinggi (misalnya, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang, leukemia, penyakit ginjal tahap akhir, sindrom malabsorpsi kronis, berat badan rendah).
    • Anak-anak berusia di bawah empat tahun, atau anak-anak dan remaja yang terpapar orang dewasa dalam kategori risiko tinggi.
    • Bayi, anak-anak dan remaja yang terpapar orang dewasa dalam kategori risiko tinggi.

    3. Ukuran indurasi >15 mm

    Hasil tes dapat dikatakan positif pada orang-orang yang tidak memiliki faktor risiko TB yang diketahui.

    Reaksi yang lebih besar dari 15 mm tidak mungkin disebabkan oleh vaksinasi BCG sebelumnya atau paparan dari lingkungan.

    Penting untuk diketahui, tes Mantoux tidak mengukur tingkat kekebalan terhadap penyakit TBC, melainkan tingkat hipersensitivitas seseorang terhadap infeksi TBC.

    Hasil pemeriksaan tes Mantoux dengan tuberkulin juga memiliki sensitivitas yang rendah dibandingkan dengan metode diagnosis TBC lainnya, sehingga hasil tes belum seratus persen akurat.

    Faktor penyebab hasil tes Mantoux palsu

    Uji tuberkulin untuk TBC

    Beberapa orang mungkin saja mendapatkan hasil tes yang keliru atau palsu karena memiliki beberapa faktor yang memengaruhi hasil tes itu sendiri.

    Berikut adalah beberapa kemungkinan tes Mantoux bisa membawa hasil palsu.

    1. Hasil tes Mantoux positif palsu

    Beberapa orang mungkin bereaksi positif terhadap tes ini sekalipun mereka tidak terinfeksi bakteri M. tuberculosis. Penyebabnya antara lain:

    • adanya infeksi mikobakteria nontuberkulosis di dalam tubuh,
    • menjalani vaksinasi BCG sebelumnya,
    • melakukan metode tes Mantoux yang salah,
    • melakukan interpretasi dari reaksi tuberkulin yang salah (seperti kesalahan pengukuran atau pembacaan ukuran indurasi), dan
    • menggunakan ukuran botol antigen yang tidak tepat.

    Pada orang yang memiliki risiko rendah terhadap paparan bakteri TBC, hasil positif yang didapat kemungkinan besar adalah positif palsu.

    Sebuah uji tuberkulin positif tidak berarti Anda memiliki infeksi menular (aktif). Pasalnya, uji tuberkulin tidak bisa menunjukkan jika infeksi aktif atau tidak aktif (TB laten).

    2. Hasil tes Mantoux negatif palsu

    Hasil tes Mantoux negatif biasanya menunjukkan bahwa individu tersebut tidak pernah terpapar M. tuberculosis.

    Namun, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan hasil negatif palsu, yaitu:

    • anergi kulit (ketidakmampuan untuk bereaksi terhadap tes kulit karena sistem kekebalan tubuh yang lemah),
    • infeksi TBC baru-baru ini (dalam 8–10 minggu paparan),
    • infeksi TBC yang sudah sangat lama,
    • usia pasien kurang dari enam bulan,
    • riwayat vaksinasi virus (seperti campak dan cacar),
    • adanya penyakit TB ekstra paru,
    • adanya beberapa penyakit virus (misalnya, campak dan cacar air), serta
    • pasien menjalani prosedur uji tuberkulin yang salah, seperti adanya interpretasi dari reaksi yang salah, dosis yang tidak memadai, dan injeksi obat lain yang tidak disengaja.

    Apabila Anda memiliki pertanyaan yang berkaitan dengan proses tes Mantoux, konsultasikanlah kepada dokter Anda untuk mendapatkan solusinya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 04/11/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan