backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Bladder Outlet Obstruction (Obstruksi Outlet Kandung Kemih)

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 28/07/2021

Bladder Outlet Obstruction (Obstruksi Outlet Kandung Kemih)

Definisi

Apa itu bladder outlet obstruction (obstruksi outlet kandung kemih)?

Bladder outlet obstruction (obstruksi outlet kandung kemih) atau obstruksi pangkal kandung kemih adalah penyumbatan yang terjadi pada pangkal kandung kemih. Kondisi ini menghambat atau menghentikan aliran urine menuju uretra (saluran yang membawa urine keluar dari tubuh).

BOO banyak dialami oleh pria lanjut usia. Penyumbatan biasanya berawal dari penyakit BPH (pembesaran prostat jinak), batu kandung kemih, atau kanker kandung kemih. Seiring bertambahnya usia, risiko mengalami penyumbatan akan semakin besar.

Gejala BOO dapat menyerupai gejala penyakit kandung kemih lainnya. Oleh sebab itu, Anda perlu menjalani rangkaian tes untuk mendiagnosis penyakit ini. Proses diagnosis juga berguna untuk mendeteksi penyakit lain yang menjadi pemicunya.

Setelah didiagnosis, barulah Anda dapat mengatasinya dengan konsumsi obat ataupun metode lain yang disarankan oleh dokter. Semakin cepat penyakit terdeteksi, semakin mudah pula pengobatannya.

Sebaliknya, BOO yang terlambat diobati dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada kandung kemih. Kerusakan akibat penyumbatan juga bisa memengaruhi seluruh saluran kemih hingga ginjal.

Gejala

Apa saja gejalanya?

Gejala obstruksi outlet kandung kemih sangat bervariasi dan bisa menyerupai penyakit lain seperti kandung kemih overaktif atau anyang-anyangan. Namun, penderita sering kali mengalami keluhan sebagai berikut:

  • Nyeri pada perut.
  • Sering buang air kecil.
  • Tidak bisa buang air kecil.
  • Rasa nyeri saat buang air kecil.
  • Aliran air kencing yang lemah dan lambat.
  • Terus menerus merasa ingin buang air kecil.
  • Kesulitan mengeluarkan urine saat buang air kecil.
  • Terjadi infeksi saluran kemih.
  • Aliran air kencing tersendat-sendat.
  • Sering terbangun tengah malam untuk buang air kecil (nokturia).
  • Mual dan lemas bila penyakit sudah berdampak pada ginjal.

Kemungkinan ada gejala lain yang tidak disebutkan di atas. Apabila Anda mengalami gejala penyakit kandung kemih yang kurang jelas, segera konsultasikan dengan dokter untuk memastikan penyebabnya.

Penyebab

Apa penyebab penyumbatan kandung kemih?

Seiring bertambahnya usia, semakin besar pula risiko Anda terkena berbagai gangguan kandung kemih. Gangguan tersebut lambat laun memengaruhi fungsi kandung kemih, termasuk menyebabkan penyumbatan dan menghambat aliran air kencing.

Kondisi yang paling sering menyebabkan penyumbatan kandung kemih antara lain:

  • penyakit BPH (pembesaran prostat jinak),
  • batu kandung kemih,
  • kanker kandung kemih,
  • tumor di area panggul (leher rahim, prostat, rahim, rektum),
  • Striktur uretra (penyempitan uretra akibat peradangan atau jaringan luka),

Beberapa kondisi berikut juga dapat menyebabkan BOO, tapi tergolong jarang:

  • sistokel (kandung kemih turun ke area organ intim),
  • masuknya benda asing ke dalam kandung kemih,
  • posterior urethral valves (kelainan bawaan lahir pada laki-laki),
  • spasme uretra (kejang otot uretra),
  • divertikulitis uretra (pembentukan kantong di sekitar uretra), dan
  • konsumsi obat-obatan untuk mengatasi kandung kemih overaktif (overactive bladder).

Diagnosis

Bagaimana cara mendiagnosis BOO?

Dokter mungkin mencurigai adanya BOO jika Anda mengalami pembesaran perut atau kandung kemih Anda lebih besar dari ukuran normal. Diagnosis BOO juga umum pada pria yang mengalami pembesaran prostat dan wanita dengan kandung kemih turun.

Pemeriksaan untuk mendiagnosis BOO meliputi:

  • Tes darah untuk mengecek tanda-tanda kerusakan ginjal
  • Tes uroflowmetri untuk mengukur seberapa cepat aliran urine
  • Tes urodinamik untuk melihat fungsi kandung kemih dan seberapa banyak aliran urine yang terhambat
  • Tes urine (urinalisis) untuk mencari apakah ada darah di dalam air kencing
  • Tes kultur urine untuk mengecek tanda-tanda infeksi
  • Sistoskopi dan urethrogram untuk melihat mencari penyempitan uretra
  • USG ginjal dan kandung kemih untuk menemukan lokasi penyumbatan

Pengobatan

Apa saja pengobatan yang tersedia?

Pengobatan BOO bergantung pada penyebabnya. Pada sebagian besar kasus, metode yang diandalkan adalah pemasangan kateter urine. Metode ini bertujuan untuk memperbaiki penyumbatan kandung kemih dan melancarkan aliran urine yang terhambat.

Dokter akan memasukkan kateter ke dalam uretra menuju kandung kemih. Pada kasus tertentu, dokter mungkin harus memasukkan kateter suprapubik melalui perut. Kateter ini memiliki fungsi yang sama, yaitu mengosongkan kandung kemih sehingga Anda bisa buang air kecil dengan normal.

BOO yang terdeteksi sejak dini dan belum menyebabkan komplikasi sebenarnya bisa ditangani dengan obat-obatan. Dokter akan meresepkan obat apa saja yang perlu Anda konsumsi berdasarkan penyakit awal yang menyebabkan penyumbatan.

Konsumsi obat-obatan juga dapat diandalkan untuk pengobatan BOO jangka panjang. Akan tetapi, pada kasus tertentu, penyumbatan kandung kemih yang telah berlangsung lama biasanya perlu ditangani dengan operasi.

Ini sebabnya obstruksi outlet kandung kemih harus dideteksi sedini mungkin. Pasalnya, penyumbatan pada organ penampungan yang vital ini belum berdampak pada ginjal, uretra, maupun bagian lainnya pada sistem perkemihan.

Pencegahan

Bagaimana cara mencegah BOO?

Kondisi kandung kemih terus menurun seiring waktu, tapi peluang timbulnya penyakit justru meningkat. Berbagai penyakit inilah yang dapat menyebabkan penyumbatan dan gangguan lainnya pada kandung kemih.

Cara terbaik mencegah BOO adalah dengan mengurangi risiko penyakit pada kandung kemih. Anda dapat memulainya dengan menjaga kesehatan kandung kemih lewat kiat berikut.

  • Tidak menahan buang air kecil.
  • Tidak terburu-buru saat buang air kecil agar kandung kemih kosong.
  • Rileks saat buang air kecil.
  • Minum cukup cairan, terutama air putih.
  • Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein.
  • Memperbanyak makanan berserat seperti sayur, buah, dan kacang-kacangan.
  • Menjaga berat badan sehat.
  • Berolahraga dan latihan otot panggul secara rutin.
  • Berhenti merokok.
  • Menggunakan pakaian yang longgar.

Langkah lainnya yang tidak kalah penting adalah berkonsultasi dengan dokter bila Anda mengalami gejala bladder outlet obstruction. Pemeriksaan lengkap dapat membantu mendeteksi penyakit lebih dini sehingga pengobatan menjadi lebih optimal.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 28/07/2021

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan