backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Pemeriksaan Feses

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 22/04/2021

Pemeriksaan Feses

Definisi pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses adalah sebuah tes yang menjadikan feses sebagai sampel utama guna memudahkan diagnosis penyakit pada sistem pencernaan. Meski tidak lagi berguna bagi tubuh, feses bisa memberikan informasi penting mengenai kesehatan seseorang.

Pemeriksaan feses lengkap amat berguna untuk mendiagnosis masalah terkait infeksi (parasit, virus, dan bakteri), gangguan penyerapan nutrisi, hingga kanker. Prosedur ini juga efektif untuk menyelidiki gejala penyakit yang spesifik, misalnya BAB berdarah.

Sampel feses akan dikumpulkan dalam wadah bersih dan dikirimkan ke laboratorium. Pemeriksaan dilakukan oleh seorang analis laboratorium dan meliputi tes kimia, uji mikroskopis, serta uji mikrobiologi.

Pengamatan terhadap sampel feses mencakup sejumlah aspek, di antaranya warna, konsistensi, jumlah, bentuk, bau, dan ada-tidaknya lendir. Selain itu, analis sering kali juga memeriksa kadar darah, lemak, serat daging, dan berbagai komponen lainnya.

Pada kasus tertentu, analis juga perlu memisahkan sedikit dari sampel feses untuk dikembangkan di laboratorium. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah bakteri pada feses dapat menyebabkan infeksi. Prosedur ini disebut tes kultur feses.

Pemeriksaan sampel tinja tidak memiliki efek samping. Namun, Anda berisiko terpapar bakteri patogen (penyebab penyakit) yang terdapat pada sampel feses. Anda bisa mencegah hal ini dengan mencuci tangan setelah mengambil sampel feses.

Tujuan

Dikutip dari American Association for Clinical Chemistry, pemeriksaan feses dilakukan bila Anda mengalami gejala gangguan pencernaan yang tidak kunjung hilang. Gejala yang perlu diselidiki lebih lanjut antara lain:

Namun, masalahnya adalah tidak semua orang yang mengalami masalah pencernaan menunjukkan tanda-tanda tersebut.

Maka dari itu, tujuan pemeriksaan feses maupun kultur feses menjadi lebih luas dan mencakup orang-orang dengan kondisi di bawah ini.

  • Anak-anak, lansia, dan orang dengan sistem imun lemah yang terkena penyakit diare.
  • Menunjukkan gejala gangguan pencernaan yang tidak membaik tanpa pengobatan.
  • Mengalami gejala gangguan pencernaan parah, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau komplikasi lainnya.
  • Mengalami keracunan makanan yang diduga berkaitan dengan wabah atau makanan restoran yang terkontaminasi.
  • Mengalami masalah penyerapan zat gizi. Kondisi ini ditandai dengan adanya lemak pada feses. Padahal, lemak seharusnya diserap seutuhnya oleh tubuh.
  • Mengalami masalah pada organ atau saluran cerna. Enzim pencernaan yang terdapat pada feses perlu diperiksa untuk mengetahui fungsi organ terkait.
  • Memiliki risiko tinggi terkena kanker usus besar.
  • Terinfeksi bakteri, jamur, virus, atau parasit seperti cacing kremi.
  • Telah mengonsumsi makanan atau cairan yang terkontaminasi bakteri patogen, termasuk makanan mentah atau setengah matang yang berisiko.

Pencegahan dan peringatan

Tes kultur feses dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi, seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Pemeriksaan feses untuk mengukur enzim tripsin atau elastase tidak dapat diandalkan seperti halnya tes keringat untuk mendeteksi fibrosis kistik.

Proses

Sebelum menjalani pemeriksaan feses

Sebelum menjalani pemeriksaan, Anda akan diminta untuk menghentikan pengobatan atau konsumsi suplemen yang dapat memengaruhi hasil tes. Beritahu dokter Anda paling tidak sejak 1 – 2 minggu sebelum pemeriksaan feses dilakukan.

Tergantung jenis tes yang Anda jalani, Anda mungkin harus berhenti mengonsumsi obat antasida, antidiare, dan antiparasit.

Pengguna rutin obat pencahar, antibiotik, dan obat pereda nyeri non-steroid resep maupun non-resep juga perlu mengikuti anjuran ini.

Selain itu, pastikan Anda juga memberitahu dokter bila mengalami situasi berikut ini.

  • Baru saja menjalani pemeriksaan sinar-X menggunakan bahan kontras barium, seperti barium enema atau pemeriksaan saluran cerna bagian atas dengan menelan barium. Pasalnya, barium dalam feses dapat mengganggu hasil tes.
  • Baru saja bepergian dalam beberapa pekan terakhir atau bulan, terutama bila ke luar negeri. Ini akan membantu dokter untuk mengenali parasit, jamur, virus, atau bakteri yang mungkin menyebabkan masalah.

Apabila dokter hendak menguji darah pada feses, Anda mungkin perlu menghindari makanan tertentu selama 2 – 3 hari sebelum tes. Jenis makanan yang perlu dihindari tergantung pada jenis tes yang Anda jalani.

Jangan melakukan tes selama menstruasi, mengalami perdarahan aktif, atau bermasalah dengan ambeien (wasir). Jika Anda belum yakin telah sepenuhnya mempersiapkan diri untuk pemeriksaan ini, cobalah berdiskusi dengan dokter.

Proses pemeriksaan feses

Pemeriksaan ini membutuhkan sampel feses Anda. Di bawah ini merupakan langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengumpulkan sampel feses dengan aman.

  • Sediakan bungkus plastik yang longgar di atas lubang toilet (pada toilet duduk). Gunakan bungkus plastik ini untuk menampung feses Anda.
  • Pindahkan sebagian sampel feses ke dalam sebuah wadah bersih.
  • Usahakan agar urine, air, dan tisu toilet tidak bercampur dengan feses.
  • Selain dengan menampungnya dalam kantong plastik, Anda juga bisa menggunakan perlengkapan khusus untuk mengumpulkan sampel feses. Setelah sampel terkumpul, segera serahkan ke laboratorium.

    Sementara untuk anak yang memakai popok, Anda dapat membalut popok dengan kantong plastik terlebih dulu. Posisikan plastik sedemikian rupa guna mencegah urine bercampur dengan feses. Hal ini akan menghasilkan sampel feses yang lebih baik.

    Penjelasan dari hasil tes

    Apa arti hasil tes yang saya dapat?

    Laboratorium mempunyai daftar skor untuk menilai kondisi sampel feses. Kisaran skor bisa berbeda-beda antara satu laboratorium dengan yang lain.

    Oleh karena itu, Anda perlu memahami arti skor normal dari laboratorium tempat Anda memeriksakan diri.

    Laporan dari laboratorium biasanya akan memuat berapa kisaran yang mereka gunakan. Dokter juga akan mempelajari hasil tes Anda, lalu mengaitkannya dengan kondisi kesehatan Anda dan faktor-faktor lainnya.

    Hasil tes dikatakan normal, jika ditemukan kondisi di bawah ini.

    • Feses tampak cokelat, lembut, dan memiliki konsistensi baik
    • Feses tidak berdarah, berlendir, bernanah, serta tidak mengandung serat daging yang tidak tercerna, bakteri berbahaya, virus, jamur, atau parasit
    • Feses berbentuk silinder
    • pH feses berkisar antara 7,0 – 7,5
    • Feses mengandung kurang dari 0,25 gram per desiliter (g/dL) kurang dari 13,9 mmol per liter (mmol/L) gula sebagai faktor pengurang
    • Feses mengandung 2 – 7 gram lemak per 24 jam (g/24h)

    Hasil tes dikatakan abnormal, jika ditemukan kondisi di bawah ini.

    • Feses berwarna hitam, merah, putih, kuning, atau hijau
    • Feses cair atau sangat keras
    • Feses terlalu banyak
    • Feses mengandung darah, lendir, nanah, serat daging tak tercerna, bakteri berbahaya, virus, jamur, atau parasit
    • Feses mengandung kadar enzim yang rendah, seperti tripsin atau elastase
    • pH feses kurang dari 7,0 atau lebih dari 7,5
    • Feses mengandung 0,25 g/dL (13.9 mmol/L) gula sebagai faktor pengurang
    • Feses mengandung lebih dari 7 gram lemak per 24 jam (jika konsumsi lemak Anda berkisar 100 g per hari)

    Ada banyak kondisi yang dapat memengaruhi hasil pemeriksaan feses. Dokter akan berdiskusi dengan Anda mengenai semua hasil abnormal yang mungkin terkait dengan gejala dan riwayat kesehatan Anda.

    Apa arti nilai abnormal?

    Nilai abnormal pada feses bisa menjadi petunjuk dari berbagai macam kondisi. Berikut gambarannya.

    • Kadar lemak tinggi: pankreatitis (peradangan pankreas), penyakit celiac, tukak lambung, dan gangguan sejenisnya yang memengaruhi penyerapan lemak.
    • Kadar serat daging tinggi: gangguan pada organ pankreas.
    • Kadar gula tinggi: masalah pencernaan dan penyerapan gula.
    • pH feses rendah (feses bersifat asam): gangguan penyerapan karbohidrat atau lemak.
    • pH feses tinggi (feses bersifat basa): kolitis (peradangan usus besar) dan peningkatan risiko kanker.
    • Adanya darah: perdarahan pada saluran pencernaan.
    • Adanya sel darah putih: peradangan pada usus atau infeksi bakteri.

    Pemeriksaan feses merupakan prosedur untuk mendeteksi berbagai gangguan sistem pencernaan melalui sampel feses. Beberapa kondisi yang sering didiagnosis dengan cara ini yakni infeksi dan gangguan penyerapan zat gizi.

    Setelah pemeriksaan, dokter dapat menentukan penyebab serta pilihan metode untuk mengatasi masalah pencernaan tersebut. Jika Anda memiliki pertanyaan terkait prosedur ini, berkonsultasilah lebih lanjut dengan dokter.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 22/04/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan