backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

4

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Lupus

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 24/02/2023

Lupus

Anda mungkin sudah pernah mendengar tentang penyakit lupus. Meskipun sudah familiar dengan namanya, tak banyak yang tahu apa itu penyakit lupus sebenarnya, penyebabnya, dan pengobatannya. 

Cari tahu tentang penyakit lupus melalui penjelasan berikut.

Apa itu penyakit lupus?

Lupus adalah penyakit yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ yang sehat.

Penyakit ini termasuk ke dalam jenis penyakit autoimun yang membuat sel-sel tubuh rusak dan mengalami peradangan.

Pada keadaan normal, antibodi seharusnya bekerja untuk melindungi tubuh dari berbagai zat asing yang dapat menyebabkan penyakit.

Namun, pada orang dengan penyakit lupus (odapus), antibodi yang dimilikinya justru menyerang sel-sel tubuhnya sendiri. Akibatnya, odapus lebih mudah terkena infeksi atau peradangan. 

Peradangan yang disebabkan oleh lupus dapat menyerang berbagai organ tubuh, termasuk persendian, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru.

Seberapa umumkah penyakit lupus?

Melansir dari data yang diterbitkan oleh Pusat data dan Informasi (PUSDATIN) Kemenkes, sepanjang 2016, terdapat 2.166 pasien yang dirawat inap dengan diagnosis lupus.

Namun, jumlah ini dinilai berbeda dengan angka di lapangan karena tidak semua kasus dilaporkan dan ada banyak orang yang tidak menyadari bahwa dia adalah seorang odapus.

Berdasarkan data yang ada, odapus lebih banyak ditemukan pada wanita. Khususnya yang masih berada di usia produktif, yaitu sekitar 15–50 tahun.

Meski belum diketahui secara pasti, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Annals of the Rheumatic Disease menyatakan bahwa risiko wanita mengidap lupus menjadi lebih besar karena kromosom gen yang dimilikinya.

Tanda dan gejala penyakit lupus

penyakit lupus bisa sembuh

Lupus adalah penyakit yang dikenal sebagai “penyakit 1.000 wajah”. Sebutan ini muncul akibat gejalanya yang menyerupai banyak penyakit lain. Alhasil, sulit untuk mendeteksi penyakit ini secara dini.

Berikut adalah beberapa tanda dan gejala lupus yang kerap ditemukan, terutama pada wanita.

  • Nyeri dan pembengkakan sendi.
  • Luka pada mulut atau hidung yang tidak kunjung sembuh.
  • Keluar darah atau ditemukan protein dalam urine.
  • Muncul ruam yang membentuk kupu-kupu pada wajah atau bagian tubuh lain.
  • Rambut rontok.
  • Demam.
  • Kejang-kejang.
  • Dada sakit dan sulit bernapas akibat peradangan pada paru-paru.

Bila Anda mengalami beberapa gejala di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.

Penyebab penyakit lupus

Seperti yang telah disebutkan, lupus terjadi ketika sistem imun menyerang jaringan yang sehat di dalam tubuh.

Maka, sebagian besar penyakit ini akan dipengaruhi oleh faktor genetik, hormon, dan lingkungan.

1. Faktor genetik

Adanya anggota keluarga yang menjadi odapus dapat meningkatkan risiko penyakit yang sama pada anggota keluarga lainnya.

Pasalnya, variasi genetik yang dapat memengaruhi respons kekebalan tubuh bisa diwariskan kepada keturunan.

Biasanya, orang-orang dengan riwayat keluarga yang memiliki lupus mendapatkan hasil tes DNA autoimun yang positif. Meski demikian, memiliki kecenderungan ini tidak selalu akan memicu kondisi autoimun.

2. Hormon

Faktanya, penyakit autoimun ini memang lebih banyak menyerang wanita. Fenomena ini dapat dijelaskan oleh hormon seks yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh perempuan dan laki-laki, yang mana keduanya jelas berbeda.

Tubuh wanita menghasilkan dan menggunakan hormon estrogen yang lebih banyak, sementara tubuh laki-laki bergantung pada hormon yang disebut androgen.

Estrogen dikenal sebagai hormon “immuno-enhancing“. Artinya, wanita sebenarnya memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat dari pria.

Namun, saat sistem imun ini berbalik menyerang tubuh, wanita akan lebih mudah mengalami penyakit autoimun.

3. Lingkungan

Melansir dari laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC), faktor lingkungan seperti paparan sinar matahari, asap rokok, infeksi virus tertentu, dan pengobatan bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit autoimun.

Zat-zat tersebut dapat memicu respons peradangan yang nantinya dapat mendorong pembentukan auto-antibodi, yakni antibodi yang menyerang jaringan tubuh sendiri.

Jenis penyakit lupus

Kenapa Penyakit Autoimun Semakin Banyak Menyerang Masyarakat Indonesia?

Berdasarkan jaringan yang diserangnya, penyakit autoimun ini bisa dibedakan menjadi beberapa jenis seperti berikut.

  • Systemic lupus erythematosus(SLE), jenis yang paling sering terjadi. Lupus eritematosus sistemik menyerang berbagai jaringan, seperti sendi, kulit, otak, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah.
  • Neonatal lupus, menyerang bayi yang baru lahir. Penyakit ini biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang memiliki kelainan antibodi.
  • Lupus akibat obat-obatan, biasanya hanya dialami dalam waktu singkat. Beberapa jenis obat bisa memicu gejala lupus, tetapi kondisi pasien akan membaik bila penggunaan obat dihentikan.
  • Lupus pada kulit, terbagi menjadi acute cutaneous lupus, discoid lupus erythematosus (DLE), dan subacute cutaneous lupus erythematosus. Dibutuhkan biopsi kulit untuk membedakan ketiganya.

Diagnosis penyakit lupus

Sampai saat ini, belum ditemukan pemeriksaan khusus yang dapat mendeteksi lupus.

Oleh karena itu, proses diagnosis penyakit autoimun biasanya dilakukan melalui serangkaian tes, seperti tes urine, tes darah, serta tes antibodi.

Dokter juga biasanya akan melihat riwayat kesehatan keluarga, melakukan pemeriksaan kesehatan secara umum, serta menganjurkan pasien menjalani biopsi kulit serta ginjal.

Bila dari hasil pemeriksaan tersebut menyatakan bahwa Anda adalah odapus, dokter akan merencanakan perawatan yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.

Pengobatan lupus

obat pcc

Odapus akan mendapatkan pengobatan sesuai dengan tanda dan gejala yang menyertainya.

Karena belum ditemukan penyebab pasti penyakit ini, pengobatan odapus dilakukan dengan tujuan mencegah kekambuhan gejala, mengurangi intensitas gejala, mencegah kerusakan organ, mengurangi respons imun, serta mencegah komplikasi.

Berikut adalah beberapa jenis obat untuk penyakit autoimun.

1. Obat antiradang nonsteroid (NSAID)

NSAID merupakan obat penghilang rasa sakit yang biasa diberikan pada odapus untuk mengatasi rasa nyeri, demam, dan pembengkakan pada sendi. Contoh obat NSAID yakni naproxen, motrin, dan ibuprofen.

Sebagian besar obat NSAID tidak membutuhkan resep dokter, tapi beberapa obat yang memiliki dosis dan efek samping yang kuat harus menggunakan resep.

2. Obat antimalaria

Pada perawatan odapus, obat malaria dibutuhkan untuk mengatasi gejala nyeri sendi, ruam kulit, peradangan pada selaput jantung, serta demam yang biasanya juga ditemukan pada pasien malaria.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa odapus yang mengonsumsi obat malaria memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi.

Jenis obat malaria yang kerap diberikan yaitu hydroxychloroquinequinacrine, dan chloroquine.

3. Kortikosteroid

Obat jenis ini dibutuhkan oleh pasien lupus untuk mencegah peradangan yang sangat rentan terjadi pada tubuhnya.

Sayangnya, obat kortikosteroid memiliki efek samping jangka panjang seperti menaikkan berat badan, membuat tulang lebih keropos, serta meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan diabetes.

4. Imunosupresan

Obat imunosupresan bekerja dengan cara mengurangi kerja sistem kekebalan tubuh. Obat jenis ini sangat dibutuhkan odapus yang sistem kekebalan tubuhnya terlalu dominan.

Beberapa jenis imunosuppresan yang biasanya digunakan yaitu azathioprine, mycophenolate, leflunomide, dan methotrexate.

Menjalani hidup sehat dengan penyakit lupus

pola hidup sehat lansia

Meski tidak bisa sembuh sepenuhnya, odapus tetap bisa hidup dengan sehat.

Berikut merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan odapus untuk menjaga kondisi tubuh dan mencegah terjadinya komplikasi lupus.

1. Olahraga secara rutin

Odapus rentan mengalami gangguan pada sendi dan tulang. Melakukan olahraga secara rutin dapat membantu odapus dalam menjaga kesehatan tulang dan sendinya.

2. Berhenti merokok

Kebiasaan merokok akan membuat penyakit ini bertambah parah. Odapus yang merokok akan lebih berisiko terhadap penyakit jantung, serangan jantung, dan pneumonia yang membuat kondisinya semakin memburuk.

3. Istirahat yang cukup dan kelola stres

Stres hanya akan membuat gejala odapus semakin parah. Oleh karena itu, penting untuk memiliki kemampuan mengelola stres dengan baik. Salah satunya dengan istirahat yang cukup.

4. Pahami tubuh

Odapus harus tahu kapan gejala akan muncul dan apa pemicunya. Sebagai contoh, ketika tubuh mulai merasa letih, Anda sebaiknya langsung beristirahat dengan cukup dan menghentikan segala kegiatan terlebih dahulu.

5. Hindari paparan sinar matahari berlebih

Sinar matahari dapat memperburuk ruam kulit yang terjadi. Jika Anda terpaksa keluar pada siang hari, sebaiknya gunakan tabir surya dan pakaian yang tertutup supaya kulit terlindungi.

6. Konsumsi makanan sehat

Makanan juga dapat memengaruhi kondisi odapus. Pasalnya, ada beberapa jenis makanan yang dapat memicu peradangan.

Maka dari itu, konsumsilah makanan yang tepat untuk odapus seperti buah-buahan, ikan yang kaya akan omega-3, dan makanan yang mengandung kalsium.

Semua tentang lupus

  • Penyakit autoimun ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya memberi perlindungan justru menyerang jaringan dan organ yang sehat.
  • Terbagi menjadi beberapa jenis, seperti systemic lupus erythematosus, neonatal lupus, lupus pada kulit, dan lupus karena obat-obatan.
  • Tidak ditemukan penyebab secara pasti, tetapi faktor genetik, hormon, dan lingkungan dapat meningkatkan risiko seseorang menjadi odapus.
  • Pengobatan dilakukan berdasarkan gejala yang menyertainya. Namun, obat NSAIDs, antimalaria, kortikosteroid, dan imunosupresan adalah yang paling sering diberikan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 24/02/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan